Chapter 3 - Nenek

"Bah! Nak, dia istri kamu! Kenapa kamu nanya ke aku apa aku puas dengan dia? Nona, mendekatlah sedikit ke sini. Biar aku lihat kamu dengan baik." Jiang Jin mengisyaratkan Song Ning mendekat.

Song Ning melihat-lihat sekeliling ruangan sebentar sebelum kembali memandang ke arah wanita tua elegan yang terbaring di tengah-tengah ranjang besar. Mata wanita tua itu indah, tapi keindahannya tertutupi oleh kemarahan yang berbinar di dalamnya. Namun, setelah diteliti lebih jauh, dia sampai pada kesadaran bahwa mata wanita tua tersebut sebenarnya bersinar karena gurauan. Sekarang terlihat jelas bahwa wanita tua itu hanya pura-pura marah. Ketika dia ingat bantal lembut yang terbang ke arah Mu Chen, dia pun menyadari. Dia cepat-cepat melirik Mu Chen dan mendapati dia terlihat cemas dan tidak berdaya.

Ketika Song Ning kembali sadar, dia melangkah maju dengan tenang dan membungkuk. "Halo, Nenek. Saya Song Ning."

Ketika Song Ning berdiri di samping ranjang, Jiang Jin meraih dan memegang tangannya.

Dengan begitu, pelayan, Yu, bergegas membawa sebuah kursi dan mengundang Song Ning agar duduk.

Berbeda dengan perlakuannya terhadap Song Ning, Jiang Jin menggelengkan mata kepada Mu Chen yang berdiri di samping dan segera melambaikan tangannya karena tidak sabar sambil berseru, "Kamu menghalangi cahaya. Minggir sana!"

Mu Chen dengan enggan berpindah tempat, bertanya-tanya di mana lagi dia harus berdiri di dalam ruangan seluas 330 meter persegi itu.

Jiang Jin tidak lagi memperdulikan Mu Chen ketika dia memegang tangan Song Ning dan melihatnya dengan seksama sebelum berkata dengan suara lembut, "Kamu cantik sekali. Katakan padaku, cucuku yang tidak bisa diatur ini menawan kamu?" Lalu, dia menepuk tangan Song Ning dan terus berkata dengan ekspresi serius di wajahnya, "Jangan takut. Aku tidak akan memihak kepadanya. Katakan yang sebenarnya. Aku akan memberinya pelajaran. Kirim dia ke kantor polisi. Aku tidak mau punya cucu seperti ini lagi"

Song Ning menepuk tangan Jiang Jin dengan tangan yang lain dan berkata dengan lembut sambil tersenyum, "Nenek, Mu Chen tidak menculik saya. Akta pernikahan kami asli. Ini! Silakan lihat dengan lebih dekat."

Jiang Jin melihat akta pernikahan di atas selimut dan mengernyitkan alis. "Baginya, mendapatkan akta pernikahan palsu itu gampang."

Song Ning terkekeh sebelum mengusulkan, "Anda bisa memeriksa keasliannya secara online."

Jiang Jin mengangguk. "Aku akan menyelidiki ini dengan teliti. Aku tidak akan membiarkan dia menipu aku! Nona, berapa yang dibayar cucuku padamu?"

Song Ning terkejut mendengar perkataan Jiang Jin.

Jiang Jin dengan percaya diri mengajukan penawaran balik. "Asal kamu katakan yang sebenarnya dan akui bahwa pernikahan kalian hanya sandiwara, aku akan membayar kamu dua kali lipat dari apa yang dia bayar padamu." Setelah dia berbicara, dia menatap Mu Chen dengan kemenangan yang berdiri di sampingnya.

Mu Chen kehilangan kata-kata dengan perkataan neneknya.

Di sisi lain, Song Ning tertawa terbahak-bahak. "Nenek, Nenek lucu sekali."

Mata Jiang Jin berbinar saat mendengar kata-kata Song Ning. "Oh, pendekar kata-kata manis! Belum pernah ada orang yang memuji aku sebegitu lucunya. Tolong katakan padaku jika dia mempekerjakan kamu. Apakah dia menipu pernikahan denganmu untuk menipu aku?"

Song Ning terkikik sebelum dia dengan cepat mengganti topik. "Nenek, akhir-akhir ini anda susah tidur ya? Apakah anda sering mimpi buruk dan mudah terbangun? Apakah anda merasa mengantuk? Apakah anda sering tanpa alasan marah setiap sore? Bagaimana dengan selera makan anda? Apakah anda merasa lapar tapi tidak ada selera makan?"

Ekspresi terkejut langsung terpancar di wajah Jiang Jin begitu mendengar pertanyaan-pertanyaan ini.

Di sisi lain, Yu terlihat terkagum-kagum. Dia memandang Song Ning dengan penuh perhatian dan buru-buru berkata, "Iya, iya. Nyonya Tua belakangan ini memang menghadapi masalah ini. Bagaimana anda tahu ini, nona? P-pekerjaan anda apa?"

Song Ning terkekeh dan berkata bercanda, "Saya peramal."

Yu tidak bisa menahan rasa malunya mendengar jawaban Song Ning.

Saat itulah Mu Chen akhirnya buka suara. "Nenek, Song Ning sedang belajar pengobatan Cina; dia seorang dokter. Kami benar-benar menikah!"

Jiang Jin menggelengkan mata ke cucunya sambil berkata, "Jadi kamu tidak membawakan aku seorang menantu perempuan, tapi kau malah membawakan aku seorang dokter? Sudah berapa lama kalian kenal? Kalau sudah kenal cukup lama, kenapa tidak membawanya bertemu aku saat aku pertama kali sakit? Mu Chen, apakah kamu benar-benar menganggap aku bodoh karena umurku?"

Mu Chen, yang tidak tahu harus berkata apa, hanya bergumam, "Nenek..."

Saat itu pula, Song Ning dengan lembut menjelaskan, "Nenek, memang benar bahwa kami tidak saling mengenal lama..."

Jiang Jin menatap Mu Chen dengan ekspresi yang seolah berkata 'aku sudah tahu'.

Song Ning memandang Jiang Jin dengan mata yang jernih dan tenang saat dia melanjutkan, "Nenek, belum pernahkah Nenek merasa seolah-olah sudah mengenal seseorang untuk waktu yang lama meski baru saja bertemu? Lamanya kami saling mengenal tidak ada hubungannya dengan kami menikah atau tidak. Bagaimana menurut Nenek?"

Mata Jiang Jin menjadi terang saat dia memegang tangan Song Ning lagi dan berkata, "Nona, aku hanya khawatir kamu ditipu oleh pemuda ini. Aku memaksa dia untuk mencari pacar dan bahkan telah memperkenalkan beberapa gadis kepadanya, tapi dia sama sekali tidak serius. Tiba-tiba saja dia membawamu kemari ketika aku mengancam akan mati jika dia tetap lajang. Bukankah ini mencurigakan?"

"Nenek!" Mu Chen berkata sambil menggertakkan gigi. Namun, dia tidak memiliki kata-kata untuk membantah Jiang Jin.

Song Ning tetap tenang saat dia berkata, "Nenek, tidak apa-apa kalau Nenek tidak percaya kami. Waktu akan membuktikan isi hati seseorang. Kami akan membuktikannya kepada Nenek, ya? Namun, Nenek harus sembuh dulu baru bisa menyelidiki kami. Bagaimana kalau saya memberi Nenek suntikan agar tidur lebih nyenyak? Sambil itu, saya akan masak sesuatu untuk Nenek makan. Mau coba masakan saya?"