```
Saat Su Bei mulai khawatir apakah Lu Heting akan mengangkat telepon atau tidak, suaranya terdengar begitu panggilan tersebut tersambung. Dia bahkan tidak sempat bereaksi.
"Su Bei," suara pria di ujung telepon terdengar tenang dan seksi, yang entah bagaimana sangat meyakinkan melalui arus listrik.
"Pak Lu, bisa menjemput saya? Saya sedang terburu-buru, tapi saya terjebak di tempat yang sangat terpencil. Lalu lintas sedang macet parah, dan saya akan terlambat jika harus menunggu taksi!" Su Bei memohon. Dia adalah harapan terakhirnya.
"Kirimkan lokasi Anda. Jangan khawatir. Saya akan datang secepat mungkin. Tunggu saya." Tanpa ragu-ragu, Lu Heting berdiri dan melangkah keluar dari kantor.
Su Bei sedikit lega. Kata-kata Lu Heting terdengar ajaib, memberikan efek menenangkan baginya.
Sopir masih sibuk mencoba memperbaiki mobilnya. Su Bei tidak menyalahkannya, dan dia juga tidak melanjutkan percakapan dengannya.