Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 253 - Chapter 253 Snow and Hug

Chapter 253 - Chapter 253 Snow and Hug

Felix menoleh ke jendela dan itu menampakan malam yang sangat indah. "Keinginanku untuk hidup sangat sederhana. Tidak mengharapkan kejutan tiba-tiba. Hanya berharap tidak akan ada masalah yang tiba-tiba. Ini sudah yang terbaik bagiku," ia terdiam lalu menghela napas panjang.

Tapi ia menoleh ke jendela dan terdiam dengan mata terbuka menyala. Karena salju kecil mulai turun. "(Ini.... Musim dingin? Bukankah terlalu awal?)" ia menjadi bingung.

Lalu ada yang mengetuk pintu membuatnya menoleh, lalu muncul Syung ha membawa Hwa kecil yang lucu.

"Tuan Felix maaf mengganggu, Tuan kecil ingin bersama anda," kata Syung Ha.

Lalu Felix mendekat mengambil Hwa. "Dia sudah bertumbuh agak besar," kata Felix menatap putranya yang manis.

"Ya, tuan kecil bulan ini akan berumur 1 tahun, di tanggal 28," balas Syung ha.

"Oh benar, aku hampir lupa... Tak terasa sekali sudah hampir satu tahun. Kau lahir saat musim salju, meskipun hari ini agak awal," kata Felix. Lalu Syung Ha melihat jendela melihat salju turun.

"Oh anda benar, terlalu awal untuk salju turun," Syung ha juga menjadi menyadari sesuatu, salju turun lebih awal.

Sementara itu di rumah sakit, Kim mengetuk pintu ruangan Neko dan masuk sambil membawa sebuah kotak yang tak terlalu besar. "Nona Neko, maaf mengganggu," ia melangkah mendekat. "Kotak yang anda minta, aku sudah mengambilnya," ia meletakan kotak itu di meja dengan Neko yang terduduk di ranjang.

"Baiklah, kau bisa pergi," balas Neko.

"Apa Nona Neko baik baik saja?"

"Aku baik baik saja," kata Neko, ia menoleh ke jendela dan terdiam melihat salju turun. "Salju?"

"Oh... Ya, di luar sudah turun salju, meskipun agak terlalu awal," balas Kim.

Lalu Neko terdiam dengan mengeluarkan napas perlahan. "(Ribuan pikiran jatuh bersama cahaya bulan, dan kepingan-kepingan ingatan yang bersinar dibangkitkan oleh angin musiman, angin membawa nafas masa malam bersalju diterangi oleh cahaya bulan.

Bulan yang cerah, salju indah, langit sangat dingin, dan rumah sangat hangat. Kehangatan melayang keluar rumah, seolah membuat malam musim dingin ini berubah menjadi perasaan hangat. Mimpi yang tumpang tindih bergoyang tertiup angin, dan jejak kaki dangkal di tepi sungai dalam ingatan, semuanya nyata seperti bulan di dalam air tapi tak tersentuh. Awan di langit, asap di kejauhan, kupu-kupu menari tertiup angin, rumput di tepi jalan, jalan pulang dalam mimpiku.)"

"Nona Neko..." Kim memanggil perlahan membuat Neko menatap.

"Nona Neko, kenapa anda mengalami hal seperti itu? Bukankah sebelumnya, anda tak sampai sakit hanya karena memikirkan itu?" tatap Kim.

Neko terdiam sebentar, lalu menghela napas panjang dan membalas. "Entahlah... Bukankah seharusnya beban pikiran ku berkurang, ini malah bertambah... Aku tak tahu lagi harus apa..."

"Nona Neko, jika ada pikiran mengganjal, katakan saja pada orang orang yang mau mendengar termasuk aku maupun Tuan Felix. Aku yakin Tuan Felix juga harus merasakan dampaknya seperti strees karena memikirkan mu yang selalu memikirkan hal tidak berguna..." kata Kim.

Neko yang mendengar itu hanya bisa terdiam lalu mengangguk pelan. "Kau mungkin benar, aku sudah banyak membuat nya repot.... Dengan sikap ku yang selalu tidak berguna..."

