Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 127 - Chapter 127 Trusted Guard

Chapter 127 - Chapter 127 Trusted Guard

"Jika kamu masih tidak nyaman, bagaimana jika kita keluar saja?" tatap Yohan dengan khawatir.

Neko terdiam sebentar bahkan dia harus berpikir untuk menjawab apa hingga akhirnya menghela napas panjang. "Haa. . . Aku malas keluar."

"Ke... Kenapa?"

"Matahari terlalu menyengat. Aku tak suka matahari, kulitku harus menghindari cahaya matahari...."

"Aku, aku punya lotion sunscreen. Aku juga sudah mencuci bajumu yang panjang, kamu bisa memakai baju yang lebih panjang atau kamu bisa memakai payung?" dia mencari cara.

". . . Ha... Tapi, kaki ku pegal."

"Aku bisa membawamu, di depan atau di belakang, atau di leherku..." Yohan dengan semangat terus menawarinya.

"Ck... Bersihkan dulu tempat ini," Neko menatap.

Yohan terdiam, ia melihat sekitar yang sudah bersih. "Tapi... Nuna, di sini sudah ber-

"Kau ingin berkomentar?" Neko langsung menyela dengan tatapan datar, membuat Yohan terkejut dan langsung mengambil ember dan kain pembersih. "Jangan khawatir, Nuna, aku akan membersihkannya, hehe..."

Neko kembali menutup mata dan bersandar di ranjangnya. Dia mengambil buku dan membacanya di sana, menunggu Yohan membersihkan tempatnya.

Tapi dia tidak fokus membaca. Meskipun pandangannya mengarah ke buku, pemikirannya kemana-mana. "(Apa yang harus aku lakukan? Ini sudah 2 tahun aku ada di sini, tentunya itu adalah waktu yang sangat lama. Jika selama 2 tahun tak ada apa-apa dari Beum, itu berarti dia tidak akan mencariku. Mungkin aku tenang di sini... Tapi yang harus aku khawatirkan adalah Ketua sindikat. Aku sudah lama tidak mengetahui kondisi organisasi sindikat. Mungkin aku bisa bertanya pada Kim lain kali...)" pikirnya.

Tapi tak lama kemudian, dia menutup bukunya dan menghela napas panjang. "(Ha...) Aku bosan.... Benar benar sangat bosan...." akhirnya dia bosan dan melihat Yohan yang berlutut sedang membersihkan lantai dengan kain lap. Dia membersihkan dengan semangat.

"Hei, baiklah, itu sudah," Neko menatap tajam.

"E... Ada apa?" Yohan menatap, dia berhenti.

"Aku bosan dan aku ingin pergi sekarang," tatap Neko.

"Ah, baik, baik. Aku akan menyelesaikan ini dulu."

"Ck... Apa kau tak bosan membersihkan itu?" Neko langsung mengambil kain lap itu.

"Ah, Nuna, tanganmu akan kotor!"

Tapi Neko melempar kain itu dengan tatapan datar. "Sudahlah, lantai dan dinding sudah mengkilap di sini. Cepat antar aku ke tempat bagus," kata Neko.

"Tapi... Aku sebentar lagi selesai."

"Ck, kau sudah selesai!" Neko berteriak kesal, membuat Yohan terpaku mendengar itu.

---

"Nuna, apa kamu ingin ke pelabuhan kemarin yang tidak jadi kita datangi?" tanya Yohan sambil mengikuti Neko yang berjalan di depan nya.

"Yeah, begitulah. Kenapa? Ada sesuatu?" Neko menoleh, dia berhenti berjalan.

"E... Tak ada apa-apa, hanya saja tempat itu banyak dijadikan tempat pembunuhan, di berbagai kargo yang terbuang. Di sana banyak juga mayat yang terbuang, lalu di lautnya... Meskipun pandangan maupun penglihatan di sana itu indah, tapi pastinya ada mayat yang akan mendarat di berbagai pulau dan terdampar di sana," kata Yohan.

"Jadi maksudmu adalah, tempat itu dijadikan tempat pembuangan mayat, lalu mereka membuang mayatnya di laut, setelah itu tidak mempedulikannya, begitu?" Neko menatap, lalu Yohan mengangguk.

