Setelah Emma selesai membersihkan dan mencuci kasur, ia memutuskan untuk tidak menutupnya dengan seprei karena ranjang tersebut masih belum kering. Ia membuka jendela agar cahaya matahari masuk ke dalam ruangan untuk membantu mengeringkan ranjang tersebut. Namun, karena sudah sore, cahaya matahari tidak terlalu membantu.Tak lama kemudian, Elio datang membawa popok dewasa dan langsung menuju ke kamar. "Emma, ini popoknya sudah saya belikan. Tapi saya tak tahu ukurannya pas atau tidak."Emma menyambutnya dengan rasa lega. "Tak masalah, Tuan Elio. Oh ya, saya rasa Nyonya Vera perlu dimandikan. Tubuhnya masih bau pesing akibat ngompol tadi."Elio tampak berat hati mendengar permintaan itu. "Kau akan memandikannya, Emma? Oh tidak, aku tak sanggup melihat istriku diperlakukan seperti ini. Rasanya sulit melihatnya diperlakukan seperti bayi. Aku merasa amnesia istriku ini telah menjatuhkan martabatnya."Emma menjawab dengan lembut, "Tuan, ini demi kebaikan Nyonya Vera. Tubuh Nyonya Vera masih bau pesing. Apakah Tuan Elio saja yang memandikannya, jika Tuan Elio merasa malu jika saya yang memandikannya?"Elio mengangguk pelan, akhirnya setuju. "Oh, baiklah Emma. Biar kau saja yang memandikannya. Tolong cepat mandikan dia. Bau ini memang sangat tidak menyenangkan.""Baik, Tuan." Emma kemudian mulai melepas seluruh pakaian Vera dengan hati-hati, sehingga Vera tampak telanjang bulat.Elio merasa getir melihat pemandangan ini, namun tetap membiarkan Emma melakukannya. "Ya ampun, Vera. Aku seperti melihatmu sedang dilecehkan oleh Amnesia keparat ini."Emma kemudian mengangkat dan menggendong Vera seperti bayi, lalu membawanya ke kamar mandi yang berada di dalam kamar tersebut.Di kamar mandi, Emma sudah menyiapkan air hangat di dalam bak. Dengan penuh perhatian, ia meletakkan Vera di dalam bak, memastikan airnya cukup hangat namun tidak terlalu panas."Mandi dulu ya, Nyonya Vera... Biar bersih.... biar wangi...." Kata Emma sambil mencoba mengajaknya berkomunikasi seperti mengajak bicara bayi, seraya menyeka tubuh Vera dengan sabun cair dan kain lembut yang telah dibasahi air hangat.Vera hanya mengeluarkan suara-suara kecil, seperti bayi yang sedang menikmati momen mandi. Emma membersihkan setiap bagian tubuh Vera dengan hati-hati, memastikan tidak ada sisa-sisa bau pesing yang tersisa."Pak Elio, bisa bantu saya ambilkan sabun?"Pinta Emma sambil mengalihkan pandangan ke Elio yang berdiri di dekat pintu kamar mandi.Elio, yang berdiri di pintu kamar mandi, memberikan sabun mandi kepada Emma. "Apakah ada yang bisa aku lakukan untuk membantu, Emma?"Emma tersenyum sambil membasuh tubuh Vera dengan sabun. "Tidak, terima kasih, Tuan. Itu saja dulu. Ternyata memandikan Nyonya Vera tak begitu sulit."Setelah selesai memandikan Vera, Emma membungkus tubuh Vera dengan handuk lembut dan menggendongnya kembali ke kamar. Elio membantu Emma membaringkan Vera di atas karpet dengan bantal, menunggu ranjangnya kering.Emma dengan lembut mengeringkan tubuh Vera dengan handuk lembut setelah memandikannya. "Nah, sekarang Nyonya Vera sudah bersih... sudah wangi...."Kata Emma, mencoba mengajaknya berkomunikasi seperti mengajak bicara pada bayi. Setelah memastikan tubuh Vera benar-benar kering, Emma menyiapkan popok dewasa dan pakaian yang telah disiapkan.Pertama, Emma membuka popok dewasa dan dengan hati-hati mengangkat pinggul Vera untuk memakaikannya. "Ayo, Nyonya Vera sayang, kita pakai popok dulu, ya." Katanya dengan suara lembut. Ia memastikan popok terpasang dengan baik dan nyaman sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.Emma lalu mengambil baju kaos berwarna pastel yang lembut. Ia membuka kancing baju tersebut dan dengan hati-hati mengangkat lengan Vera, satu per satu, memasukkan ke dalam lengan baju. "Nyonya Vera, kita pakai baju yang bersih dan lembut ya."Katanya sambil tersenyum, meskipun Vera tidak menunjukkan reaksi apapun.Elio yang berdiri di sudut kamar memperhatikan dengan perasaan campur aduk. Melihat istrinya diperlakukan seperti bayi membuat hatinya hancur, namun ia tahu bahwa ini adalah yang terbaik untuk Vera saat ini. Ia melihat Emma dengan telaten memasukkan kepala Vera ke dalam lubang baju, lalu dengan hati-hati menutup kancing satu per satu, seperti ibu yang memakaikan baju kepada bayinya.