halo guys
makasih buat kalian yang bersedia baca cerita ku
semoga kalian suka yahh
jangan lupa follow aku dan ninggalin jejak yaahh
selamat membaca...
------------------------------------------------------------
Naya menyusuri jalan setapak yang biasa ia lewati setiap pulang dari sekolah. Matahari sudah tenggelam, menyisakan semburat jingga di langit senja yang sebentar lagi akan menggelap. Ia mempercepat langkah, ingin segera sampai di rumah dan menyelesaikan tugas sekolahnya.
Di sisi lain kota, Revan, ketua geng motor yang terkenal WARRIORS dengan lima anggota inti yang terdiri dari Raka Mahendra Wijaya Cowok dingin yang hampir ga pernah berhubungan dengan yang namanya cewek, Farel Adrian Putra cowok yang paling random diantara mereka tak lupa dengan gingsulnya yang menambah kesan manis di wajahnya, Zidan Alvaro Mahendra cowok yang paling pintar di antara mereka, dan yang terakhir Fabian Rizky Ramadhan cowok gembul yang sering diusilin oleh Farel dan Zidan.
Revan sedang memimpin anggotanya dalam sebuah pertemuan rahasia di sebuah gudang tua. Dengan tampang dingin dan tatapan tajam, Revan adalah sosok yang ditakuti dan dihormati oleh semua anggota geng.
Setelah tiba di gudang itu, mereka pun duduk di sofa yang memang sudah tersedia di sana. Malam itu, mereka merencanakan balapan liar yang akan berlangsung di jalan-jalan sepi kota, yang sudah menjadi kebiasaan mereka.
"kayaknya geng VORTEX bakalan maju deh van, lu maju juga kan?," tanya zidan pada Revan yang sedang merebahkan tubuhnya di salah satu sofa yang ada disana. Revan hanya menjawab pertanyaan Zidan dengan anggukan kepala.
"lagian berani banget anjirr si nathan nantangin Revan, udah berkali kali kalah ga kapok kapok tuh curut" ucapan Farel mengundang gelak tawa teman temannya.
"kalian laper ga? gue laper banget anjirrr, anak anak gue udah pada minta makan" keluh Bian dengan mengusap usap perutnya. "elahhhh lu mah lapar mulu, kayaknya di kulkas ada cemilan lu liat dulu sana" suruh farel, dengan semangat Bian segera menuju tempat kulkas itu berada. walaupun markas mereka hanya bangunan gudang tua, namun isinya sudah lengkap dengan barang barang untuk kebutuhan mereka, seperti tv, kulkas, kamar, dan lain lain
"udah jam 7 van," ucap Raka.
"oke" mereka pun segera memanggil Bian yang masih anteng di depan kulkas dengan tangan yang memegang makanan, mereka pun bersiap siap pergi ke lokasi balapan yang biasa mereka gunakan.
----------------------------------------------------------------------------------Tanpa sengaja, rute pulang Naya berpapasan dengan arena balapan geng motor Reyhan. Saat suara mesin motor menggema dan lampu-lampu motor menerangi jalan gelap, Naya terkejut dan merasa ketakutan. Ia berusaha mencari jalan keluar, namun langkahnya terhenti ketika melihat salah satu motor kehilangan kendali dan meluncur ke arahnya.
Dengan reflek cepat, Revan yang berada tak jauh dari situ langsung melompat dari motornya dan menarik Naya ke pinggir jalan. Terdengar suara dentuman keras saat motor tersebut menabrak tiang listrik di dekat mereka. Naya terkejut mendengar sumpah serapah yang dikatakan orang jatuh itu, nafasnya terengah-engah, matanya membelalak melihat sosok yang baru saja menyelamatkannya.
"Lo nggak apa-apa?" suara Revan terdengar berat namun penuh ketegasan.
Naya mengangguk, masih dalam keadaan syok. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa melihat ke arah Revan yang berdiri dengan gagah di depannya. Malam itu, mereka saling bertatapan untuk pertama kalinya. Sosok Reyhan yang selama ini hanya dikenal dari cerita-cerita seram di sekolah, cowok yang katanya paling menakutkan namun juga paling tampan di sekolahnya kini berdiri di hadapannya sebagai penyelamat.