"Memangnya apa yang harus ditakutkan? Tak akan ada apa-apa. Mereka hanya sekumpulan mayat yang sudah tidak dapat berjalan. Lagipula, aku ke sana untuk mencari suasana saja, bukan mencari masalah dengan mayat," tambah Neko yang kembali berjalan pergi.

"Tapi, selagi kita berjalan begini, bolehkah aku bertanya sesuatu agar kita terlihat mengobrol akrab?" Yohan menatap.

"Pft, kau mengharapkan kita akrab?"

". . . Kau yang mengatakan itu sendiri. Kamu bilang aku harus menganggapmu teman agar aku tidak gugup di depanmu."

"Baiklah, terserah. Katakan saja apa maumu," Neko membalas sambil masih menatap ke depan.

"(Apa aku harus bertanya sesuatu soal ini...) Sebelum kamu tinggal di sini, apa yang membuatku ada di sini? Apa masa lalumu juga di sini?" Yohan menatap.

". . . (Dia bertanya tentang aku, apakah aku juga termasuk sudah begini...) Ha... Pertanyaanmu aneh sekali... Aku bingung menjelaskannya."

"Tak apa, aku akan berusaha mengerti apa yang kau katakan, Nuna," tatap Yohan.

". . . Aku dulu tidak begini. Aku ada di distrik terbesar, tepatnya distrik bagian selatan yang sangat dikuasai oleh organisasi sindikat. Dan organisasi itu termasuk aku. Tapi karena sebuah urusan di luar tugas organisasi, seperti masalah pribadi yang tidak bisa diurus secara baik, jadi aku lebih meninggalkan tugasku. Aku harus melihat bagaimana aku menjadi gadis yang terlahir di organisasi. Tapi tetap saja, aku tidak terlahir dari organisasi. Ketika aku sudah tahu itu... Orang yang seharusnya bertanggung jawab padaku malah pergi begitu saja. Tapi itu adalah kesalahpahaman hingga aku membuatnya membenciku juga... Dia tidak membelaku ketika aku direndahkan dan dibuang di sini..." kata Neko.

Yohan terdiam mendengar setiap kalimat yang keluar dari suara Neko. "(Aku mengerti itu... Bahkan aku benar benar sangat mengerti hal itu lebih dari apapun...) Lalu, kenapa kamu tidak merebut kembali apa yang menjadi milikmu? Termasuk semua yang kau lakukan sebelum kamu harus dibuang di sini?"

". . . Aku tak peduli apapun. Aku juga tak menginginkan apapun kecuali seseorang yang dapat membantuku..."

"(Dia mungkin sudah sangat sadar, di sekitarnya banyak sekali orang yang berusaha menolongnya tapi... Mereka semua tidak dipilih oleh takdir....) Nuna, apa aku sudah sangat cukup membuatmu sakit jika aku bertanya begini?" Yohan menatap kecewa.

Neko kembali menghela napas panjang. "Ha... Ini baik-baik saja. Lagi pula, aku percaya kau tidak akan memberitahukan hal ini pada siapapun," kata Neko.

Tapi Yohan terkejut mendengar kalimat itu. "(Aku lupa... Bahwa di sini aku memiliki rahasia yang tak boleh aku buka untuk Nuna. Aku adalah mata-mata dari Tuan Park Choisung... Apa yang harus aku lakukan? Jadi di sini, dia sudah menganggapku pengawal yang paling terpercaya. Tapi bagaimana jika dia tahu aku adalah mata-mata? Apa dia akan marah dan kecewa padaku....)" Yohan memasang wajah berkeringat dingin.

Lalu Neko meliriknya. "Hei, aku sudah bilang, santai saja kan?"

"A... Ah... Iya.... (Lebih baik aku menyembunyikan hal ini dulu... Daripada harus menyakiti segera....)"

---

Sesampainya di pelabuhan, Neko melihat banyaknya kargo di sana.

"Nuna, biarkan aku menuntunmu ke laut. Kargo di sini memang berantakan, jadi, awas dengan penciumanmu," kata Yohan. Dia mengulur tangan, lalu Neko menerimanya dan Yohan berjalan duluan perlahan.

Tapi tak lama kemudian, Neko mengendus cepat dan menoleh ke sekitar. "Bau busuk..." Dia melihat di banyaknya kargo di samping, di belakang, bahkan di depannya.

"Huh? Ah, ya... Aku sudah bilang kan, di sini memang tempat pembuangan mayat... Jadi ada yang dibiarkan begitu saja di sini," kata Yohan.

