Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 193 - Chapter 193 Tiger Cat and Alfa Wolf

Chapter 193 - Chapter 193 Tiger Cat and Alfa Wolf

Tampak Neko membuka mata dan merasa dia ada di bangku mobil dekat supir, ia menoleh perlahan dan melihat bahwa Felix yang mengendarai mobil itu.

"(Apa yang terjadi.... Perut ku mual sekali.... Kepala ku juga sangat pusing,)" ia perlahan bergerak dan Felix melirik ke arahnya.

"Kau sudah bangun?" ia menatap. "Kau sudah bangun atau sudah sadar dari mabuk mu?"

"(Jadi.... Aku di bawa pulang oleh nya, ha.... Sialan sekali.... Harus nya aku tidak minum tadi....)" Neko kembali menutup mata membuat Felix berpikir Neko kembali tertidur.

Tapi wajah Neko tampak aneh, dia beberapa kali menekan bibirnya. Lalu Felix mengambil karton dan mengulurkan nya. "(Dia mau muntah?)" jia berjaga jaga jika Neko muntah.

Tapi itu lain, Neko menggunakan ekspresi itu karena dia sedang bermimpi dalam mabuk nya. Dia melihat Felix yang memang duduk di samping nya sedang mengendarai, tapi mendadak, tangan Felix memegang dagu nya dan mengusap bibir Neko.

"Hng.... Hentikan itu... Jangan buat aku berpikir sama dengan mu... Hng!!" Neko berguman sendiri hingga Felix menarik kembali Karton itu. "(Sepertinya dia memang belum sadar...)" ia kembali fokus mengemudi.

Tapi mendadak, ia terdiam kaku, ia menatap bawah dan rupanya tangan Neko memegang selangkangan nya.

Felix melirik ke Neko yang masih menutup mata, jadi Neko melakukan itu dengan tak sadar.

"(Apa ini.... Apa aku memegang ular yang besar?)" Neko tampak membuka mata perlahan merasa keanehan terus meraba Felix.

Hingga ia benar benar melihat apa yang dilakukan tangan nya. "(Apa?!!!!!!)" ia terkejut kaku dan panggung menarik tangan nya.

"Kau berhenti merayu ku?" Felix menatap.

"Apa?!! Apa?!! Apa yang kau katakan sialan!!! Aku tidak bermaksud begitu!!! Hick....." Neko tuba tiba cegukan membuat nya menutup mulut dengan wajah yang mendadak agak merah.

"Kau sudah sadar sekarang?" Felix menoleh, tapi ia terdiam melihat Neko yang tampak pusing.

"Aku.... Aku.... Turunkan aku..." ia masih dalam keadaan menutup mulutnya.

--

"Cough!! Ugh... Huk..." Neko tampak memuntahkan semua minuman yang ia minum tadi di pinggir jalan, dan posisi nya mereka ada di jalan tinggi yang memiliki pagar yang mengarah ke cakrawala kota.

Felix terdiam menatap Neko dari belakang, dia lalu menoleh ke cakrawala. "Sepertinya aku harus melarang mu untuk minum..." tatap nya.

"Hah?! Kenapa memang nya, aku bosan...." Neko langsung kesal sambil mengusap bibirnya.

"Lalu, sekarang kau sudah sadar?" Felix menyilang tangan.

". . . Kau meremehkan ku hanya karena alkohol, aku sudah sadar dari tadi!!"

"Kalau begitu berdirilah di side walk itu lalu berjalan ke arah ku," Felix menunjuk. Karena mereka berhadapan agak jauh di antara side walk dekat pagar itu.

Neko terdiam melihat side walk yang mengarah ke Felix.

"Jika kau berhasil berjalan fokus ke side walk itu ke sini mendekati ku, aku akan menganggap mu sudah sadar, sekarang mulailah," kata Felix dengan wajah datar dari tadi sambil menyilang tangan.

"(Kau sedang meremehkan ku! Lihat saja, ini terlalu mudah untuk ku,)" Neko mulai berjalan tapi mendadak ia terpaku karena jalan side walk itu bergetar dan terus bergerak.

"(Apa itu? Kenapa jalan nya berputar.... Apa jangan jangan aku masih mabuk, aku hanya harus jalan...)" ia tetap berjalan tapi yang dilihat Felix, Neko benar benar sempoyongan dalam berjalan.

