Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 230 - Chapter 230 Display Cat

Chapter 230 - Chapter 230 Display Cat

Sementara itu Felix baru saja duduk di sebuah restoran besar, seperti menunggu seseorang dan tak lama kemudian, ada yang datang, siapa lagi jika bukan Tuan Cher sendiri.

"Kau benar benar mau datang setelah aku buru buru memanggil mu untuk kemari," tatap Cher yang duduk di hadapan nya. Felix hanya terdiam tak menatapnya, dia hanya tenang fokus meminum perlahan gelas anggurnya.

Hingga ia berbicara. "Aku hanya ingin memastikan apakah kau menyakitinya lagi," tatapnya dengan serius.

"Seberapa jauh kau mengenal Putri ku itu dan bagaimana kau menemukan nya....?" Cher menatap tajam.

". . . Aku membunuh ibu nya.... Aku juga membuatnya menjadi Gadis yang tak punya apa apa."

"Kau bahkan lebih kejam..."

"Siapa yang lebih kejam di sini! Sudah jelas kau yang meninggalkan nya dan membiarkannya akan mati begitu saja, jadi jangan salahkan aku jika aku sudah sangat dekat padanya," Felix menatap kesal, alis matanya menjadi tebal tapi wajahnya mencoba tetap tenang.

"Aku adalah Ayahnya, aku berhak untuk mengambilnya... Dan sekarang, katakan padanya untuk ikut dengan ku, sekarang juga... Bagaimanapun juga, aku membutuhkan gadis seperti nya."

". . . Gadis sepertinya tak butuh Ayah di usianya yang hampir sudah sangat dewasa..." Felix menatap membuat Cher terdiam mendengar itu, tapi ia malah menjadi kesal. "Bagaimanapun juga, aku Ayahnya... Aku yang membuatnya...."

"Aku Seks dengan nya," Felix langsung menyela dengan tenang.

Seketika mendengar hal itu, membuat Cher terdiam kaku, dia bahkan membatu mendengar itu tadi. Suasana menjadi diam dan Felix, tak ada rasa bersalahnya mengatakan itu tadi, dia bahkan masih tenang tenang saja.

Tapi mendadak Cher langsung berdiri. "Kau..... Sialan!!!" ia langsung berjalan mendekat ke Felix yang juga berdiri hingga tiba tiba Cher akan memukul nya dengan pukulan yang siap terarahkan.

Namun tiba tiba. "Hentikan!!" terdengar suara teriakan membuat pukulan itu berhenti dan Felix menoleh yang rupanya itu adalah Neko. Dia bernapas cepat dan tergesa gesa.

Sebelumnya, dia kembali ke hotel dan menatap ke sekitar, dia di sambut beberapa pengawal.

"Apakah ada informasi soal dia?" Neko menatap salah satu dari mereka.

"Tuan Felix tadi kemari sebentar tapi pergi setelah beberapa saat untuk menemui Tuan Cher Valdo di hotel Highlight..." balas nya, hal itu membuat Neko terkejut. "(Apa yang akan mereka bahas.... Jangan sampai mereka....)" ia panik langsung berbalik badan kemudian berlari pergi.

"Nona Amai!!" semuanya langsung berteriak.

"Sial, kenapa dia lari?"

"Kita harus mengejar...." beberapa pengawal mencoba mengejar Neko sambil berteriak. "Nona Amai, kami bisa mengantar Anda dengan mobil!"

"Berisik!" Neko tak mempedulikan itu dan berlari begitu saja membuat beberapa orang itu kelelahan sendiri mengejar. Begitulah Neko sampai di sana dan sekarang menatap mereka.

"Amai, kenapa kau ada di sini?" Felix menatap.

"Aku bilang, hentikan.... Ini semua sudah sangat cukup.... Aku tak mau ada kekerasan lagi...." Neko menatap dengan napas terengah engah sambil berjalan mendekat.

"Kau!! Sudah beberapa kali kau di sentuh olehnya!?" Cher menatap tegas pada Neko, bahkan dia langsung memegang kedua bahu Neko membuat Neko kesal dan langsung melepasnya.

"Menjauhlah dari ku!" teriaknya membuat Cher terdiam kaku mendengar itu tadi.

