Ye Xin bangun. Kepalanya sedikit pusing, tetapi berbeda dengan mabuk. Anehnya, teh itu membuatnya ingin tersenyum terus-terusan.
Piyama sutra yang ia kenakan adalah merek yang sama dengan yang ia pakai di rumah. Perbedaannya, di rumah warnanya merah cerah, tetapi yang ia kenakan sekarang berwarna putih. Ia bertanya-tanya apakah itu warna favorit Mu Qing.
Ia bangun dari tempat tidur dan mengamati kamar tidurnya. Setiap detail menunjukkan ketulusannya. Ketika ia masuk ke lemari pakaian besar, ia tidak bisa menahan senyumnya. Pakaian, tas, dan sepatu semuanya dari merek favoritnya.
Ia bertanya-tanya, seberapa dalamkah seorang pria harus mencintai seorang wanita untuk mengerti dia sedemikian rupa? Seberapa besar cintanya hingga ia melakukan yang terbaik untuknya? Jika seorang pria mencintainya sebanyak itu, ia akan rela mati untuknya.
Setelah ganti pakaian, ia turun ke bawah.
