—Sebuah kota kecil di Jepang.
Di langit sore yang berwarna merah jingga. Seorang pemuda berseragam SMA yang terlihat lemas berjalan pulang menuju daerah tempat tinggalnya. Rambut hitam yang tidak teratur serta mata hitam sayu, begitulah penampilannya. Sambil berjalan di atas jembatan pemuda itu memandang sungai kecil yang berada dibawah.
Sungai yang tidak begitu dalam dan permukaan airnya cukup tenang. Dipinggir sungai adalah tempat yang cukup bagus untuk bersantai dan bermain. Ada pelajar yang berbaring sendirian diatas rumput, ada pasangan pelajar yang sedang jatuh cinta, ada beberapa anak kecil bermain bersama orang tuanya, dan seorang Kakek yang tengah memancing.
Semuanya melakukan kegiatannya masing-masing. Saat itu juga tanpa tanpa pikir panjang remaja itu berdiri di atas tembok pembatas jembatan. Remaja itu membentangkan kedua tangannya lurus kesamping-terlihat seperti ingin mengakhiri hidupnya. Dia lalu mulai menarik nafas panjang dan memejamkan matanya.
Deg-deg.
Rasa takut, gemetar, kesedihan, semua menjadi satu saat itu juga. Wajah pemuda itu terlihat ketakutan dan berkeringat. Dia lalu kembali menarik nafas panjang, dan mulai membayangkan tentang kehidupan menyedihkannya. Ketakutannya perlahan mulai menghilang dan berganti dengan keberanian.
Saat dia sudah ingin menjatuhkan badannya kebawah, seorang polisi lalu datang. Polisi itu langsung berteriak dari kejauhan-seperti mengisyaratkan untuk turun dari sana. Remaja itu kaget menurunkan kedua tangannya dan membuka matanya sambil berputar dan melihat sumber suara di belakang.
Dia lalu mulai melangkahkan kaki untuk turun dari sana. Namun sayang, saat dia mulai melangkahkan kaki kanannya, dia terpeleset dan terjatuh kebelakang.
Remaja itu terkejut sampai mulutnya terbuka. Dia meraih tangan kanannya keatas dan mencoba berpegangan pada ujung jembatan, namun tangannya tidak meraihnya.
Saat terjatuh semua seperti berjalan dengan lambat. Tangannya yang tidak dapat meraih keatas, membuatnya mengeluarkan air mata tanpa sadar. Disaat itu dia mulai memikirkan kejadian yang dia alami sebelumnya.
Ditinggal oleh kedua orangtuanya yang hidup berpisah, hidup seorang diri dari uang yang diberikan orangtuanya, dijauhi di lingkungan sekitar, tidak ada yang mau berteman di sekolah, disiksa dan dipukuli dengan tongkat bisbol oleh para kakak kelas. Dan sekarang berakhir sudah...
Byur...
Remaja itu pasrah dengan keadaan. Badannya yang lemas tak bertenaga perlahan mulai tenggelam. Mencoba menerima takdir karena dirinya tenggelam dan tidak bisa berenang.
Ahh... Rasanya mulai dingin disini.
Kurasa mati seperti ini tidaklah buruk.
Perlahan air mulai masuk ke mulutnya, rasanya sulit bernafas. Perlahan cahaya dari balik air mulai mengecil-dari penglihatan.
Cahaya itu mengecil.
Semakin mengecil.
Terus mengecil.
Mengecil.
Dan,
Hilang.
Seluruh badannya sekarang sudah tidak dapat dia gerak dan rasakan. Namun dia masih dapat berfikir menggunakan kesadarannya. Jiwa dan raganya mungkin telah berpisah. Yang ada hanyalah kegelapan yang dia lihat.
Oh, disini gelap.
Apakah aku sudah mati?
Tapi kenapa aku masih bisa berpikir dengan hati nurani?
Apakah ini di alam baka?
Entah apa yang terjadi. Hampa, begitu hampa. Mungkin inilah yang namanya akhir kehidupan. Namun, sebenarnya semua ini belum berakhir. Beberapa saat kemudian muncul sebuah cahaya misterius.
