ELIA
Reth benar. Dalam empat puluh napas Elia hampir berhenti merasa seperti akan pingsan karena kekurangan oksigen. Namun kemudian Reth menyodorkan tangannya untuk membantu Elia berdiri dan ketika dia memegangnya serta membiarkan Reth menariknya ke atas, otot-ototnya terasa seperti jeli.
Lalu dia mengangguk ke arah pohon sekitar delapan puluh kaki di ujung lain jalan setapak—menuju ke atas. "Kau akan berlari mengelilingi pohon itu, kemudian tunggul ini dua puluh kali, lalu menunggu perintah selanjutnya," ujarnya.
Mulutnya ternganga. Berlari? Dia hampir tidak bisa berdiri! Tapi melihat ekspresi di wajah Reth, Elia menelan ludah dan berbalik, mencoba berjoging ke atas lereng, menuju ke pohon, lalu kembali ke bawah ke tunggul.