Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 164 - Chapter 164 Tiger Cat and Alfa Wolf

Chapter 164 - Chapter 164 Tiger Cat and Alfa Wolf

Beberapa jam kemudian, mereka berhenti di sebuah rumah kompleks di malam hari.

"Baiklah, kita sudah sampai," kata Acheline yang menstandarkan motornya, tapi Neko sama sekali tidak turun. Acheline mulai bingung, lalu turun sendiri, tapi tiba-tiba Neko hampir terjatuh dari motor. Untungnya, Acheline menangkapnya. Dari sana, Acheline tersadar bahwa Neko tertidur.

"(. . . Memang sih, perjalanan nya sangat jauh,)" ia lalu menggendong Neko di dada, dengan tubuhnya yang tinggi dan kuat. Ia seperti mengangkat seberat gadis yang ringan.

Lalu, ia meletakkan Neko di sofa terlebih dahulu dan melepas helm yang masih dipakai Neko dengan perlahan.

Setelah helm itu terbuka, Acheline terdiam menatap wajah Neko yang tertidur sangat pulas dan lelah.

Ia melihat bibir Neko yang terbuka pelan untuk bernapas dalam tidur dan mata lentik yang tidak akan pernah berubah.

Acheline masih terdiam, menatap buah dada Neko. Ia masih ingat bagaimana pria itu langsung meremas buah dada Neko.

"Kedua mochi ini, memang ukuran nya menggoda, kulit yang begitu putih pucat namun terlihat selembut salju, mata merah yang sangat bersinar dan rambut yang begitu cantik terurai panjang, lelaki mana yang tidak tertarik padamu... Sangat cantik," ia lalu memegang pipi Neko dengan lembut. "Kenapa aku yang wanita ini bahkan tertarik padamu?"

Tiba-tiba, Neko menggerakkan tubuhnya dengan tidur miring, membuat Acheline terkejut sempat berpikir Neko akan bangun, rupanya ia tidak bangun, hanya berganti posisi. Lalu Acheline berdiri dan melihat tubuh Neko.

"Kau tidak akan baik memakai baju ini, kau tidak mandi... Aku bisa mengganti bajumu kan?" Acheline mendekat memasukkan tangannya ke perut Neko.

"Astaga, pikiran ku, jangan khawatir... Ini tidak akan membuat kita berdua lesbi kan?" ia mulai berkeringat takut terobsesi pada Neko.

"(Huf... Aku hanya akan mengganti bajunya, berhubungan di sini aku tak punya celana seukuran nya... Mungkin aku tidak akan memberimu celana,)" ia menatap tubuh Neko lalu memasang wajah mesum.

Di dalam mimpi pulas Neko, dia bermimpi akan sesuatu, dimana dia bermimpi soal kejadian yang berlalu dari mulai nya penderitaan nya di organisasi. "Neko, kau tak pernah becus melakukan tugas mu," kata Ketua sindikat, meskipun begitu, dia bahkan menjadikan Neko sebagai kandidat berikutnya.

Tetapi Neko meninggalkan organisasi hanya karena mencari masa lalunya dirawat sementara dengan keluarga Ezekiel, hingga menumpulkan kontrak pada Cheong. Itu adalah masalah yang tak terlupakan soal "Permen putih."

Setelah hal itu, dia kehilangan Matthew, seseorang yang memiliki darah sangat enak, dan bersedia membuat model patung darinya. Tetapi semenjak kakaknya datang, semuanya tak bisa dilawan.

"Itu semua sangat buruk, kenapa aku tak bisa menemukan sebuah akhir yang bahagia... Apa hanya karena kisah ku diisi akan hal yang sangat buruk... Aku kehilangan banyak orang di sini," Neko terdiam, dia mengingat Hyun, Jun, Kim, maupun Yohan yang menghilang dari pandangannya satu per satu. Tak akan ada yang bisa membantunya maupun ia percayai.

Hari berikutnya, Neko terbangun di ranjang kecil dengan memakai jaket berwarna merah muda saja tanpa apa-apa. Ia bahkan tak memakai celana tapi jaket ukuran besar itu sudah menutupi bagian bawahnya.

