Mereka memang sudah sampai di tempat dimana mereka menuju, yakni beberapa anggota pasukan Bloody Suck yang menunggu mereka di dalam. Tapi siapa sangka ketika Edric membuka pintu, wajahnya langsung terdiam kaku karena melihat orang Bloody Suck itu tergeletak tak bernyawa seperti mereka baru saja di bunuh.
"Oh tidak...." Edric terkejut tak percaya bahkan langsung mendekat memeriksa mereka, tapi tetap saja, sudah di pastikan, mereka di bunuh.
"Shit, siapa yang melakukan nya!" Dia sangat kesal, tapi Clarina tampak terdiam di tempatnya, dia lalu melihat sekitar di tempat yang kosong itu.
"Sebenarnya, apa yang aku lakukan di sini..." Ia tampak agak sangat takut.
Namun mendadak ada suara dari luar bangunan itu yang membuat Edric berpikir bahwa itu adalah beberapa pemburu liar yang sengaja mengepung mereka.
"Cepat, kita tak punya pilihan lain" Dia menarik tangan Clarina, mereka naik ke lantai dua dan melihat di bawah bahwa beberapa orang tidak di kenal memang masuk ke dalam sana dengan senjata mereka.
Karena jalan di depan sudah di blokir mereka, Edric meminta Clarina terus berjalan mencari jalan keluar, hingga mereka di paksa untuk berjalan ke dalam gedung itu yang gelap dan hanya di temani penerangan senter Edric, tapi dia merasa bahwa semakin dalam mereka masuk, ia semakin curiga ada gas virus di sana memaksanya memakai masker khusus. Dan yang benar saja, di sana terlihat banyak sekali gas virus, dia bisa terinfeksi jika menghirupnya, tapi ia menatap ke Clarina yang bahkan tidak memakai masker khusus itu.
"Kenapa tidak memakai masker mu?"
"Aku baik baik saja tanpa masker... Memang nya ada suatu virus? Aku tak merasakan apapun di sini" Clarina membalas dengan bingung, karena tentu saja dia sudah tahu bahwa dia imun atau karena dia memang tidak merasakan apapun dari virus itu.
Edric sempat terdiam mendengar itu, untuk memastikan lagi, dia bertanya. "Apa kau yakin? Coba bernapas?" Dia agak aneh.
Itu membuat Clarina menunjukan dia bernapas terang terangan. "Lihat.... Tak terjadi apapun" Tatapnya. Bahkan Edric masih terdiam melihatnya, ia agak terdiam berpikir dan mungkin dia harus menebak dua kali bahwa Clarina memang imun dan seorang antibodi.
"Sepertinya aku memang harus percaya bahwa kau imun" Tatap Edric membuat Clarina terdiam, tapi itu membuat Clarina tersenyum kecil dan mengikuti nya dengan perasaan senang.
Meskipun sempat ada beberapa infected itu, Edric dengan mudah membunuh mereka dengan pisaunya dengan menyergap mereka secara cepat dari belakang.
Tapi ketika mereka di tengah jalan, tiba tiba saja, lantai pijakan yang di injak oleh Edric yang berjalan duluan menjadi retak dan mendadak membuatnya terjatuh.
Brak!!
Itu membuat Edric terjatuh dari lantai satu.
"Astaga!!" Clarina terkejut tak sempat memegangi tubuh Edric yang jatuh di bawah, tapi untung nya dia jatuh di bagian pipa air yang bocor membentuk kolam banjir, dia tak terluka karena jatuh di air, tapi tetap saja, dia sekarang terjebak di bawah, kemudian menatap ke atas. Ia bisa mendengar suara Clarina. "Hei, kamu baik baik saja?"
"Yeah, jangan turun!! Apapun yang kau lakukan jangan turun, tetaplah di tempat mu dan aku akan menyusul mu"
"Tapi...." Clarina mencemaskan Edric.
"Cukup tenanglah..." Edric keluar dari air, tapi ia dikejutkan oleh infected yang muncul tiba tiba dan langsung menyerang nya, infected itu menyerang dengan mencekik leher Edric dan mendorong nya untuk terjatuh di air, dan itu benar benar membuat Edric tenggelam, dia tak bisa bernapas tapi mencoba memberontak.
