Marissa telah mengambil lift pribadi untuk mencapai kantor Rafael. Setelah di dalam, ia tidak ingin membuka pintu, tetapi ia harus melakukannya.
Kalau timnya membutuhkannya, seharusnya ia tersedia untuk mereka.
Ia meletakkan laptopnya dan meregangkan badan. Ya Tuhan! Ia membutuhkan kopi.
Ia berpikir untuk memanggil Dean lewat interkom untuk membawakannya satu ketika interkom itu mulai berdering. Setelah duduk di kursi putar Rafael, ia mengangkat gagang telepon, "Ya?"
"Marissa?" ia tersenyum ketika mendengar suara Dean di seberang sana.
"Saya baru saja ingin memanggilmu. Bisa bawakan saya kopi? Tolong?" ia mencoba terdengar manis. Meski Rafael telah memintanya untuk menyuruh Dean membawakan apa pun yang dia inginkan.
Tapi ia tak pernah menganggapnya sebagai asisten.
"Ya. Saya bawa dua. Ayo kita minum kopi bersama," suaranya tidak terlalu antusias.
"Bagus sekali!" Marissa menepuk meja, "Ayo ke sini!"
Ia hendak menutup panggilan ketika dia berkata, "Hei!"
"Ya?"