"Rentang kan tangan mu untuk membuat keseimbangan," Felix memperagakan merentang tangan nya.

Neko lalu merentang tangan nya. "(Sialan, dia memperlakukan ku, apalah itu, yang penting aku berjalan!!)" ia terus berjalan dengan sekuat tenaga hingga ketika sampai di depan Felix.

"(Aku berhasi-

Hug!! (Peluk...)

Tiba tiba Felix memeluk nya dengan posisi masih terentang tangan tadi membuat Neko terpaku. Tangan nya yang juga terentang menjadi turun memegang punggung Felix.

"(Kenapa, ini sungguh sangat hangat... Hangat sekali...)" dia perlahan menutup mata.

Karena terbawa mabuk, dia pasti akan melakukan sesuatu dengan tidak sadar.

"Kau masih mabuk, aku bisa melihat mu sempoyongan," kata Felix menatapnya, tapi siapa sangka, Neko mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Felix membuat Felix terkejut. Dia belum pernah mendapat ciuman langsung dari Neko.

"Ah.... Aku benar benar sangat kedinginan.... Apa yang kau lakukan, cepat buat aku hangat..." Neko menatap dengan wajah mabuk sekaligus wajah rayuan itu, seperti nya karena mabuk, dia tak sadar melakukan hal itu.

Felix terdiam lalu dia tersenyum kecil, memegang pinggang Neko. "Bagaimana cara ku melakukan nya?"

". . . Kau bilang, kau ingin bayi..." Neko langsung mengatakan itu membuat Felix terdiam kaku.

--

"Ah..." Neko terlempar di ranjang dan Felix mendekat melepas bajunya sendiri. "Berhentilah menggunakan hal mabuk untuk menutupi bahwa kau sedang merayu ku," Felix langsung mendekat dan mencium bibir Neko.

"(Apa yang dia lakukan... Apa yang mau dia lakukan sebenarnya, tunggu, jangan lakukan itu...)" Neko menutup mata dengan ketakutan.

Di saat itu juga, Felix melepas semua bajunya membuat Neko benar benar telanjang. Sebelum melakukan intinya, dia mencium banyak tubuh Neko.

"(Dia terus melakukan itu, ini benar benar sungguu sangat mengganggu...) Ah, hentikan!!" Neko merasa sangat sensitif.

"Tubuh mu sungguh sangat sensitif... Jika aku melakukan nya hari ini, ini akan menjadi kedua kalinya bukan...? Ketika pertama kali aku memasukan nya di dalam mu, kau benar benar sungguh ketat, rasanya kau memotong milik ku," tatap Felix memegang perut bawah Neko.

"(Aku tidak ingin.... Aku tidak ingin....)" Neko tampak gemetar.

Tapi mau bagaimana lagi, Felix membuka kedua pahanya membuat nya terkejut. "Benar benar menawan..." Felix terus menatap.

"Ah tidak, jangan dilihat!!" Neko tampak panik. Tapi Felix mendekatkan wajahnya dan melemaskan vagina Neko dengan bibirnya.

"Ah, hentikan.... (Aku bisa gila....) Itu...." Neko hanya bisa merintih dan tak bisa bergerak maupun memberontak karena kaki nya di pegang dengan sangat kuat oleh tangan Felix.

Tapi tiba tiba ponsel Felix berbunyi dari bajunya yang ada di bawah lantai. Ia tak mempedulikan itu dan fokus melakukan mulutnya.

"Hentikan... Ponsel mu berbunyi... Itu akan penting, jika kau mengabaikan nya..." Neko menatap dengan masih merintih.

Felix tampak kesal, lalu mengangkat wajahnya dan mengambil ponselnya yang ada di bawah, seketika Neko menarik kakinya dan langsung menjauh dari Felix membuat Felix terdiam menatap.

"Kenapa? Kenapa kau menjauh?"

"Kau bajingan, itu benar benar aneh!" Neko tampak memasang wajah ketakutan.

Lalu Felix menghela napas panjang. "Baiklah, kemarilah...." ia mengulur tangan.

"Apa?! Kau mau apa?!"

"Aku tak melakukan apapun, hanya kemarilah," Felix menatap.