"(Apa yang terjadi?)" ia melihat sekitar di rumah yang berantakan. Neko juga merasa aneh memakai baju itu padahal sekarang dia terlihat sangat imut. Kamar itu sangat berantakan, bahkan banyak sekali dokumen maupun kertas berserakan tidak pada tempatnya.

"(Apa aku tertidur dari malam, bagaimana bisa, apakah karena perjalanan terlalu lama... Sekarang aku harus tahu ini di mana,)" dia keluar dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar dan melihat Acheline yang memasak sarapan.

Lalu Acheline menoleh dan tersenyum kecil, dia menatap dari bawah hingga atas. "(Paha yang bagus, sayang,)" dia menikmati pemandangan itu lalu mengatakan sesuatu.

"Sebentar lagi sarapan akan siap, tunggulah di meja."

Dengan masih bingung, Neko duduk di kursi meja makan sambil melihat kondisi berantakan rumah itu. "Kau tidak pernah membersihkannya?" tatapnya pada Acheline.

"Ah, sebenarnya bos sering kesini untuk mengambil dokumen yang tersimpan di rumahku, tak jarang dia mencarinya dengan seperti ini, jangan khawatir aku bisa membersihkannya pagi ini, sebenarnya tak hanya tempat ini juga, tempat lain pun sama... Hehe..."

"Jadi dia sering kemari," tatap Neko, dia bertanya soal Felix.

"Yup, begitulah. Oh dan aku lupa meminta izin darimu melepas bajumu kemarin malam karena kulihat kau terlihat tidak nyaman jika memakai pakaian itu saat tidur... Tubuhmu benar-benar manis seperti model," kata Acheline. Tapi Neko hanya bersikap biasa membuat Acheline bingung.

"Kau... Tidak malu?"

". . . Malu?"

"Ya... Malu, aku sudah menelanjangi mu di sini bukan?"

"Itu bukan masalah besar jika kau harus melakukannya."

"(Gadis ini... Apa dia tidak peduli tubuhnya ditelanjangi orang lain?)" Acheline terdiam berpikir.

"Ehem... Bagaimana dengan jaket itu, itu memperlihatkan paha imutmu..."

"Itu tidak masalah," balas Neko dari tadi tidak peduli.

"(Gadis ini... Apa dia punya penyakit depresi sehingga dia harus tidak peduli pada tubuhnya?)" Acheline menatap bingung.

Lalu Acheline menyiapkan sarapan, dia memberikan nasi pada Neko. Tapi Neko terdiam dengan pemandangan itu.

Hanya telur dadar dan sayur yang tampak asam.

"Ayo cobalah, hehe," Acheline menatap senang.

Neko menjadi tak nyaman, lalu bertanya sesuatu. "Sebelumnya, apa kau tak pernah memasak?"

". . . Ek... E... Jujur saja... Belum pernah sama sekali, karena aku ini selalu makan di luar dan mabuk, hehe... Tapi aku jamin makanan ku ini sangat enak, cobalah," Acheline mendorong lauk itu.

Neko perlahan mengambilnya dengan sumpit lalu memakannya, tapi ia terdiam, ia hampir ingin menutup mulutnya tapi ia mengunyah cepat dan langsung menelannya. "Ugh, sangat tidak enak, kau sama sekali tidak berbakat," Neko menatap tajam seketika Acheline tertusuk tombak perkataan itu.

Lalu Neko meletakkan sumpitnya dan mengambil apron berwarna hitam kotak-kotak di sana lalu memakainya, seketika Acheline terpaku melihat pemandangan itu. "(Astaga, kenapa dia begitu seksi, andai saja bos melihat ini...)"

Neko mengambil banyak bahan lalu mulai memasak di sana, Acheline hanya bisa menatapnya dari meja makan.

Kemudian, Neko selesai, dia melepas apron-nya dan membawa ke meja makan satu per satu piring yang ia gunakan untuk wadah lauk. Di sana ada lauk lembut dan sayur yang terlihat enak.

Acheline menghirup aromanya yang sangat lezat. Lalu Neko memberikan sumpit padanya. "Cobalah dan bandingkan milikmu."

