Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 167 - Chapter 167 Tiger Cat and Alfa Wolf

Chapter 167 - Chapter 167 Tiger Cat and Alfa Wolf

Brak...

Terdengar suara pintu terbuka dan Felix memojokkan Neko di dinding sambil menciumnya. Karena pendek untuknya, ia mengangkat Neko dengan tangannya dengan begitu tak peduli soal kependekan ciuman. Mereka ada di hotel saat ini, hotel yang dekat dengan hal tadi.

"Umh... Pwah... Apa itu!!" Neko mendorongnya dengan panik. Ia tak percaya mendapatkan sebuah ciuman yang sangat dalam antara lidah Felix yang masuk ke dalam mulutnya.

Felix hanya menatap serius. Ia akan kembali mencium bibir Neko, tapi Neko mencoba menahannya.

"... Kau tidak bisa melakukan ini padaku, kau tidak bisa! Aku tidak mau!" Neko mendorong wajah Felix dengan tangannya.

"Kau yang bertanya padaku, bukan?" tatap Felix.

"Ber... Bertanya... Apa..." Neko menatap, hingga ia ingat ketika ia mengatakan pertanyaan pada Felix.

"Kau pikir aku serius melakukan?! Aku hanya ingin jawaban, bukan hal ini," Neko menyela, namun disertai dengan napas yang masih panas. Ia bahkan merasakan bahwa Felix membawanya dalam sentuhan.

"(Kenapa ini agak hangat... Tidak, ini tambah panas... Ketika tangannya menyentuhku meskipun hanya sekadar membawaku, aku bisa merasakan aliran darahku menjadi normal di bagian yang dia sentuh... Apa karena ini sebuah kondisi?!...)" Neko menatap, ia bahkan masih mengeluarkan napas panas tak henti-hentinya.

"Lihat itu, kau benar-benar sangat sembarangan membiarkan aura panasmu menyebar pada orang luar, bagaimana jika mereka melakukan sesuatu padamu, huh?"

"Aku hanya butuh darah untuk meredakannya, berikan padaku!" Neko menatap sambil bersikap agak agresif.

"Ya, aku tentunya akan memberikannya, kau juga tampaknya terlihat seperti masih ketat," Felix mendadak menjatuhkan Neko ke ranjang.

"Uh..." Neko terkejut. "Tu-tunggu dulu... Lepaskan aku... Kau tidak serius, bukan?" Neko menatap panik.

"Ada apa? Kupikir ini bukan pertama kalinya untukmu."

"Ini memang pertama kalinya untukku, apa kau serius ingin berhubungan, tak ada satu pria pun yang aku izinkan melakukan ini."

"Bagaimana dengan mereka, huh? Bagaimana dengan dia yang dulu menyukaimu?" Felix menyela.

"Dia maupun mereka... Tidak melakukan ini sama sekali padaku!!"

"Biarkan aku yang mengeceknya." Felix membuka baju Neko dengan cepat, menurunkan celananya dan bajunya sehingga Neko hanya terlihat memakai pakaian dalamnya di ranjang.

"Tu-tunggu... Bajingan," Neko akan memukul, tapi kedua tangannya ditahan tangan kanan Felix ke atas kepalanya.

"(Di... Dia terlalu kuat... Aku tak bisa memberontak di sini... Aku sudah tak bisa bergerak...)" Neko terdiam tak percaya, dia hanya bisa merasakan terpojok di ranjang oleh pria yang berkali lipat lebih kuat dari orang manapun.

Felix melihat lutut Neko yang lecet karena tadi Neko terjatuh. Ia lalu mendekatkan bibirnya dan menjilat luka itu membuat Neko terkejut.

"Hentikan... Itu aneh... Itu sakit..." dia tampak masih mencoba memberontak hingga Felix membersihkan luka lecet itu dengan lidah nya sehingga Neko sudah kewalahan untuk memberontak, dia hanya bisa berwajah panas dengan napas cepatnya.

"Apa aku bisa mengeceknya sekarang di vagina-mu yang cantik ini?" tatap Felix. Dia memegang paha atas Neko, ketika dia melakukannya, tubuh Neko berkedut semua, sepertinya dia sensitif. "(Kenapa... Kenapa aku bisa merasakan tangannya... Kenapa aku bisa merasakan aura yang sedang menahanku di sini, tidak seperti mereka yang sama sekali tak bisa aku rasakan sentuhan mereka...)"

