Hope mengikutinya tanpa pikiran seraya mendengarkan ocehannya.
Hampir saja, anak laki-laki itu berubah menjadi semacam pemandu wisata yang mulai memperlihatkan Hope keliling setiap bagian dari sekolah ini.
Sejujurnya, Hope tidak berpikir bahwa dia akan bisa ingat semuanya, tapi dia tetap diam selama perjalanan menuju lantai satu lagi.
"Tahu tidak, kamu itu diam sekali untuk seorang gadis." Tiba-tiba anak laki-laki itu berhenti dan berbalik menghadap Hope. Bibirnya sedikit merengut saat matanya yang berwarna hazel mengamati gadis di hadapannya tersebut.
Jika bukan karena refleks Hope yang baik, dia pasti sudah menabrak dia dan menciptakan adegan dramatis. Untungnya, dia berhenti sebelum hal itu terjadi.
"Mungkin itu kamu, yang terlalu banyak bicara." Hope melipat tangannya sambil menatap tajam anak laki-laki yang namanya masih belum diketahuinya.