RETH
Ketahanan diri selama ini nyaris bukan masalah baginya, namun kehadirannya membuatnya begitu tegang, ia merasa seakan-akan akan meledak saat ia memasukinya. Ia butuh waktu untuk menenangkan dirinya kembali. Jadi ketika ia membuatnya terjatuh kembali di atas bulu-bulu dan dia tertawa, ia tidak langsung mengikuti. Sebaliknya, ia mundur sejenak untuk memandanginya, tergelak di sana, tangannya meraih ke arahnya, dengan senyum lebar di mukanya.
"Kemari, cantik," dia terkekeh.
Ia mendengus. "Kita akan membicarakan itu nanti," ia menggeram.
Ia membiarkan jarinya meluncur begitu ringan di sisi kaki Elia sehingga ia menggigil dan lututnya terbuka. Dada Reth naik turun bagaikan semburan napas, menunjukkan kebutuhannya yang meningkat. Ia tak bisa percaya ini benar-benar terjadi. Elia ada di sini. Di Anima. Untuk selamanya. Dan dia adalah miliknya.
Syukurlah kepada Pencipta.
"Reth," dia mengatupkan siku dan bangkit. "Kenapa kamu tidak naik ke sini?"
