Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 202 - Chapter 202 Display Cat

Chapter 202 - Chapter 202 Display Cat

Felix terbangun dengan terkejut. Ia bangun duduk dan melihat di sampingnya tak ada Neko sama sekali.

"Amai.... Amai!" dia mengambil pakaiannya dan berjalan keluar mencari Neko.

"Dimana gadis itu?" tatap nya pada Arthur.

" . . . ? Maafkan aku, tapi sepertinya aku tidak melihatnya Tuan," Arthur membalas dengan bingung. Seketika Felix memukul dinding di sampingnya hingga retak membuat Arthur terkejut melihat itu.

"(Dia... Mencoba main main denganku.)"

--

Sementara itu Neko keluar dari kereta, ia sudah sampai di kota lain. Ia melihat sekitar dan berjalan keluar ke stasiun. "(Aku akan mencari apartemen,)" ia menatap sekitar tapi siapa sangka ada yang menahan tangannya dari belakang membuatnya terkejut dan menoleh.

Dan rupanya dia adalah Acheline.

"Akai? Kenapa kau ada disini, bukankah kau ada di rumah Bos?"

"Aku sedang melarikan diri darinya."

"Ha serius? Kau tidak bercanda, bagaimana jika dia mencari mu?" Acheline menatap tak percaya.

"Aku tidak peduli, biarkan aku mencari tempat sembunyi."

"Tunggu dulu, apa yang membuatmu ingin melarikan diri dari dia?" tanya Acheline tapi Neko terdiam.

Seketika Acheline terdiam menatap serius karena Neko memegang perutnya sendiri.

"Kau..." dia terdiam sambil menatap Neko. Sepertinya dia sudah tahu dengan Neko yang hamil.

"(Tidak mungkin bukan, Bos mengambil keperawanannya?) . . . Ehem, kau bisa tinggal di tempatku, kebetulan aku selalu di tugaskan di kota ini, jadi aku punya apartemen. Kau mau bukan?"

"Entahlah, aku berniat mencari sendiri."

"Cih... Tak apa ayo pergi," Acheline mengambil koper Neko dan menggandeng tangan Neko.

-

Setelah sampai di Apartemen, Neko terdiam di sofa dengan memakai baju tipisnya. Lalu Acheline datang membawakan teh hangat.

"Apa kau benar benar ingin pergi darinya?" tanya Acheline.

". . . Aku tidak tahu, aku hanya ingin melakukan pengguguran saja, aku tidak mau membawa bayi ini."

"Hah.. Kau beneran, hei... Dia itu bayi, bukan orang, aku tahu kau selalu membunuh orang bukan bayi, bukan?"

"Tetap saja, aku tidak mau melakukan ini, apa kau tidak mengerti ini pertama kalinya untukku!!" Neko berteriak menyela. Lalu Acheline terdiam dan menghela napas.

"Baiklah jika itu memang kemauan mu, besok aku akan mengantarmu ke rumah sakit," kata Acheline, lalu ia berjalan pergi.

"(Jika di pikir pikir, bayi itu jika lahir pastinya akan sangat baik, pastinya akan memiliki penampilan yang luar biasa..... Karena itu dari Bos dan Akai...)"

Neko hanya bisa terdiam, ia memasang wajah antara kesal dan menyesal.

Malamnya, dia terbaring di kasur Acheline dan Acheline sendiri datang menatapnya. "Oh, sudah ingin tidur?" tatapnya membuat Neko terdiam.

"Aku akan menemani mu, jangan khawatir, aku tidak akan mengganggu mu," Acheline berbaring di samping nya.

Tapi terdengar Neko mengatakan sesuatu. "Apa kau akan memberitahu nya bahwa aku ada di sini?" tanya Neko membuat Acheline terdiam, dia lalu bangun duduk.

"Haha... Begitu payah... Sebenarnya, aku lebih suka jika kau bersama ku begini, bahkan aku bisa puas melihat mu, kau benar benar membuat semua orang menjadi maniak untuk mendapatkan mu, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan, tapi biarkan aku menemani mu saja," kata Acheline membuat Neko terdiam.

Dia lalu menatap langit langit sambil memegang perutnya dan mengelus pelan. "(Aku tak tahu, apa yang akan terjadi pada bayi ini, bayi yang bahkan tak pernah aku pikirkan akan datang... Karena bayi ini juga aku harus melakukan hal ini.... Benar benar sialan....)" pikirnya dengan menghela napas panjang lalu mulai menutup mata.