"Aku sudah beberapa kali menjelaskan bahwa aku tidak pernah mau melakukan ini tapi, keadaan yang membuat ku begini, sudah banyak orang berpikir bahwa ini mengerikan hanya karena mereka mengaitkan nya dengan ku, aku sudah cukup menerima penderitaan ini...." dia terlihat sudah muak, bahkan hampir menangis.

Cher yang menatap itu menjadi terdiam, dia bahkan harus berpikir dua kali untuk melakukan apa selanjutnya, tapi ia menatap Felix yang berjalan mendekat ke Neko, dia mengusap air mata Neko yang mengalir deras ketika Felix berjalan mendekat tadi.

"Jika kau tak mau menerima kenyataan ini, maka tak perlu menganggap kau sudah bertemu dengan nya, jika kau bisa menerima pernyataan seperti ini, hanya perlu menunggu kedepan nya..." kata Felix melirik ke Cher yang masih terdiam kaku.

"Mari pulang, kau sudah berusaha keras kemari...." Felix menarik Neko dan menggendong nya di dada lalu berjalan pergi meninggalkan Cher di sana. Dari sana dia bisa berpikir lebih jernih. "(Apa aku memang sudah keterlaluan, sebenarnya sudah berapa banyak Gadis itu menanggung kenyataan pahit.... Apa hanya karena aku terlalu buta untuk melihat seberapa besar Gadis itu sudah menderita....)"

Felix meletakan Neko di mobilnya, di bagian bangku samping supir, tak lupa dia berlutut menatap kondisi Neko. "Kau berlari kemari dan aku bilang apa soal menjaga kesehatan bayi nya," dia menatap serius.

Tapi Neko hanya terdiam, dia membuang wajah. "Aku ingin pulang, aku ingin kembali ke Korea.... Aku tak mau di sini lagi...." ia berkata dengan pelan, lalu Felix berdiri. "Besok, kita akan langsung pulang..." dia langsung menuruti perkataan Neko lalu menutup pintu dan dia duduk di bangku supir.

Namun tiba tiba saja, Neko terkejut merasakan sesuatu yang membuatnya memegang perutnya. "(Ke.... Kenapa rasanya... Sakit.....)" ia tampak tak percaya lalu menoleh ke Felix yang sudah mengendarai mobilnya.

Ketika merasa Neko menatap, Felix juga menatapnya. "Kenapa? Kau ingin sesuatu?" dia menatap.

"Ti.... Tidak.... Hanya saja.... (Tunggu, kupikir ini hanya perasaan ku.... Mungkin sakitnya akan hilang.....) Ti.... Tidak ada apa apa..." Neko langsung kembali membuang wajah membuat Felix terdiam bingung.

Sesampainya di hotel, Neko berjalan keluar duluan membuat Felix yang keluar dari mobil menjadi menatap bingung, apalagi Neko langsung berjalan terburu buru.

"Kenapa buru buru sekali, apa kau benar benar ingin pulang kembali ke Korea?" Felix melangkah besar mendekat menyusulnya.

"Ti... Tidak apa apa..." Neko membalas dengan nada yang agak menahan sesuatu dan Felix bisa melihat, Neko tampak sedikit berkeringat dan bernapas cepat.

"Tuan Felix...." ada yang memanggil, salah satu Asisten mendekat memberikan buku dokumen. Hal itu membuat Felix berhenti berjalan, tapi ia melihat Neko berjalan pergi.

"Amai, tunggu dulu."

"Lupakan saja, selesaikan pekerjaan mu!" Neko langsung menyela begitu saja membuat Felix kembali terdiam. "Ada apa dengan nya?" dia bahkan bertanya pada Asisten nya yang bingung ingin menjawab apa.

Neko langsung masuk ke dalam kamar dan bernapas cepat, dia memegang perutnya. "Rasanya.... Begitu sakit...." dia tak bisa meremas perutnya, bahkan langsung terlutut di bawah ranjang. "(Kenapa seperti berputar putar, seperti ada yang memukul mukul perutku.... Apa ini kram?)" ia tampak kesakitan dan sakit nya tak ada jeda sama sekali.

"Astaga.... Apa yang sebenarnya terjadi...." dia tampak tidak kuat hingga ia berpikir, itu bukan masalah biasa. "Ini sangat sakit....."