--

"Gu... Hu...." Hwa tampak menggigit gigit beberapa kali mainan boneka kecil yang ia pegang dan di pangkuan Felix yang sedang menghubungi seseorang.

"Apa? Amai sudah bisa pulang? Aku akan menjemputnya... Tetap di sana saja..." dia mendapat kabar bahwa Neko bisa pulang dari rumah sakit.

Lalu ia mematikan ponsel nya dan menatap ke Hwa yang dari tadi diam dan rupanya dia masih dengan menggigit boneka kecil itu.

Felix menjadi mengambil nya membuat Hwa terkejut. "Uh..." hanya sebentar kemudian dia terdiam kosong.

Felix menatap boneka itu yang rupanya boneka kecil berbentuk serigala. "Ini boneka yang di tunjukan Amai, ketika di toko bayi..." gumam nya dengan tersenyum kecil sambil mengingat kembali hal itu.

Lalu Felix berdiri dari sofa dan membawa Hwa ke mobil untuk menjemput Neko di rumah sakit.

Tapi sebelumnya Syung ha menatapnya. "Ah, Tuan Felix, anda akan pergi? Biarkan aku membawa Hwa..." dia bermaksud baik agar Hwa tidak mengganggu Felix.

"Ini baik baik saja... Aku ingin dia melihat Amai juga..."

"Oh, anda ingin menjemput Nona Neko... Kalau begitu, gunakan ini," Syung Ha menunjukan gendongan bayi membuat Felix terdiam bingung.

"Harus kah?"

Setelah itu, tak lama berselang dia keluar dari mobil membawa Hwa di dadanya, tepatnya dia menggunakan gendongan bayi yang membuat Hwa tergantung di badan nya menatap ke depan sambil bergumam bayi sendiri.

"Hu... Gu... Um..."

"Untuk seoranh bayi, kau cukup menurut dan tidak rewel..." Felix memegang pipinya sambil terus berjalan. Hwa memang bayi yang tenang semenjak dia lahir, dia hanya meminta makan pada waktunya dan itu benar benar teratur membuat Neko bisa memanajemen waktu dengan baik juga dengan bantuan Syung ha.

Meskipun begitu, pastinya akan tidak ada enak nya bagi orang tua baru seperti Neko dan Felix. Untung nya Hwa dapat di mengerti dengan baik.

Di jalan lorong, dia bertemu dengan salah satu dokter yang mengenalinya. "Oh, Tuan Felix..."

Panggilan itu membuat Felix menatap dan berhenti berjalan karena dokter itu tepat di depan nya. "Tuan Felix, sudah lama tidak terlihat, apakah bayi ini bayi yang waktu itu?" dia menatap Hwa yang menatap polos padanya.

"Astaga, dia lucu sekali..." Dokter itu menyentuh Hwa dan memeriksa setiap wajahnya, bahkan dia menarik bibir Hwa dan melihat mata miliknya. "Dia bahkan bisa se gemuk ini dan sehat... Oh... Lihat..." Dokter itu menatap gigi Hwa yang tumbuh. "Giginya tumbuh... Terlalu cepat..."

Felix yang mendengar itu menjadi terdiam bingung. "Giginya tumbuh? Terlalu cepat?"

"Ya, sepertinya dia mendapatkan nutrisi yang bagus, susu asi nya pasti memiliki kualitas yang baik," kata Dokter itu.

"(Tentu saja... Milik Amai memang sangat enak...)" Felix sependapat.

Tak lama kemudian, Felix membuka pintu ruangan Neko dan terlihat Neko duduk di samping ranjang sambil menatap ke ponsel nya, dia menoleh ketika pintu terbuka dan pandangan nya langsung menatap ke Hwa.

"Hwa...." panggilnya, Hwa yang melihat Neko menjadi tertawa kecil dan melambai lambai kedua tangan nya.

"Bagaimana keadaan mu?" tanya Felix mendekat padanya.

"Aku... Baik baik saja..."

"Dokter bilang kau terlalu banyak pikiran, jika ujung nya seperti ini, aku benar benar minta maaf..." kata Felix, dia meminta maaf dengan rasa khawatir sambil memegang pipi Neko.