Lalu Acheline mengambil sumpit itu dan memakannya, seketika ia terkejut kaku dengan mata yang berkilau. "Ini sangat enak!! Kau benar-benar pandai memasak, dari mana kau belajar?!" ia menatap sambil terus memasukkan makanan di mulutnya.

"Hanya seseorang... (Aku masih ingat, sebelum aku berpisah, Yechan mengajarku memasak,)" Neko membalas sambil mengingat Yechan, lelaki yang begitu bekerja keras menolongnya tapi pada akhirnya, takdir menentukan mereka tidak cocok karena Neko tidak memiliki rasa apapun.

Setelah selesai sarapan, Acheline merapikan tempatnya dengan Neko yang duduk di sofa menonton televisi.

"Ini pertama kalinya kau menonton televisi?" tanya Acheline.

"Entahlah..." Neko membalas dengan tampang datarnya, lalu ia menoleh ke Acheline. "Sebenarnya, apa nama perusahaan yang kita tempati milik pria itu?"

"Maksudmu milik bos Felix? Dia adalah pria peminjam dana dari banyak perusahaan. Bisa dibilang dia itu investor tapi sayangnya, dia investor ilegal. Kau pasti tahu sendiri dia juga seorang penagih hutang swasta dan juga pembunuh tak mengenal senjata. Dengan tubuh gedenya itu, dia idaman banget bagi para wanita bahkan banyak wanita yang berbisnis dengannya malah merayunya, tapi ia terlalu bosan melakukannya. Perusahaan itu ada di Korea dan saat ini kau ada di Korea bagian agak jauh dari selatan, jadi kau bisa sementara melupakan sesuatu yang sangat tidak ingin kau temui di Seoul," balas Acheline.

"(Jadi aku memang ada di Korea? Paling tidak aku bisa lepas dari Viktor itu,)" Neko menjadi agak lega.

Tapi ketika ia menatap televisi, ia tampak bosan, bahkan beberapa kali berganti posisi masih dengan baju yang sama tanpa celana itu.

"Ck... Apa kau punya buku?" tatap Neko pada Acheline yang masih menata dokumen berserakan itu.

"Hm... Di sini tidak ada, aku tidak meletakannya di sini, mungkin ada di gudangku... Kau tinggal mengeceknya," kata Acheline lalu Neko berjalan ke garasi yang terbuka dengan kayu saja.

"Ini garasi, bukan gudang... Tapi kenapa isinya barang gudang?" ia berjalan masuk dengan bingung. Banyak sekali barang yang disusun tidak rapi termasuk benda tumpul dan lancip yang ada di rak.

Di sana bahkan tampak sangat berantakan, bahkan jika disenggol sedikit, itu akan langsung jatuh semua.

"(Lupakan itu, aku akan mencari tujuan ku,)" ia melihat sekitar masih di dalam garasi itu. Lalu ia melihat buku yang ia cari dan akan mengambil, tapi tak disangka ada botol paku yang ia senggol, membuat pecah jatuh di bawah.

". . . Ha... Benar-benar sial..." ia menghela napas kesal lalu melihat ada sapu yang tertengger di dinding. Ia berniat menyapu tapi saat ia mengambil sapu, ada skateboard yang berjalan lurus di belakangnya. Karena fokus menyapu, ia jadi menginjak skateboard itu dan jatuh memegang rak dan keberuntungannya, matanya hampir terkena benda tajam yang terpasang tak wajar itu.

Ia berdiri pelan menghela napas lega bisa menghindar dari maut yang akan menyakitkan itu.

"Ini kesialanku," ia kembali menyapu namun tak disangka-sangka ada banyak bola pingpong jatuh di bawahnya, ia mendengar seperti ada suara dan mundur perlahan dan saat itu juga kakinya menginjak banyak bola membuatnya akan jatuh. Ia berwajah tak percaya hingga benar-benar jatuh. Kepalanya tepat di bawah pintu garasi.

Salah satu bola ada yang terlempar ke dinding terpantul dan mengenai kayu yang menyangga pintu garasi. Membuat pintu garasi jatuh akan mengenai kepala Neko.

Mata Neko terpaku melihat maut itu, kepala nya akan pecah tertimpa pintu garasi yang sangat kendor dan besar itu. Ia hanya bisa menutup mata dengan gemetar.