"Nama gue Revan. Lain kali harus hati-hati kalau lewat daerah sini," katanya sambil memasukkan kembali helmnya dan berlari kecil menuju motornya yang tergelatak begitu saja setelah menghantam kerasnya aspal jalan. kemudian dia menaiki motornya,dan menuju ke arah Naya yang masih bergetar, karena masih terkejut dengan kejadian tadi. "Ikut gue, gue anterin lo pulang."
"gausah kak aku masih bisa pulang sendiri kok," tolak Naya dengan suara takut, lalu melanjutkan langkah kakinya mulai menjauhi Revan. Siapa yang tidak takut, ini pertama kalinya mereka saling bicara setelah hampir 1 tahun dia bersekolah di SMA Harapan Bangsa. Apalagi banyak rumor yang bilang kalau Revan adalah sosok yang sulit untuk di dekati, dan masih banyak rumor aneh lainnya, sebaiknya jangan berurusan dengannya.
"Gausah takut sama gue, kita satu sekolah, lu pastinya udah kenal gue kan, lagian emangnya lu berani lewatin gerombolan di sana?" Naya mengikuti arah tangan Revan menunjuk dan benar saja di depan sana banyak gerombolan cowok cowok yang mungkin juga sedang asik nonton balapan.
Naya pun ragu, namun ia tak punya pilihan lain. Dengan gemetar, ia duduk di belakang Revan.
"kita ke teman teman gua dulu," Naya hanya mengangguk saja ia tidak berani protes, entah apa yang Revan katakan pada anggota geng motor yang pasti Naya hanya termenung di atas motor.
Selama perjalanan pulang, Naya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Ia menatap punggung Revan yang lebar dengan kagum, padahal mereka masih SMA tapi badan Revan sudah sekeren itu, "Astaga Naya kamu mikirin apaansih" batin naya dengan menepuk kepalanya.
Sesampainya di depan rumah Naya, Reyhan berhenti dan menoleh ke belakang. "Ini alamat lo, kan?"
Naya mengangguk pelan. "Iya, terima kasih," ucapnya lirih.
"siniin hp lo"
"hp ku buat apaan kak"
"ck siniin aja cepet" naya pun menyerahkan hp nya dengan ragu, arka terlihat seperti sedang mengetik sesuatu di hpnya.
"itu nomor hp gue, gue udah hampir buat lu celaka, siapa tau lo mau minta tanggung jawab dari gue, pokonya lain kali jangan lewat situ lagi, rawan buat cewek kayak lo," kata Reyhan sebelum melaju pergi dengan motornya, meninggalkan Naya yang menatap bingung, padahal ia juga takkan minta tanggung jawab sih, dia kan ga terluka sama sekali hanya kaget saja.
Malam itu, Naya masuk ke dalam rumah dengan perasaan campur aduk. Ia tak pernah membayangkan akan bertemu dengan Revan dalam kondisi seperti itu, bahkan Revan memberikan nomor hpnya, Apakah benar dia adalah cowok yang katanya tidak suka didekati dan cowok yang paling menakutkan di sekolah. Sementara itu, Reyhan juga tidak bisa melupakan mata polos Naya yang ketakutan yang masih membekas dengan baik dalam ingatannya.
Sepanjang jalan Revan hanya memikirkan tatapan mata Naya yang polos dan takut, ia menganggap cewek itu sangat lucu. tapi ia seperti tak pernah melihat cewek itu di sekolah, jika bukan karena lambang sekolah yang tertempel di seragamnya, Revan tidak akan tau mereka satu sekolah. Revan kembali memulihkan pikirannya dan melajukan motornya menuju arena balap yang tadi
-----------------------------------------------------------
wahhh gimana menurut kalian dengan part ini?
jangan lupa baca lanjutannya yaa
see u in the next chapter guys
luv u