Tiba tiba pintu terbuka dari Felix, ia menjadi terdiam melihat Neko kesakitan di bawah lantai. "Amai...." dia langsung berjalan mendekat dan berlutut. "Hei, kau baik baik saja?" dia menatap Neko yang pucat dan terus saja memegang perutnya.

"Perutku..... Sakit sekali...."

"Bertahanlah...." Felix langsung menggendong nya di dada dan dia keluar dari ruangan itu. Sepertinya dia membawanya ke rumah sakit.

Ketika sampai di sana, Neko masih memegang perutnya dan terbaring di ranjang rumah sakit. "(Aku tak ingat apa yang terjadi.... Sepertinya dia meletakan ku di ranjang kemudian ada beberapa orang datang, tapi.... Kemana dia pergi.... Ada apa dengan bayinya sebenarnya....)" Neko terus berpikir hingga ia mulai kembali merasakan perutnya yang sakit.

Tapi kemudian ada Dokter Wanita datang. "Nona Amai?" dia mendekat membawa dokumen nama. "Sepertinya ini masalah yang serius...." tambahnya dan dia meletakan dokumen itu di meja, bahkan memegang tangan Neko. "Aku tahu ini sulit, bisa jelaskan padaku bagaimana rasanya?" dia mengatakan kalimatnya dengan lembut.

"Ini sangat sakit.... Ada apa dengan bayinya sebenarnya?" Neko tampak khawatir.

"Sepertinya itu kram ringan bagi mu, ini hal yang wajar, jadi tenang saja-

"Tidak, kau tidak mengerti, rasanya sangat sakit...." Neko langsung bangun duduk.

"Wo... Wo.... Aku tahu itu, tenanglah, itu terjadi karena kau terlalu banyak pikiran, aku tak tahu apa yang kau pikirkan tapi jangan sampai itu mengganggu kehamilan mu.... Sekarang, untuk memastikan, aku akan memberikan pijatan pelan, jika terasa sakit, berteriak lah," kata Dokter itu, dia membuat Neko kembali tertidur lalu membuka baju Neko ke atas memperlihatkan perut Neko.

Tapi ia terdiam kaku karena di sana ada beberapa bekas cupang yang masih berbekas, tentu saja itu di buat oleh Felix. "(Tidak heran jika yang mengantarnya Tuan Felix.....)" ia menelan ludah lalu menatap Neko yang membuang wajah tak mau melihat, dia juga sekaligus tampak malu.

"Nona Amai, aku minta tenang dan jangan memikirkan apapun itu..." ia memegang perut Neko dan menekan pelan, ia memijat dengan lembut membuat Neko terkejut merasakan itu. "(Rasanya bahkan tak berubah.... Rasanya masih tetap sakit....)" ia menggigit bibirnya dan tetap merasakan perutnya yang kram.

Lalu Dokter itu menatap khawatir. "(Kupikir ini hanyalah masalah kram pada kehamilan pertama.... Apakah dia memang merasakan sakit....?)"

Tapi kemudian ada yang masuk yang rupanya itu Felix. "Apa dia baik baik saja?" dia langsung berjalan mendekat melihat Neko yang juga menatapnya.

"Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal?" Felix menatap, dia membelai pipi Neko perlahan.

"Ini sakit..... Sangat sakit..." Neko tampak menutup mata merasakan sakit, dia juga memegang tangan Felix dengan kuat.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Felix menatap ke arah Dokter yang juga terdiam. "Aku pastikan ini baik baik saja.... Nona Amai tak boleh memikirkan hal yang berlebihan, itu adalah hal yang paling tepat untuk nya...." tatapnya.

Felix yang mendengar itu menjadi terdiam lalu menghela napas panjang. "Bisa kau pergi dulu?" tatapnya lalu Dokter itu terdiam sejenak dengan khawatir hingga ia akhirnya berjalan pergi.

Perut Neko yang masih terbuka, di tutup oleh tangan Felix yang menyentuh perlahan membuat Neko terdiam merasakan itu, dia bahkan langsung membuka mata menatap Felix. "Shh.... Aku yakin semua akan baik baik saja..." dia juga berbisik pelan pada Neko dan mencium kening Neko.

"(Kenapa.... Rasa sakitnya.... Perlahan.... Hilang....?)"