Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 222 - Chapter 222 Display Cat

Chapter 222 - Chapter 222 Display Cat

Hari selanjutnya, Neko membuka matanya, dia melihat di samping nya ada Felix yang tertidur tengkurap memeluk bantal dan wajahnya membelakangi Neko yang menatapnya.

Neko bangun duduk menatap Felix yang telanjang dada, apalagi tato di punggung nya menjadi terlihat.

Dia perlahan menyentuh punggung Felix. "(Pertama kali aku melihat tato ini, kenapa aku merasa ada hal yang tak enak layaknya tato di punggung ini mengetahui segalanya....)" pikirnya.

Lalu ia merasakan Felix bernapas menggerakan punggung nya lalu membuka mata dan bergerak. Mendadak dia bicara. "Apa kau sedang melihat tato di punggung ku?" tanya Felix tanpa menoleh. Dia bahkan bisa sadar bahwa Neko menatap punggung nya membuat Neko terdiam dan langsung memalingkan tubuh, dia duduk di samping ranjang membelakangi Felix yang bangun menatapnya.

"Ini ke berapa kalinya aku bangun bersama mu?" kata Felix memegang kening nya.

Neko hanya menatap tajam. "Aku tidak menganggap itu sebagai hal yang kau katakan.... Ini hanya suatu kebetulan..." Neko membalas dengan dingin.

Tapi tiba tiba saja tangan besar Felix memeluknya dan menariknya untuk duduk di atas ranjang membuat Neko terkejut dan menatapnya. "Apa yang kau lakukan?!"

"Aku hanya berpikir bahwa terlalu lelah sejak ada keberadaan mu, aku terlalu sibuk pada urusan ku, aku takut bayi kita akan selalu mencari ku...." kata Felix dengan tatapan nya.

Neko hanya terdiam, dia bahkan menjadi membisu setelah mendengar hal itu. "Bayi kita?"

". . . Yeah, itu bayi kita dan akan terus menjadi bayi kita...." kata Felix.

Tapi Neko terdiam khawatir dan mengatakan sesuatu. "Bagaimana bisa kau menyebutnya sebagai bayi kita berdua?"

"Apa ini masih kurang jelas? Kenapa bertanya seperti itu?"

"Entahlah, aku tidak yakin bisa menjaga bayi ini," Neko memegang perutnya.

Perkataan itu membuat Felix terdiam sebentar. "(Dia memikirkan hal yang begitu dalam dan sudah sangat jelas terjadi tidak akan lama.... Dia berpikir, dia tak bisa menjaga bayi tapi apa yang dikatakan pengalaman soal mempelajari hal baru, aku yakin dia bisa mempelajari hal baru yang akan datang bersama bayi itu....)" pikirnya, lalu Felix juga menyentuhnya.

"Kau tahu jika bayi ini seorang lelaki, dia akan bisa melindungimu dan bisa saja menggantikanku, menjadi pelindung untuk mu, dan jika dia perempuan, dia bisa membuat senyum yang manis. kau tahu peran dalam bayi ini bukan, mereka semua sangat lah manis saat muda tapi saat dewasa, mereka akan tahu bagaimana wujud dunia yang sebenarnya... Bilang saja kau mau lepas dari ini semua."

"Tentunya aku ingin lepas... Aku tidak ingin dia lahir dari ku, aku tidak cocok menjadi seorang ibu."

"Kalau begitu aku yang cocok menjadi seorang ayah, sudah di putuskan bukan, saat dia lahir nanti... Biarkan dia melihat kita menikah," bisik Felix. Seketika Neko terkejut setengah mati.

"K... Kau bilang kau hanya akan menunggu bayi ini, aku tidak mau melakukan hal itu!!"

"Apa masalah terbesar menikah? Kita sudah terikat oleh benang yang di bawa bayi itu di tangan nya, ketika dia lahir.... Dia akan memiliki rumah yang hangat antara kita," kata Felix.

Neko yang mendengar itu menjadi terdiam. "(Dia bicara seolah olah dia menggunakan sikap yang berbeda dan sungguh sangat aneh.... Kenapa ini terasa seperti dia benar benar serius soal hubungan yang terjadi.... Bukankah bayi ini muncul karena ada kesalahan soal dia....)" Neko terdiam, dia lalu ingat soal kemarin ketika Felix membawanya ke rumah nya dulu.