"Kenapa... Kau ingin aku basa basi dulu?" Felix menatap.

"Menyingkirlah... Bajingan..." Neko menatap kesal.

Lalu Felix mendekat dan berbisik. "Aku dengar, kau memiliki bekas luka yang tidak akan pernah hilang..."

Mendadak, dia memutar tubuh Neko, membuat Neko tengkurap. Neko tak percaya dengan yang barusan. "Apa yang kau lakukan... Lepaskan aku!"

Tapi Felix tampak terdiam, ia menghela napas panjang dengan nada datarnya. "Ha... Benar-benar buruk, kau membuat kecantikanmu berkurang hanya karena luka di punggungmu," tatapnya. Rupanya dia menatap punggung atas Neko yang terdapat bekas luka kanji itu yang bertuliskan tetesan.

"Ini bukan urusanmu," Neko langsung menatap tajam.

Felix memegang punggung atas Neko, membuat tubuh Neko kembali berkedut sensitif. "He... Hentikan... Tanganmu terasa aneh... (Kenapa ketika dia melakukan nya, rasanya lebih berbeda dan ini sangat aneh...)" ia tampak tidak bisa menahannya.

"Kenapa? Kenapa kau begitu sensitif hanya aku menyentuhmu? Bukankah semuanya sudah pernah menyentuhmu bahkan lebih dari apa yang aku lakukan ini... Tapi kenapa sikapmu seperti kau baru pertama kali melakukannya?" Felix menatap.

"I... Itu karena tanganmu terlalu dingin."

"Omong kosong, kau hanya perlu berkata bahwa hanya aku yang dapat membuatmu begini..." Felix langsung mendekat dan membuka mulutnya, menggigit punggung atas Neko.

"Akh... Hentikan... Itu sakit!"

"Sakit? Bukankah luka sebesar ini tidak sakit? Kenapa gigitan ku sakit?" Felix melepas gigitannya. Dia meninggalkan bekas di sana.

Lalu ia kembali memutar balikan tubuh Neko. "Aku pastikan, aku akan membuat bekas luka itu hilang nantinya," tatapnya.

Tangan Neko masih tertahan jadi dia tak bisa melakukan apapun.

"Baiklah, sudah cukup basa basinya, aku masih harus tahu hal terpenting di sini." Felix menarik celana dalam Neko, membuat Neko panik dan tak disangka-sangka ia memasukkan satu jarinya ke mulut Neko.

"Akh... Hmp..." Neko mencoba menghindar, tapi jari itu sudah terkena air ludahnya hingga jari Felix masuk perlahan di vagina Neko.

"Aaahhhh... Apa yang kau lakukan!! (Sejauh ini tidak ada yang berani melakukan ini padaku!!!)" Neko menatap dengan wajah takut bercampur kesal.

Tangan Felix satunya masih menahan tangannya.

"Hnga... Lepaskan aku... Hentikan itu..."

"Ouh, lihat, rupanya kau masih ketat di sini. Sekarang aku bisa percaya bahwa kau memang masih perawan," bisik Felix di tengah Neko yang gemetar menutup matanya.

Lalu Felix mencabut jarinya, membuat Neko bernapas cepat.

"Ada apa? Ini hanya satu jariku saja... Apa seenak itu?"

"Bajingan!" Neko langsung marah. Dia masih bisa mencoba memberontak.

"Kau keras kepala juga, tapi ketika kau tahu betapa nyaman hal ini, kau tak akan bisa mencoba memberontak lagi," Felix mendekat dan tangannya masuk ke bra Neko, mencubit dada Neko.

"Ahhh!! Hentikan ini... Aku tidak menginginkannya!!" Neko terus memberontak dengan tubuh lemah karena berada di aura feromon tinggi yang membuatnya lemas menikmati apa yang dilakukan tangan Felix.

"Kau tidak menginginkannya? Tapi kenapa kau selalu menggoda lelaki lain dengan tampang berani mu itu dan sekarang kau menolak ini dengan wajah yang memelas? Apa kau tidak suka pria dewasa?" Felix menatap dan mendekat, mencium leher Neko hingga berbekas cupang.

"(Ugh... Aku tidak bisa terus begini... Aku bisa tersiksa olehnya di sini...)" Neko meneteskan air mata.

"Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apapun padamu," bisik Felix, membuat Neko membuka mata lebar.

"Aku tidak akan berhubungan denganmu, karena aku tahu kau sedang tidak menginginkannya. Kau menolak berhubungan dengan semua orang karena kau takut pada dirimu sendiri, aku juga lebih suka membuatmu terluka secara nikmat di sini," tambah Felix yang kembali mencium beberapa kali tubuh Neko.

"(Haaahhh... Saat dia melakukan itu berulang kali, rasanya tubuhku benar-benar lebih enakan dari panas yang tadi. Tubuhku sangat panas tapi aku juga merasakan kesejukan karena dia terus berada di sisiku. Selama ini aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya hanya karena aku tidak terbawa arus feromon di sini,)" Neko menghela napas panjang, di saat itu juga Felix melepas tangannya. Kedua tangan Felix merasakan punggung dan tubuh Neko, mulutnya terus mencium beberapa kali leher Neko.

"Lakukan lagi... Lagi... Ini sangat hangat..." Neko menatap rambut Felix dan seketika memeluk kepala Felix yang masih mencium lehernya.

Felix turun dan membuka bra Neko. Dia mencium bagian atas dada Neko lalu melihat puting Neko.

"Merah dan masih bersih, bukan..." tatapnya. Neko terkejut, dia berpikir Felix akan memakan buah dada nya, tapi itu memang benar.

Felix mencium dada Neko dengan memakan putingnya. "Ah... Hng..." Belum pernah melihat wajah yang begitu panas merasakan hal itu.

"(Apa dia benar-benar menyukai hal ini?)" Felix melirik ke wajah Neko dari mulutnya yang masih mencium dada Neko.

Ia melihat wajah Neko yang bernapas nikmat sambil menutup mata, tapi dia tetap saja tampak tidak setuju bahwa Felix melakukan hal itu padanya.

"Haha, kau bukan gadis pelacur rupanya. Hanya dengan begini saja kau merasa senikmat itu? Seberapa pertamanya hal ini bagimu, huh? Tubuhmu dilihat orang dan bisa melakukan ini padamu, kau seharusnya senang di sini," tatap Felix yang mengangkat punggung Neko dengan satu tangannya.

Lalu ia duduk dan Neko duduk di pangkuannya dengan napas panasnya. Lalu Felix mencium bibir Neko. "Bukankah ini asik melakukannya denganku? Kau juga terlihat sangat senang di sini," tambah Felix.

"(Aku... Senang melakukan ini??? Apakah aku terlihat begitu?)" Neko terdiam dengan tatapan kosong kecil.

Lalu ia menatap bibir Felix. "(Lakukan itu... Gigit lidahmu... Biarkan aku memakan darahmu...)" Neko mendekatkan wajahnya lalu perlahan mendekat akan mencium bibir Felix sendiri.

Felix tampak menunggu hal itu. "(Kau terlalu banyak terbawa arus, bukan...)"

Tapi tak disangka-sangka, Neko kembali lemah, ia langsung jatuh dan untungnya Felix menahan tubuhnya.

Felix menjadi terdiam. Dia melihat wajah Neko yang sangat lemas. "Kau terlalu menikmati ini di sini."

--

Tak lama kemudian, Felix keluar dari kamar mandi dengan masih menggunakan pakaiannya. Ia berjalan mendekat sambil melihat Neko yang tertidur tengkurap dengan selimut yang hanya menutupi bagian bawahnya, alhasil punggungnya benar-benar terlihat.

Sepertinya selimut itu turun ketika dia bergerak memutar tubuh dalam tidurnya.

Dari sana, Felix bisa melihat ukuran luka di punggung Neko. Ia mendekat, duduk di samping ranjang, lalu menyentuh punggungnya.

"(Apa kau tahu, kita bahkan belum melakukan apapun, apa tadi kau sudah tidur duluan? Kau bahkan meninggalkan ku dengan kondisi ku yang seperti ini,)" ia terdiam, sebagai seorang pria, melihat perempuan telanjang baru saja pastinya membuatnya ikut ereksi, tapi mau bagaimana lagi, Neko tertidur.

"Haaa... Kau beruntung aku tidak sampai memperkosa mu," kata Felix lalu ia berjalan pergi dengan Neko yang masih tertidur.