Dengan ragu, Neko merangkak mendekat, seketika Felix mendorong Neko terbaring di ranjang memegang dada Neko.

"Ah, kau bilang kau tidak melakukan apapun?"

"Aku belum selesai bicara tadi... Aku tidak akan melakukan apa apa kecuali biarkan aku menyentuh mu," kata Felix, dia memakan dada Neko membuat Neko tampak sensitif.

Dia melakukan itu sambil menerima panggilan telepon tadi, lalu suara datang. "Tuan Felix.... Kemana anda? Mereka sudah menunggu kedatangan anda," kata suara itu membuat Felix berhenti dan memikirkan sesuatu dengan bingung.

"Apa? Aku tidak memiliki pertemuan apapun hari ini."

"Bukan pertemuan, soal bersama direktur Han di bar malam ini," kata suara itu sekali lagi.

Felix terdiam dan menghela napas panjang, dia lalu menyingkir dari Neko yang terdiam dengan napas terengah engah menatap nya.

Felix mengambil bajunya dan memakai nya, lalu dia menatap ke Neko. "Pakai baju mu, dan ikut aku..." tatapnya dengan serius.

Neko terdiam, dia benar benar tak tahu apa apa hingga ia ikut dengan Felix.

Hingga ketika sampai di sana, Neko melihat sekitar di tempat dalam acara itu. Acara yang di bilang Felix soal harus ikut dengannya. Di sana hanyalah sebuah bar di sebuah gedung tinggi.

Semuanya nampak seperti acara mafia saja karena memang untuk para mafia saja. Dari wanita hingga pria yang menggunakan pakaian rapi.

"(Dia pamit untuk bertemu seseorang dan memintaku menunggu di sini, tapi ini hampir setengah jam aku menunggu... Sangat menjengkelkan,)" Neko menjadi agak kesal. 

Tapi tak lama kemudian ada yang memegang pundak Neko, ia menoleh dan terdiam seseorang yang baru ia jumpa. 

"Apa kau datang sendiri, kau terlihat seperti seseorang yang kutahu," tatap pria itu. 

"Apa aku mengenal mu?" Neko menatap. 

"Bagaimana jika mengobrol?" Pria itu menawar. Lalu mereka mengobrol di meja minuman.

"Kau bisa minum?" tawarnya lagi. 

"Aku tidak bisa," Neko membalas. "(Aku tidak mau mabuk lagi, aku bisa kehilangan kendali sama seperti tadi...)"

"Kalau begitu akan kupesankan air putih saja, ngomong ngomong namaku Rangga," kata pria itu. 

". . . Amai."

"Amai.... Nama yang bagus, apa Tuan Eksekutif mengundangmu kemari atau kau hanya ikut seseorang?"

"Aku hanya ikut seseorang," balas Neko.

"Ah ikut seseorang ya.... (Tampilan nya tampak muda tapi tubuh nya bisa di bilang bagus... Aku penasaran dia ikut siapa kemari.)"

Tak lama kemudian Felix mendekat. "Aku mencarimu kemana mana," tatapnya pada Neko.

Rangga menoleh dan terkejut. "Oh, halo Felix." 

". . . Kau ada disini?" Felix menatap datar.

"Ya... Apa kau kenal gadis imut ini?" tatap Rangga.

Seketika Felix melirik ke Neko yang tidak tahu apa apa. "Dia milikku, dan jangan terlalu menyentuhnya," tatap Felix dengan mengkerut kan alis. 

Seketika Neko yang mendengar itu terkejut. "(Milik nya katanya... Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu untuk kesekian kalinya, kau pikir aku mau....?!)"

"Ah aku mengerti. (Seleranya sangat bagus di kalangan pria yang memandang kulit gadis ini, penampilanya juga tidak buruk, dia seperti putri salju.... Benar benar begitu manis sekali...)" 

"Aku akan pergi untuk menemui seseorang," tatap Felix pada Neko. 

"Pergilah saja," Neko menyela. 

"Kau yakin kau akan disini selama aku pergi?" tatap Felix. 

"Aku akan disini," Neko membalas. 

Lalu Felix kembali menoleh ke Rangga yang terdiam memasang senyuman yang terlihat palsu di matanya.

Lalu Felix berjalan meninggalkan mereka. Di saat itu juga Rangga tersenyum licik d.

dan itu sudah jelas tertebak.