-

Hari esok Acheline datang membawa minum untuk Neko yang duduk di kursi tunggu rumah sakit.

"Apa kau benar benar ingin melakukanya?" tatap Acheline sambil duduk di sampingnya.

"Aku sudah sampai disini. Untuk apa kau bertanya lagi?"

"Aku mengerti itu, tapi biarkan aku memberi tahu sesuatu, sebenarnya Bos telah banyak tidur dengan wanita. Tentunya itu bukanlah hal yang aneh karena dia bisa melakukan apapun, tapi setiap yang aku lihat tak ada satupun dari mereka yang berhasil hidup hingga sekarang. Mereka lari sepertimu padahal mungkin Bos hanya ingin melakukan sesuatu pada keturunannya," kata Acheline.

"Apa maksudmu?"

"Dia lahir dari orang berbakat, tentu saja bayi itu akan istimewa karena dari dalam dirimu, apa kau tidak berpikir sejauh itu, bisa saja makhluk kecil itu akan membantumu membuat sebuah kenyataan manis."

"(Tapi ini bukan yang ku inginkan,)" Neko menjadi bimbang akan yang di lakukan nya saat ini setelah mendengar itu tadi.

"Dengar, aku tahu ini berat untuk mu. Tapi, bayangkan saja bahwa bayi itu adalah malaikat kecil yang bisa saja membantu kedua belah pihak, dia membela mu dan Bos bisa menjaga mu hingga akhir.... Kau akan aman dan akan tenang..." tambah Acheline, tapi ada yang menyela.

"Kau telah di tunggu," seorang perawat datang lalu Neko berdiri dan meninggalkan Acheline.

Acheline hanya bisa terdiam menatapnya pergi.

-

"Kau sudah mengganti pakaian mu?" tanya perawat menatap Neko yang telah berganti baju.

"(Kenapa aku menjadi aneh,)" Neko terdiam sambil memegang pelan perutnya. Tiba tiba ia menjadi terkejut. Karena perutnya terasa seperti bergerak.

"(Barusan, dia bergerak!? Apa ini hanya halusinasi ku.... Kenapa ada sesuatu yang membuat ku bisa mendengar bahwa bayi ini sedang mengatakan dia tak mau di gugurkan....)" Neko tampak bimbang.

"Tolong... Masuklah kemari," perawat tadi menunjukan ruang operasi.

". . . Aku, tidak akan masuk," Neko menjadi diam ditempat membuat perawat itu bingung.

"Operasinya akan berlangsung, kau harus masuk disini," perawat itu mendekat.

"Aku ingin membatalkan nya," Neko menyela membuat perawat itu terkejut.

"Kenapa pasien belum masuk?" seorang Dokter keluar dan menatap mereka.

"Akai... Apa yang terjadi?" Acheline juga datang mendekat.

"Aku... Ingin membatalkan nya!"

"Hah? Serius, apa kau benar benar tidak masalah?" tanya Acheline.

Lalu Neko mengangguk. Acheline menjadi menghela napas panjang dan menatap ke perawat dan dokter itu. "Maaf, operasinya di batalkan," tatapnya membuat mereka terdiam.

Setelah pembatalan operasi, Acheline mengantar Neko ke apartemen. "Apa perkataan ku tadi telah merubah pikiranmu?" tanya Acheline.

"Entahlah, aku masih belum mengerti, bayi ini, dia benar benar hidup...." Neko membalas dengan wajah tatapan kosong nya. Dia juga menatap nya dengan wajah meyakinkan bahwa bayi nya baru saja berkomunikasi dengan nya.

"(Gadis ini kawai juga..... Untung nya dia berubah pikiran....) Itu tanda yang normal yang artinya, bayi mu, dia suka padamu dan tak mau lepas padamu, bukankah itu imut," kata Acheline dengan tatapan lembut membuat Neko terkesan dengan fakta itu.

Dia lalu memegang perutnya. "Apa ini artinya, aku bisa bicara pada makhluk kecil ini..."

"(Padahal perutnya masih kecil, tapi tak apa, itu unik...) Oh benar, apa kau ingin sesuatu?"

