Setelah menutup telepon, Su Bei mengeluarkan botol obat dan menuangkan dua pil ke telapak tangannya.
Ketika dia hendak memasukkan pil ke mulutnya, dia menyadari bahwa dia lupa membeli air. Namun sebelum dia sempat berdiri, sebuah botol susu anak-anak disodorkan ke tangannya.
Disusul oleh suara imut anak kecil yang berkata, "Kakak, kamu bisa minum ini!"
Su Bei menunduk dan melihat seorang bocah laki-laki sekitar tiga atau empat tahun berdiri di depannya. Dengan wajah bulat dan sifatnya yang ceria, ia begitu imut sehingga Su Bei ingin mencubit pipinya yang mungil.
Bocah kecil itu menatap Su Bei dengan matanya yang besar dan berbinar. "Kenapa kamu tidak minum? Obat pasti rasanya pahit, tapi kamu tidak akan merasakannya jika minum susu ini."
"Terima kasih." Melihat matanya yang lucu dan polos, Su Bei merasa hatinya meleleh. Dia tidak bisa menolak kebaikannya, jadi dia mengambil botol susu dari tangan bocah itu dan mencubit wajahnya yang mungil. Sebenarnya, bocah itu sangat menggemaskan sehingga dia ingin membawanya pulang!
Senyum di wajah bocah itu semakin lebar ketika dia melihat Su Bei mengambil botol susu.
Memandang bocah kecil itu mengingatkan Su Bei pada anaknya yang lain. Jika bayi itu tidak terlahir dengan penyakit, dia pasti tumbuh seimut bocah di hadapannya ini.
Dia yakin jika anak itu masih hidup, dia pasti akan mirip dengannya. Karena Da Bao mirip dengan Lu Heting, bayi yang lain pasti mirip dengannya.
"Kakak, kakak, apa yang kamu pikirkan? Kakak?" Melihat bahwa Su Bei asyik dengan lamunannya, bocah kecil itu gelisah mengibaskan tangannya yang mungil di depannya.
Ketika dia pertama kali melihat Su Bei, dia ingin berbicara dengan serius dengannya. Tapi sekarang dia melihat Su Bei dengan pandangan kosong dan seakan-akan berada dalam dunianya sendiri, dia merasa kecewa sampai ingin menangis.
Su Bei sadar dari lamunannya dan tersenyum bertanya, "Kecil manis, di mana orang tuamu? Aku harus pergi sekarang."
Saat dia berbicara, dia melihat-lihat sekeliling tapi tidak melihat siapa pun.
Gun Gun memegang kaki Su Bei dan menatapnya dengan penuh harap.
"Kakak cantik, namaku Gun Gun. Kamu namanya siapa?" dia bertanya dengan penuh antusiasme.
"Oh? Namamu Gun Gun? Nama aku Su Bei," kata Su Bei sambil tertawa. Dalam bahasa Negara S, "Gun Gun" berarti bundar dan imut, jadi itu nama yang pas untuk bocah ini. Dia memiliki lengan yang pendek dan wajah yang bulat kecil. Senyumnya yang murni dan polos akan menerangi hari siapa saja.
"Bei Bei, bisa peluk aku?" bocah kecil itu bertanya sambil membuka lengannya. Dia bisa melihat bahwa Su Bei sedang ragu-ragu, jadi dia memeluk kaki Su Bei dan mencoba memanjat tubuhnya seperti monyet kecil.
Su Bei tidak bisa menolak bocah kecil itu, jadi dia mengangkatnya. Sekarang bocah itu bisa melihat wajah Su Bei dari dekat, bocah kecil itu tersenyum lebar dan berkata dengan gembira, "Bei Bei, kamu sangat cantik! Ayah bilang aku bisa menikahi gadis manis di masa depan. Kamu gadis termanis yang pernah aku lihat! Jadi, bisa kamu jadi istriku?"
Su Bei terhibur oleh kata-katanya. "Kamu tahu apa itu istri?"
"Iya, itu berarti gadis yang aku suka!"
"Nah, kamu tidak bisa menikah sampai kamu berumur delapan belas tahun." Memandang wajah bulatnya, Su Bei menduga bahwa ayahnya pasti sangat mencintai ibunya; itulah sebabnya dia punya ide semacam itu di usia yang masih sangat muda.
"Jadi, bisa kamu tunggu sampai aku berumur delapan belas tahun? Aku sudah meniup lilin empat kali! Jika aku tiup lilin empat belas kali lagi, bisa kita menikah?"
"Ya, kita bicara lagi saat itu tiba," kata Su Bei sambil mengelus wajah bulatnya dengan penuh kasih sayang.
"Oke, janji ya!" Gun Gun mencium pipi Su Bei.
"Janji."
Setelah itu, Gun Gun melepaskan pelukannya, dan berlari ke arah seorang wanita paruh baya di usia lima puluhan. Mengira bahwa dia adalah nenek bocah itu, Su Bei melambaikan tangannya dengan senyum.