Hingga ketika infected itu akan menggigit nya, dia dengan sigap mengambil pistol dari pinggang nya dan menembak tepat di kepala samping infected itu membuat makhluk itu terjatuh mati dan dia bisa bernapas cepat keluar dari air juga langsung memakai maskernya.
Ia memilih langsung melanjutkan nya dengan mencari jalan untuk ke atas menyusul Clarina yang tadi masih di tempatnya.
Meskipun harus menghadapi beberapa infected yang menghalangi jalan nya dan terus menyerang nya beberapa kali, tapi tetap saja, Edric bisa menangani nya sebelum mereka benar benar akan menggigit dan menyerang membuat luka padanya
Hingga ia benar benar menemukan Clarina, tapi ia terhalangi oleh kayu yang menutupi jalan nya. "Hei, nak!" Panggilnya karena Clarina masih mengintip di tempat dimana Edric jatuh dan tidak menyadari bahwa Edric sudah sampai di dekatnya namun terhalang kayu.
Clarina yang mendengar itu segera mendekat. "Bagaimana bisa? Kamu tidak terserang makhluk makhluk itu?" Clarina menatap tak percaya.
"Kau pikir dari awal aku takut mereka...." Edric menatap dingin. Tapi kemudian dia meminta Clarina untuk mundur. "Hei, mundur dulu...."
Dengan bingung, Clarina berjalan mundur hingga siapa sangka, Edric memukul papan kayu yang menghalangi jalan antara mereka, itu membuat kayu kayu itu langsung hancur dan Clarina terkesan sambil tertawa. "Wohoah... Yu so strng..." Tatapnya sambil melewati kayu itu dan mengikuti Edric yang mulai menuntun nya keluar.
Tapi siapa sangka, di luar juga ada beberapa pemburu liar yang tengah berjaga di sana.
"Sial, kenapa harus begitu" Edric tampak kesal sambil melepas maskernya, mereka masih ada di lantai dua menatap orang orang yang tampaknya serius berjaga itu.
Kemudian dia menatap ke Clarina. "Hei, mulai sekarang peganglah ini, kupikir kau juga harus melindungi dirimu sendiri dan membantu ku nanti" Dia memberikan sebuah revolver membuat Clarina terkejut melihat itu.
"A-aku tak bisa... Aku tak bisa..." Dia menolak dan terus menggeleng beberapa kali.
"Ini cukup mudah.... Lihat..." Edric mengajarinya. "Buat peluru nya masuk, tarik pelatuk, kemudian arahkan dan tembak, itu mudah, kau mengerti" Dia menjelaskan dengan singkat sampai mengakhirinya dengan memaksa Clarina menangkap revolver itu dengan gemetar.
"Tetaplah di sini sampai aku menghabisi mereka satu persatu, setelah mereka habis, kau bisa turun, kau mengerti" Tatap Edric dengan serius.
"Kenapa harus begitu? Kenapa tidak aku ikut turun saja?" Tatapnya dengan merasa takut.
"Bantu aku dari jarak ini" Kata Edric hingga dia meninggalkan Clarina yang kesal.
Edric turun untuk melawan orang orang itu dengan pisaunya, dia sangat mudah dalam mengendap endap di belakang mereka dan Clarina dari tadi melihat itu.
Tapi ia menyadari ada satu orang yang sudah melihat Edric membuat orang itu akan mengarahkan peluru padanya, tapi Clarina yang langsung sigap langsung mengarahkan pistol itu dan tanpa ragu ragu menembaknya karena situasi darurat, dan yang benar saja, orang itu terkena peluru di dadanya membuat Edric menyadarinya di belakang nya, dia tahu bahwa yang melakukan nya adalah Clarina membuatnya menengadah menatap.
Kemudian memberi isyarat. "Sudah aman, turunlah...."
Clarina yang melihat itu menjadi bergegas turun dan menyusulnya dengan buru buru dan terengah engah. Hingga ketika sudah mendekat, Edric sedikit memujinya. "Kau sudah bisa bukan..." Tatapnya.