"Sesuatu?"

"Yup yang kudengar, bayi akan mengirimkan sinyal untukmu dan akan memberitahu mu dia ingin apa, seperti makanan dan sesuatu lain. "

"Aku tidak tahu, aku belum merasakan itu," Neko membalas.

"Hm... Begitu ya, sepertinya butuh proses, kalau begitu tunggulah disini dulu, aku akan memberikanmu sesuatu," kata Acheline lalu ia berjalan pergi.

"(Sesuatu?)" Neko masih terdiam bingung di tempat.

Tapi tiba tiba ada yang menarik lengannya dari belakang membuatnya terkejut dan menoleh.

Seketika ia menjadi terkejut karena itu adalah Felix.

"Kau mencoba lari dariku..." tatap Felix dengan kesal. Hal itu membuat Neko terkejut tak percaya bertemu Felix secara tiba tiba.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Neko menjadi mundur perlahan dengan wajah yang tidak percaya.

"Aku sudah bilang padamu untuk tetap di tempatku, dan kau mau menjadi gadis liar disini!?"

"Aku bukan siapa siapa mu...!!" Neko berteriak menyela.

"Kau bukan siapa siapaku...? Kalau begitu ketika kau sampai di tempatku aku akan menjadikanmu kucing pajangan!!" kata Felix sambil menarik tangan Neko.

"Ah lepaskan aku, kau sialan!!" Neko mencoba menarik tangan nya sendiri. Tapi Felix terdiam ketika melihat sesuatu di tangan Neko. Tepatnya sebuah gelang rumah sakit.

"Apa ini?" ia mendekat melihat.

"(Sialan, itu tadi belum aku lepas?!)" Neko menjadi terkejut sendiri.

"Kau ke rumah sakit hanya untuk satu hal bukan?.... Menggugurkan bayi itu," Felix menatap. Kali ini tatapan nya benar benar menjadi serius.

"Katakan padaku, apa kau sudah puas menggugurkan bayi mu huh?!" ia menambah dengan mendekat pada Neko yang berwajah kaku.

"Aku.... Tidak jadi melakukan nya!!"

"Kau tidak melakukan nya, kalau begitu itu bagus bukan," Felix langsung memegang lembut perut Neko membuat Neko terkejut.

"Ini masih di sini," Felix meraba lalu ia menggendong Neko di dada.

"Tunggu, turunkan aku!!" Neko mencoba memberontak tapi Felix sudah masuk dengan nya di mobil. Setelah itu supir asisten melajukan mobilnya, di sisi lain, Acheline hanya terdiam menatap mobil itu pergi.

"Apa yang.... Barusan terjadi?" ia bingung, lalu melihat kotak susu putih yang ia bawa untuk Neko tadi. Ia juga sudah tahu bahwa Neko sudah di bawa Felix. "Haiz... Padahal aku sudah susah payah membawakan ini untuk nya, susu putih itu enak....Tapi ya, mau bagaimana lagi jika itu urusannya si Bos, mana bisa aku ikutin," dia hanya menggelengkan kepala lalu berjalan pergi. Kembali bertugas di kota itu sendirian.

Sebelumnya Acheline juga masih ingat saat Neko membatalkan operasi pengguguran nya. "(Aku masih heran, kenapa dia bisa berpikir membatalkan operasinya, padahal dia tak suka bayi itu, apa perkataan ku beneran membuat nya berubah pikiran?)"

Sebelumnya ketika Neko meninggalkan nya, Felix rupanya menghubungi ponselnya membuat Acheline terkejut dan langsung menerima nya. "Ya Bos?"

"Kau melihat gadis itu? Dia melarikan diri."

"Ah, apa yang terjadi sehingga dia melarikan diri?"

"Dia sedang membawa bayi, dan aku tak mau takdir berkata lain, jika dia ingin menggugurkan bayi itu, yang mati bukan hanya bayi nya melainkan dia juga, karena wanita itu bilang bahwa dia akan mati kecuali belum waktunya.... Bahkan ketika dia melahirkan nantinya, jangan terlalu gegabah membiarkan nya melakukan itu jika kau bertemu dengan nya," kata Felix membuat Acheline terdiam mengepal tangan, lalu ia mengatakan yang sebenarnya. "Bos, dia bersama ku, jemputlah dia saja..."