***Malam hari pun tiba, dan kini sudah waktunya tidur. Elio masuk ke kamarnya dan melihat istrinya, Vera, sudah terbaring di atas ranjang. Ia terkejut melihat Vera dibedong seperti bayi, wajahnya polos dan lugu, tertidur pulas seperti bayi yang lelah.Elio mendekati ranjang, dan memanggil Emma yang sedang merapikan ruangan. "Emma...!! Emaaa..!!"Emma kemudian tiba dan masuk kekamar,"Ada apa, Tuan?""Kenapa Vera dibedong seperti bayi?" Tanya Elio seperti tidak terima melihat istrinya diperlakukan seperti itu.Emma menoleh dan mendekati Elio. "Maaf, Tuan Elio. Saya sengaja membedong Nyonya Vera setelah menyuapinya makan malam tadi dengan bubur."Elio mengerutkan kening, masih bingung. "Tapi kenapa harus dibedong? Dia adalah istriku, bukan bayi."Emma menjelaskan dengan lembut, "Tuan lupa ya? Nyonya Vera sekarang bersifat seperti bayi, Tuan. Membiarkannya bebas bergerak di malam hari bisa membuatnya merasa tidak nyaman atau bahkan membahayakan dirinya. Bedong membantu menenangkan dan membuatnya merasa aman, seperti saat bayi baru lahir."Elio tampak termenung, mencoba memahami situasi tersebut. Ia berjalan mondar-mandir di sekitar ranjang, lalu berhenti sejenak untuk mengamati Vera yang terbaring tak berdaya."Aku tidak bisa percaya ini. Vera... istriku... sekarang seperti ini. Aku tidak tahu harus berbuat apa."Emma menunduk sejenak sebelum menjawab, "Saya mengerti, Tuan. Tapi ini demi kebaikan Nyonya Vera. Sejak kecelakaan itu, kita harus merawatnya dengan cara yang berbeda. Bedong membuatnya merasa lebih aman dan nyaman saat ini."Elio mengangguk dengan perasaan yang sangat kacau,"Ya Tuhan, mengapa kehidupan rumah tanggaku seperti ini?"Emma meletakkan tangan di bahu Elio, memberikan dukungan yang hangat. "Kita akan melaluinya bersama, Tuan Elio. Demi Nyonya Vera."Elio menarik napas dalam-dalam dan mengangguk, berusaha memaksakan diri untuk menerima kenyataan baru dalam hidupnya. "Iya, demi Vera..!!"***Saat tengah malam, ketika semua tertidur lelap, tiba-tiba suara tangisan yang keras menggema di kamar. "HUAAAA...!!! HUAAAAA...!!"Vera menangis dengan suara sangat kencang, seperti bayi yang gelisah saat tidur. Tangisannya membuat Elio yang tidur di sampingnya terbangun dengan perasaan terganggu dan cemas."Vera, tenanglah. Tolong, sayang..." Elio mencoba menenangkan Vera dengan membelai lembut wajahnya, tetapi tangisan itu malah semakin kencang."Duh, Vera, istriku yang cantik... tenang ya, sayang. Sudah malam, ini waktunya tidur. Besok aku harus kerja pagi." Elio berusaha menenangkannya dengan mencoba berkomunikasi seperti berbicara kepada bayi. Namun, upayanya tidak membuahkan hasil. "HUAAA...!!! HUAAAAA...!!!" Vera terus menangis, membuat Elio semakin frustasi.Elio merasa putus asa dan akhirnya berteriak memanggil Emma, berharap bantuan datang segera."Emma..!! Emma..!!"Tak lama kemudian, Emma tiba di kamar, tampak khawatir melihat kondisi Vera yang menangis tanpa henti. "Ada apa, Tuan Elio? Kenapa Nyonya Vera menangis?"Elio mengusap wajahnya yang lelah, "Aku tidak tahu, Emma. Aku sudah mencoba menenangkannya, tapi tidak berhasil. Aku tidak bisa tidur, dan besok pagi aku harus pergi bekerja.""HUAAAA..!! HUAAA...!!" Vera terus menangis keras. Emma menatap Vera dengan penuh perhatian, mencoba mencari tahu apa yang salah. "Mungkin Nyonya Vera haus, Tuan. Coba berikan botol dot berisi air putih."Elio mengambil botol dot yang sudah tersedia di atas meja dan mencoba memberikannya kepada Vera, tetapi Vera menolaknya dengan keras. "Dia tidak mau minum, Emma. Apa lagi yang bisa kita lakukan?"Emma berpikir sejenak, lalu berkata, "Mungkin dia butuh susu, bukan air putih. Saya akan mengambil botol dot ini dan menggantinya dengan susu."Elio, dengan kelelahan yang nyata di wajahnya, berkata, "Biar aku saja yang membuatkan susu. Emma, kamu aja yang coba tenangkan Vera. Aku tidak tahan mendengar tangisannya yang keras seperti ini."Emma mengangguk, menerima botol dot dari Elio. "Baik, Tuan. Saya akan berusaha menenangkannya."Elio keluar kamar menuju dapur untuk membuat susu. Sementara itu, Emma mencoba berbagai cara untuk menenangkan Vera. Dia menepuk-nepuk bokong Vera dengan lembut, berharap bisa membuatnya merasa nyaman. "Sst, Nyonya Vera, tenanglah... semuanya baik-baik saja."Kata Emma dengan suara lembut."HUAAAA...!! HUAAAA...!!" Tangisan Vera masih belum mereda. Emma kemudian menggendong Vera, menyandarkan kepala Vera di dadanya yang besar, dan menimang-nimangnya seperti bayi sungguhan."Tenanglah, sayang. Semuanya baik-baik saja." Bisik Emma sambil mengayunkan tubuh Vera dengan lembut.Tangisan Vera sedikit mereda, tetapi masih ada isakan yang terdengar. Mungkin dia mulai merasa nyaman karena kepalanya bersandar di dada Emma yang besar dan empuk.Kemudian Emma memutuskan untuk menyanyikan lagu tidur, berharap itu bisa menenangkan Vera sepenuhnya. "Bintang kecil di langit yang biru, amat banyak menghias angkasa..." Suara Emma lembut dan menenangkan, mencoba membawa kedamaian bagi Vera.