"Jika kamu berbicara tentang perang, simpan saja kata-katamu." Suara Jedrek tegas. Dia meluruskan punggungnya, dan melemparkan pandangan berbahaya kepada pasangannya dengan mata yang merah karena darah. "Dan aku akan bersama siapa pun yang aku inginkan, tidak peduli apakah kamu pasanganku atau tidak!"
Entah bagaimana, dia bisa merasakan sakit menusuk yang tidak diketahui di dadanya setelah dia mengucapkan kata-kata tanpa hati tersebut. Dan rasa sakit misterius ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan luka di bahunya. Lilac bisa merasakan amarahnya mengendalikan tubuhnya setelah mendengar deklarasi Jedrek.
Tanpa sadar dia mencakar kedua telapak tangannya dengan kuat. Dia menggigit bibirnya dan kebencian berkedip di matanya. Namun, pada saat dia berbicara, suaranya tetap stabil dan tenang. "Setidaknya, kita sepakat dalam hal ini." katanya. Akhirnya, ketegangan di tubuhnya mereda dan ekspresinya tidak menunjukkan sebanyak amarah yang dia rasakan.