Tapi Clarina melirik. "Sama sama!!" Dia mengharapkan Edric berterima kasih membuat Edric tertawa kecil.
Ketika mereka sudah berjalan kembali bersama, Clarina bertanya. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tatapnya.
". . . Aku akan membuka peta lagi setelah di luar.... Di sini terlalu gelap, yang pasti, kita harus menuju ke pasukan Bloody Suck yang ada di tempat lain karena Bloody Suck adalah tujuan kita...." Kata Edric membuat Clarina terdiam mengerti.
Hingga ketika mereka sudah sampai di luar, dengan melewati bagian belakang gedung, Edric mengambil sebuah peta dari sakunya dan membukanya bersama Clarina untuk Clarina bisa melihatnya.
"Karena di sini, mereka mati...." Edric mencoret dengan spidol merah pada tempat mereka saat ini. "Jadi kita harus ke arah lain, melewati jalanan kota sebentar setelah itu dilanjutkan perjalanan panjang" Tambahnya.
"Kita tak mungkin berjalan kan?" Clarina menatap.
"Aku juga berpikir begitu, yang harus kita butuhkan tentu saja adalah mobil..."
"Di sini bahkan tak ada mobil yang utuh..." Tatap Clarina.
"Aku tahu dimana mendapatkan mobil, melalui rekan ku, dia pasti memiliki mobil, aku tahu tempatnya... Ikuti aku" Edric melipat kembali petanya dan berjalan duluan di ikuti Clarina.
Mereka kembali berjalan tapi Clarina mencoba bertanya sesuatu. "Kenapa kau bisa kenal orang yang akan kita tuju?"
". . . Itu karena dia rekan ku waktu di tugaskan di sini, dia termasuk kemiliteran Amerika Serikat, tapi memilih untuk mengasingkan diri, aku yakin dia malah lebih baik bertahan hidup. Saat di sana nanti, sebaiknya jangan bicara dengan nya, biarkan aku yang bicara dengan nya saja" Kata Edric.
". . . Jadi, kau memang militer?" Clarina memandang nya membuat Edric berhenti berjalan, dia kemudian menoleh ke Clarina.
"Hanya mantan, kau mengerti itu"
"Yeah, mantan, karena virus ini, dan pemerintah tak mengurus mu" Clarina menatap kesal sambil menyilang tangan karena dia membenci militer.
"Bukankah Ayah mu juga militer? Dia malah meninggalkan militer demi sesuatu" Edric memanasi Clarina.
"Maaf, tapi Ayah ku meninggalkan militer untuk menjalin kehidupan yang lebih baik, tapi... Tunggu, dari mana kau tahu Ayah ku militer juga?" Clarina menatap bingung.
Itu membuat Edric terdiam sebentar hingga mengatakan sesuatu. "Aku juga tak percaya kau putri nya"
". . . Yeah, terserah, aku juga tak pernah membanggakan nama Ayah ku... Tapi, sebelumnya, dia bilang, akan ada seseorang yang menjaga ku jika mereka mengenal ku sebagai Putrinya..." Kata Clarina sambil merogoh sakunya dan menunjukan nya pada Edric yang melihat bahwa itu adalah Dog Tag milik seseorang yang bernama Berezira.
"Ini memang nama nya" Kata Edric sambil menatap liontin itu. "Sebaiknya kau memakainya..."
"Kenapa aku harus memakainya....? Oh, aku juga bertanya tanya, ketika aku masih di penampungan militer itu, mereka memberikan tempat khusus untuk liontin itu dan mereka tidak membuang nya, apa kau tahu kenapa?" Clarina menatap.
"Seperti yang Ayah mu bilang, dia cukup terkenal di kalangan militer, jadi mereka mungkin mengetahui bahwa kau putri Berezira, membuat mereka harus membuat mu tetap hidup tapi harus tetap di siksa dan membiarkan liontin itu menatap mu tersiksa, mereka tak peduli nama itu karena sekarang tak ada yang terlihat nama nya Berezira" Kata Edric membuat Clarina yang mendengar itu menjadi kesal.
"Dasar mereka, mentang mentang Ayah sudah tiada... Mereka seenak nya memanfaatkan ku..."