Setiap kata terpatri dengan dalam pada batu nisan. Itu kuat dan penuh kekuatan, namun juga dipenuhi oleh kelembutan. Ia mengungkapkan kerinduan dan cinta yang tak terucapkan.
Alis Jing Chen mengendur. Dia menaruh peralatannya dan berbalik untuk bertanya pada orang di belakangnya, "Apakah semuanya yang saya inginkan sudah siap?"
"Sudah siap."
"Baik." Jing Chen mengangguk. "Tutup payungnya. Jangan biarkan batu nisan basah nanti."
Jing Chen pertama-tama mengelap air dari tangannya, kemudian mengambil sebuah pena, mencelupkannya ke dalam cat, dan mulai dengan hati-hati mengikuti kata-katanya.
Jing Chen sangat hati-hati dalam setiap goresan, takut jika salah arah.
Cat itu belum kering, dan mungkin akan luntur oleh hujan. Untungnya, ia mendapatkan beberapa orang untuk memegang payung dan menutupi batu nisan dengan rapat.
Untungnya, ketika Jing Chen selesai mengerjakan goresan terakhir dan menghela napas lega, hujan pun berhenti.