Neko yang menengadah menatap nya menjadi menghela napas panjang. "Aku yang salah... Aku tak bisa berbagi perasaan padamu bahkan hingga saat ini... Aku seharusnya sudah banyak belajar...." kata Neko.

"Kita berdua memang harus saling belajar, kita sudah sepakat untuk membangun sebuah keluarga yang baru... Kau bersama ku dan aku bertanggung jawab membuat mu senang bersama ku..." tatap Felix lalu Neko tersenyum kecil.

"Maafkan aku..."

"Tidak apa apa... Aku juga minta maaf... Selama ini, adalah kesalahan ku, bahkan yang paling utama. Aku memang pantas mendapatkan sikap mu, aku hanya kehilangan kendali jika kau tidak bisa berpikir jernih bahkan kau memikirkan orang lain di saat bersamaku, tak perlu malu jika kau ingin meminta sesuatu padaku, justru itu tidak memalukan..." Felix juga tersenyum kecil.

"Tapi, ini tetap agak memalukan..." Neko mengusap lehernya sendiri dengan canggung. "(Selama ini aku memang agak tak nyaman jika harus meminta sesuatu padanya, apalagi dia terus saja berpikir benar... Aku tak tahu lagi harus apa... Ini benar benar memang sudah takdir...)"

Felix yang mendengar itu menjadi menghela napas panjang tapi masih dengan senyum kecil nya, dia mengeluarkan sesuatu dari tas totebag yang ia bawa, rupanya mantel dan syal, dia memakaikan nya pada Neko yang terdiam.

"Di luar dingin... Mari kembali pulang..." kata Felix. Lalu mereka berjalan pergi dari sana.

Sesampainya di rumah, Neko terlihat menyusui Hwa dengan tenang di sofa kamar dan di sisi lain Felix menghubungi seseorang di balkon kamar.

Neko bisa melihat tubuh Felix dari pintu kaca balkon, dia sedang membelakangi Neko menatap luar sambil fokus bicara.

"(Dia selalu saja sibuk... Aku bahkan tak tahu apa yang akan terjadi jika Hwa tumbuh di saat dia sibuk terus menerus... Haruskah aku meminta nya agar tak sibuk...?)" Neko tampak khawatir.

--

"Kenapa jika memang harus begitu? Bukankah perusahaan butuh waktu banyak untuk membangun bisnis yang ilegal? Kupikir kita sudah membahas ini..." kata Felix berbicara di ponsel, bahasa nya cukup berat jadi di simpulkan saja dia hanya membahas soal bisnis nya.

"Aku akan perlahan mengurangi bisnis nya... Aku tak mau terlalu sibuk, aku juga harus melakukan sesuatu di sini..." tambahnya, rupanya dia tak mau sibuk juga.

Sementara Syung Ha masuk ke kamar Neko. "Nona Neko, maaf mengganggu malam malam..." dia mendekat dan memberikan teh hangat.

Lalu melihat Hwa yang tertidur pulas di pangkuan Neko setelah menyusu.

"Nona Neko, sudah ada satu tahun, sepertinya tuan kecil tidak boleh menyusu lagi... Dia harus menyusu di botol khusus... Karena giginya tumbuh begitu cepat...." kata Syung Ha, dia memberikan alat pomping asi untuk Neko yang terdiam melihatnya.

"Harus kah? Memang nya kenapa jika aku menyusui Hwa sampai dia bisa meminum susu bukan asi?" Neko menatap.

"Bisa saja tapi ini lebih baik, karena itu bisa melatih tuan kecil untuk menjadi lebih mandiri..." balas Syung Ha.

Lalu Neko tersenyum kecil dan mengangguk. "Baiklah, aku akan melakukan nya..."

Kemudian suara pintu balkon terbuka dan Felix masuk meletakan ponsel nya, di saat itu juga Syung Ha berdiri dan berjalan pergi meninggalkan mereka.

Felix menatap Hwa dan mengambil Hwa perlahan dari pangkuan Neko, dia meletakan Hwa di keranjang bayi agar Hwa bisa tertidur pulas. Kemudian dia mendekat ke Neko dan duduk di samping nya sambil menghela napas panjang.

Mereka saling menatap lalu tersenyum kecil bersama. Seperti nya masalah sudah hampir selesai di antara mereka.