LERRIN
Suhle sungguh luar biasa.
Ia telah membawanya keluar ke sebuah lapangan kecil di hutan, dekat jurang. Cukup jauh dari perkemahan agar bisa berdua tanpa seorang pun yang tahu. Namun cukup dekat untuk mendengar jika terompet dipanggil, atau terjadi suatu gangguan.
Suhle mengikat rambutnya ke belakang—pertama kalinya ia melihat lehernya yang terbuka, dan ia harus terus mengalihkan pandang karena hal itu membuat tubuhnya bereaksi. Wajahnya penuh keringat, dan itu membasahi rambut di pelipisnya. Tapi rahangnya tegang dan ia terlihat garang. Meskipun ia tidak ingin melakukan ini, ia melakukannya dengan segala upaya yang ia miliki.
Ia mengatur postur tubuhnya, lalu menahan telapak tangannya di hadapan dirinya. "Lagi," katanya dengan perintah yang cepat dan rendah.
Ia memberinya tatapan marah. "Saya sudah bilang, saya tidak memerlukan ini."