Hal itu membuat sebuah pemikiran terlintas soal Felix pastinya tahu dimana ayah Neko dan kenapa membunuh ibu Neko.

"(Aku penasaran, apakah dia tahu soal orang tua ku?)" Neko terdiam.

"Apa yang sedang kau pikirkan, berani sekali kau berpikir lain ketika aku ada di sini," Felix memegang pipi Neko dengan satu tangan nya. Menekan nya membuat bibir Neko tertekan.

"Ump! Aku tak mau menikah!" Neko langsung mengatakan itu membuat suasana terdiam.

Tapi Felix memasang wajah datar dengan senyum kecil layaknya dia tak mengaharapkan kalimat itu.

". . . Begitu rupanya, kalau begitu aku akan pikirkan setelah dia lahir, nama apa yang cocok untuknya saat lahir nanti, aku akan menunggunya," kata Felix. Seketika

Neko terdiam dengan wajah yang sedikit memerah.

"Sebelum itu... Aku ingin kau jelaskan soal orang yang membunuh ibuku," tatap nya. seketika Felix terdiam dan tak lama kemudian ia tersenyum seringai. "Kenapa baru tanya sekarang huh... Kau benar benar gadis lambat, bahkan setelah aku membawamu ke tempat kejadian," dia mendekat dengan tatapan yang mengerikan membuat Neko terdiam.

"A... Aku tidak paham dengan apa yang kau bicarakan saat itu, aku hanya berpikir, kau mungkin tahu sesuatu soal orang tua ku," tatap Neko.

Tapi Felix hanya diam dan menatap ke arah lain. "Ini tidak seperti aku tahu semuanya... Kau pikir aku tahu soal semuanya, bagaimana bisa aku tahu semuanya hanya karena kau berpikir untuk bertanya seperti itu."

"Aku hanya ingin kau memberitahu ku apa yang kau tahu.... Yang kau tahu...."

"Dimulai dari mana aku harus memberitahu mu?" Felix menatap.

". . . Keberadaan orang tua ku sekarang."

"Bukankah aku sudah bilang padamu, aku membunuh ibu mu, di depan mu dan berhasil membangkitkan gen merah di dalam mata mu."

"Bukan pelacur itu, tapi ayah ku," Neko langsung menatap tajam membuat Felix terdiam.

"(Pelacur huh, bisa bisanya dia mengatakan itu pada ibunya sendiri.... Tapi jika aku di posisinya, aku juga akan mengatakan hal itu... Sekarang dia bertanya soal ayah nya, apa yang aku jawab....)" Felix masih terdiam bahkan dia berpikir serius sendiri membuat Neko menunggu.

"Hei, hei!" Neko mendekat dan menampar pipinya pelan membuat Felix tersadar.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau mencoba berpikir untuk mengarang cerita? Kau pikir aku mengharapkan mu berbohong?" Neko menatap tajam.

". . . Aku tidak melakukan itu, aku hanya berpikir dari mana aku harus mulai."

". . . Aku hanya meminta mu berkata apakah ayah ku masih hidup sampai sekarang?" tatap Neko.

"Sepertinya.... Iya..." kata Felix. Seketika Neko terkejut tak percaya.

"A... Apa.... Apa yang kau.... Maksud... Dia.... Dia masih bisa di bilang hidup?!"

"Tentu saja.... Umurnya mungkin sudah sangat jauh...."

"Lalu, bagaimana nasibnya sekarang??!!" Neko benar benar panik dan begitu memaksa mengatahui hal seperti itu membuat Felix terdiam dan menegang tangan nya.

"Dengar ini, Amai, biarkan aku mengatakan ini dan dengarkan saja.... Tunggu sampai pertanyaan mu terjawab agar tak ada hal kesalah pahaman," kata Felix. Lalu Neko terdiam dan mengangguk sambil menelan ludah.

Tapi siapa sangka, ponsel Felix berbunyi membuat suasana terdiam.

Hingga Felix mengangkat Neko untuk pergi dari pangkuan nya, dia lalu berdiri keluar dari ranjang. "Kita lanjut nanti," dengan enteng nya dia mengatakan hal seperti itu.

