Tangan Abi di gagang pintu semakin erat menggenggamnya. Dia menatap pria itu dan mata pria itu terlihat sangat serius. Darimana hal itu datang? Mengapa dia bertanya?
Pertanyaannya mengejutkan Abi sehingga dia hanya menatapnya dan tidak bisa berbicara. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa dia akan memiliki percakapan seperti ini dengan pria yang pendiam dan stoik ini! Otaknya mulai berfungsi lagi dan dia hendak menjawab tetapi tiba-tiba, handphonenya bergetar.
Abi melihatnya dan melihat bahwa ayahnya yang meneleponnya.
Dia menatap ke atas pada Ezekiel Qin dengan permintaan maaf kecil di matanya sebelum dia mengangkat telepon dan menjawabnya.
"Halo? Ayah? Apakah kau sudah di sini?" Abi melihat keluar jendela mobil dan melihat mobil ayahnya terparkir dekat taman. "Oke, aku akan datang," katanya dan ketika panggilan berakhir, dia menatap Ezekiel Qin.
"Kamu bisa pergi," katanya padanya, tidak menatapnya lagi.
"Terima kasih untuk tumpangannya, Tuan Qin."
"Mn."