Hingga mereka sampai di pagar yang menunjukkan laut yang luas.

Di sana ada beberapa kapal pengantar kargo. Neko terdiam melihat itu. "Kenapa masih ada kapal yang beroperasi? Bukankah tempat ini tempat pembuangan?"

". . . Sebenarnya, tempat ini disebut ilegal karena banyak faktor, termasuk yang dibicarakan, pembuangan mayat, tapi ada faktor lagi. Tempat ini sering dijadikan pengantaran ilegal melalui banyaknya orang yang berbisnis kotor.... Terkadang setiap satu tahun sekali, ada saja orang penting yang kemari hanya untuk urusan tersebut..." kata Yohan.

". . . Dari mana kau mengetahui itu semua?" Neko menatap tajam.

"E... Jika aku boleh jujur, aku sudah lama ada di distrik ini."

". . . Jika mau sudah lama di distrik ini, siapa yang memegang kuasa wilayah ini?" Neko menatap.

". . . Sebenarnya distrik ini dalam rangka perebutan wilayah. Distrik ini tak memiliki pemimpin kekuasaan, tapi ada rumor bilang bahwa dua pihak telah memperebutkan tanah antah berantah ini."

"Dua pihak?" Neko menatap bingung.

". . . (Tuan Beum atau Viktor, dan Tuan Park Choisung. Mereka sedang menyelenggarakan perebutan wilayah,)" Yohan menatap serius.

Sebelumnya, dia ada di tempat yang disebut lorong gelap yang begitu penting di salah satu gedung. "(Apa ini tempat gedung beroperasinya Tuan Park Choisung menjalankan rencananya menguasai dunia kriminalitas?)" ia melihat sekitar dengan bingung hingga ada seseorang datang, seorang wanita yang belum dapat diketahui identitasnya karena tempat itu juga kebetulan gelap.

"Yohan kan?"

"Ah ya," Yohan langsung membalas menatap. "(Aku tak bisa melihat wajahnya...)"

"Hei, kau akan bekerja mulai dari sekarang. Tapi sebelum kau benar-benar diterima, kau harus menyelesaikan tugas dari atasan ku, (Park Choisung). Dia meminta kamu mencari dan menangkap seorang gadis yang akan disebutkan ciri-cirinya dan identitasnya secara lengkap. Jika kamu menemukannya, jangan asal menangkap, pelajari kehidupan, gerakannya, dan apa ekspresi yang dia alami. Laporkan setiap detail, setiap seminggu sekali, kemarilah untuk laporan di sini. Jangan bilang pada siapa-siapa bahwa organisasi ini bergerak dalam bidang ikut campur."

"Aku mengerti, itu sangat jelas," Yohan mengangguk.

"Bagus. Dan informasi lainnya, mungkin aku bisa memberitahunya padamu. Beberapa bulan ke depan, akan ada perselisihan wilayah. Setelah organisasi Park Choisung ini datang ke Seoul, kita akan mendapatkan wilayah kita jika kita berhasil memperebutkan wilayah. Jangan khawatir, itu yang akan diurus atasan kita. Hanya perlu jalani tugasmu saat ini..."

"Jika aku boleh tahu, siapa saingan Tuan Park?"

"Beum Jyoun yang baru saja memegang organisasi pemegang wilayah distrik selatan, tepatnya Viktor."

"Lalu, kapan aku bertemu dengan Tuan Park?"

"Kau tak akan diizinkan bertemu dengannya. Hanya orang tertentu yang dapat melihatnya."

"Kenapa begitu?"

"Kenapa begitu? Kau tanya kenapa begitu? Karena dia lebih mengerikan dari penjahat," kata wanita itu, hanya terlihat senyum seringai dengan gigi terbuka di balik gelapnya lorong, lalu dia berjalan pergi.

Begitulah Yohan tahu informasi seperti itu.

"(Meskipun aku diperintahkan oleh Tuan Park Choisung, tapi aku benar-benar tak bisa melihat wajahnya maupun apa yang ada di tubuhnya. Lebih jahat dari penjahat? Apa maksudnya? Apa dia lebih mengerikan dari Nona Neko? Yang pasti dia benar benar terdengar seperti itu. Aku tak tahu harus apa, tapi mau bagaimana lagi, aku tak tahu mana yang harus aku percayai di sini....)"