"Apa?! Tunggu?! Kau belum menceritakan apa yang aku ingin tahu!! Tunggu!!" Neko berteriak, dia bahkan menahan tangan Felix.

Tapi Felix menjawab sesuatu. "Cukup memalukan jika aku harus menceritakan hal ini padamu, mau bagaimana lagi.... Ayah mu juga sama sama memalukan," kata Felix membuat Neko terdiam kaku mendengar itu.

Lalu Felix berjalan pergi untuk urusan kantor karena panggilan dari ponsel nya tadi. Tapi di luar kamar, dia bertemu dengan Acheline.

"Ups... Ketahuan," Acheline menatap bodoh.

"Kenapa ada di sini?" Felix menatap datar.

"Ah, aku hanya ingin ketemu sama gadis itu..." tatap Acheline.

". . . Temui saja, jika dia ingin mengetahui sesuatu soal apapun itu.... Beritahu dia," kata Felix lalu berjalan pergi membuat Acheline terdiam. "(Apa.... Ba.... Bagaimana bisa.... Apa dia baru saja meminta ku untuk menceritakan sesuatu pada gadis itu?)"

--

Tak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu dan membukanya yang rupanya adalah Acheline. Neko masih di ranjang dengan wajah putus asa lalu menoleh ke Acheline.

"Oh, halo... Kamu di sini rupanya," kata Acheline sambil berjalan mendekat lalu duduk di samping nya di ranjang besar itu.

"Wah.... Ranjang gede..." Acheline mendekat basa basi. Tapi ia terdiam melihat wajah Neko. "Kenapa? Ada apa? Apa ada masalah?" tatapnya dengan bingung.

Neko hanya diam dan di saat itu juga, Acheline mengerti. "(Sekarang aku mengerti kenapa bos berkata begitu.... Apakah itu memang benar.....)" ia menatap, lalu tertawa kecil. "Hehehe.... Aku tahu apa yang kamu pikirkan.... Apa kamu ingin bertanya sesuatu padaku?" Acheline menatap.

Tapi Neko masih terdiam bahkan setelah di bujuk secara basa basi. Dia lalu membuang wajah dengan wajah sedih.

"(Aku jarang sekali melihat wajahnya sedih, yang aku lihat dulu hanyalah tatapan yang begitu kosong dan apalah itu... Aku bingung harus bagaimana.... Apa Bos menyertakan aku harus bisa mengajak nya bicara agar aku bisa menjawab maupun menceritakan jawaban dari pertanyaan nya... Tapi sekarang bagaimana caraku untuk membuat nya bisa nyaman mengobrol dengan ku?)" ia berpikir sebentar hingga siapa sangka, Neko akan pergi dari ranjang.

"Eh, tunggu," Acheline menahan tangan Neko membuat Neko menatapnya. "Apa?!" dia menatap penuh kekesalan dan sedikit marah membuat Acheline terdiam.

"Ehem.... Maafkan aku, tapi.... Apa kau ingin mengetahui sesuatu, aku bisa bilang dan memberitahu mu sesuatu saat kau bertanya...." tatap Acheline.

". . . Apa kau di suruh olehnya?"

"Hm.... Sepertinya begitu, aku juga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi... Tapi aku yakin aku bisa menceritakan nya padamu," tatap Acheline dengan tatapan penuh keyakinan.

"Kalau begitu... Beritahu aku, ketika dia berada di rusia," tatap Neko.

Seketika Acheline terkejut. "(Dia ingin mengetahui Bos soal di rusia....?! Tapi.... Bukankah ini privasi dan yang mengetahui nya saat ini hanya aku saja.... Bagaimana ini...)" Acheline takut dia menceritakan rahasia Felix. Tapi ia ingat Felix mengatakan cerita saja pada Neko jika Neko bertanya sesuatu, pastinya termasuk pertanyaan Neko yang sekarang.

"(Mungkin aku memang harus menceritakan nya karena gadis ini sudah dimiliki oleh nya...)" pikir kembali Acheline, lalu dia menghela napas panjang dan menatap Neko. "Baiklah, aku akan menceritakan nya..."