Cahaya? Aneh sekali.
Cahaya kecil itu menerangi kegelapan yang penuh kehampaan. Cahaya yang muncul dari titik terkecil perlahan mulai membesar. Semakin membesar. Hingga pada akhirnya...
Kegelapan yang hampa telah lenyap berganti cahaya putih. Remaja itu akhirnya bisa membuka matanya dan melihat kembali. Sebuah benda yang menyilaukan mata membuat remaja itu buta sesaat-itulah cahaya matahari di siang hari.
"Aku hidup lagi?"
"Ini... Apa ini, rumput?"
Tangan kanan remaja itu meraba dan merasakan sebuah rumput-membuatnya sadar bahwa dia sedang terbaring di atas hamparan rumput hijau. Dia lalu mencoba bangun dan merebahkan badannya di atas rumput. Segerombolan kupu-kupu yang hinggap di atas badannya berterbangan setelah dia bangun.
Para kupu-kupu berterbangan dengan bebas menggunakan sayap indahnya. Remaja itu melihat sekelilingnya. Didepannya adalah sebuah sungai yang suara airnya terdengar dan mengalir deras. Dibelakangnya adalah sebuah hutan yang dipenuhi pepohonan dan terdengar suara burung-burung bernyanyi.
Remaja itu merasa kagum sekaligus heran dengan pemandangan indah yang begitu asing baginya. Rasanya seperti berada di novel fantasi. Lama kelamaan Remaja itu merasakan sesuatu yang dingin di badannya. Dia meraba tubuhnya sendiri lalu melihat kebawah.
"Apa? ...ini?! Pakaian yang ku kenakan ini."
Remaja itu baru sadar bahwa pakaian yang ia kenakan basah kuyup karena tercebur ke sungai. Yang lebih mengejutkan dirinya adalah pakaian yang dikenakannya bukan seragam murid SMA, tetapi sebuah seragam kerajaan. Remaja itu lalu melihat sekelilingnya lagi, tidak ada yang berubah. Hanya ada sebuah sungai yang dikelilingi hutan.
Remaja itu lalu mencoba bangun dan berdiri. Rasanya tubuhnya lebih mudah digerakkan daripada sebelumnya. Badannya juga tidak terasa sakit seperti sebelumnya.
"Padahal kerjaanku hanya bermain game dan tidak pernah olahraga. Sangat aneh."
Remaja itu mengepalkan kedua tangannya dengan kekuatannya lalu memukul lurus kedepan berganti-ganti tangan. Setelah itu dia mencoba beberapa gerakan tinju lainnya. Semua dilakukannya dengan mudah.
"Ternyata memang tubuh ini lebih ringan dan menyimpan banyak tenaga."
Remaja itu menjadi bersemangat dan mengepalkan tangan kanannya di depan dada. Dia lalu menoleh ke belakangnya-kearah hutan.
"Hutan ini, aku harus masuk dan mencari tahu."
Remaja itu lalu berjalan memasuki hutan yang dipenuhi pohon. Para burung bernyanyi saat dia memasuki hutan. Sambil berjalan dia menoleh kanan-kiri berjaga jaga ada sesuatu. Dia lalu terus berjalan sampai akhirnya melihat seseorang dari kejauhan.
Remaja itu terus mendekati orang itu dan mencari tahu siapa orang tersebut. mereka lalu saling memandang dari kejauhan 5 meter. Dari situ terlihat jelas orang itu adalah seorang gadis yang kelihatannya seumuran dengannya, berambut panjang berwarna coklat yang dikuncir kuda, serta mata indah berwarna merah. Gadis tersebut membawa sebuah pedang yang dimasukan kedalam sarung dan diletakan dipinggul. Mata Remaja itu berkaca-kaca melihat seorang gadis cantik itu-bahkan matanya tidak berkedip sedikitpun. Gadis itu sepertinya tersenyum dan menyebutkan suatu nama.*
[Prolog End]
Ditulis pertama kali: 26/01/2018