Chereads / Drop Blood: Amai Akai / Chapter 118 - Chapter 118 Caged The Beast

Chapter 118 - Chapter 118 Caged The Beast

Neko membuka matanya. Ia sudah ada di ranjang kasurnya. Ia menatap langit-langit sambil mengangkat tangan kirinya. "(Dia benar-benar mengatakan itu padaku,)" Neko teringat Matthew. Ia berdiri dan menatap botol kecil berisi pil. Pil-pil itu adalah obat untuknya menahan diri agar tidak sembarangan meminum darah seseorang.

Ia mengambilnya, namun di pikirannya terus saja terngiang-ngiang kata Matthew. Seketika, Ia membuang pil itu ke lantai.

"Matthew... Kau benar-benar sialan..."

Sementara itu, Hyun dan Jun bertenang sambil beristirahat dengan tidur di ruang penjagaan. Lalu Kim datang. "Kalian, bisakah bangun terlebih dahulu?"

"Huh, kenapa?" Hyun menatap kesal.

"Aku punya firasat bahwa tak lama lagi Tuan Beum akan membalas dendamnya. Sebelum itu terjadi, kita harus menghapus semua data tentang Nona Akai."

"Untuk apa?"

"Agar Tuan Beum tak mendapatkan informasi dari sumber manapun," kata Kim. Lalu Jun dan Hyun mengangguk serius.

---

Tapi sementara itu, Beum berjalan keluar dari ruangan salah satu rumah sakit, membawa jasnya yang ia lepas tadi.

"(Cih, aku hampir kehabisan udara di kunci di brankas sialan itu. Untung saja mereka mengeluarkanku tepat waktu, benar benar sialan sekali aku harus mengalami hal ini....)" pikirnya dengan masih sangat kesal. Ia lalu memikirkan Neko.

"(. . . Hiz! Gadis itu... Tak akan ku maafkan... Aku akan membunuhnya... Aku pastikan dia mati! Ini adalah balas dendam! Dia pikir hanya dia yang bisa melakukan semua ini!!)" Beum menjadi semakin kesal dan seketika tangannya memukul tembok di lorong rumah sakit itu hingga hampir retak sedikit. Kekuatan nya sangat besar. Tak lama kemudian, ia mendengar seseorang berjalan mendekat. Ia menoleh, dan rupanya Matthew.

"Kenapa?" Beum melirik dengan masih terbawa amarah kekesalan.

"Soal kejadian yang terjadi, sebaiknya kau tidak perlu mengusiknya lagi," kata Matthew.

"Huh, kenapa memangnya? Dia gadis yang nakal... Iblis bagi pekerjaanku. Aku harus mengusiknya. Ini adalah balas dendam."

"Ini bukan balas dendammu, tapi ini balas dendamnya dia. Kau sudah merebut kekuasaannya di sindikat, dan sekarang dia merebut museum karena museum itu adalah proyek utamanya, sehingga dia bisa bergabung dalam kandidat."

"Kenapa kau tahu hal itu? Apa kau kenal gadis itu?" Beum menatap.

"Aku sangat mengenalnya... (Hingga akhirnya aku benar-benar telah ingat masa laluku di perjalanan kemari. Akai adalah Neko, dan Neko adalah gadis model pertama ku. Aku telah banyak mengucapkan kata yang saat ini telah menjadi kenyataan padanya.)"

"Kau mengenalnya? Seberapa jauh? Jika kau mengenal gadis itu, harusnya kau meniduri saja. Tubuhnya begitu licin dan putih, sangat manis jika diberikan 'blow job.' Mulutnya sangat manis, apalagi kakinya... Aku penasaran, apakah dia masih perawan?" tatap Beum.

"Dia memang perawan, tapi aku... Telah bersamanya di ranjang," kata Matthew. Seketika, Beum terkejut dan tiba-tiba ia mendorong kerah Matthew hingga memojokkan Matthew di tembok.

"Apa yang baru saja kau katakan?! Rupanya benar, gadis itu mengaku sendiri bahwa dia mengenalmu, dan ini yang kau maksudkan?! Katamu dia perawan, kenapa meniduri dia?"

"Apa maksudmu?!" Matthew membalas dengan menahan dorongan keras dari Beum. "Ini bukan berarti aku melakukan hubungan intim dengannya! Dari awal, dia tidak menikmati hal ini sama sekali! Dia tidak akan pernah menemukan lelaki yang cocok kecuali lebih kejam darinya!"

"Kau ini, kenapa kau mengusik urusanku dengan gadis itu?! Kau harus terakhir sebelum kakakmu ini! Katakan padaku, seberapa dalam kau berhubungan?!" teriak Beum.

Di saat itu juga, Matthew terdiam.

"Kenapa diam? Jawab saja!" Beum tetap mengancamnya.

"Kami tidak melakukan apapun, apalagi yang kau pikirkan. Kau pasti berpikir aku dengannya pernah melakukan seks, tapi kami tak pernah melakukan itu karena aku tak berani melakukannya. Aku juga tahu, ini bukanlah urusanku, dan jika aku menghilangkan keperawanannya, aku akan berada dalam masalah. Salah satu hal yang aku syukuri sekarang adalah masa laluku bukanlah jalan yang salah untuk membawa Neko ke jalan yang menuju keterpurukan. Aku bukan lelaki brengsek," balas Matthew. Di saat itu juga, Beum benar benat terdiam mendengarnya.

Lalu Matthew memegang kencang tangan Beum. "Dengarkan aku, biarkan dia menjalani jalan sendiri. Aku yakin ada seorang pria pertama yang ia cari hingga saat ini, yang pasti bukan kita," kata Matthew. Tapi Beum semakin kesal. Ia lalu langsung melepas Matthew.

"Aku tidak akan mendengarkan hal itu karena ini... Adalah jalan yang salah dan tak bisa diputar balik lagi. Aku akan melakukan segala cara hanya untuk balas dendam padanya sekarang," kata Beum lalu ia berjalan pergi meninggalkan Matthew yang terdiam dengan wajah tak percayanya.

Matthew lalu mengambil sesuatu dari leher dalam bajunya, yang rupanya kalung setengah hati berwarna merah itu.

"(Kenapa saat aku lupa, aku tidak langsung melihat ke kalung ini... Bagaimana pun juga, aku tak termasuk dalam hati Neko. Kenapa ini sungguh sangat sulit?)" Dia menggenggam lambang setengah hati itu dengan perasaan yang terdiam. Dia sudah tak bisa apa-apa. Sekarang yang harus dilakukan adalah menuruti kata-kata kakaknya itu.

Di jalan, Beum bertemu dengan seseorang, yakni Xun. "Xun!"

Hal itu membuat Xun terkejut dan mengalihkan pandangan.

"Hei sialan, dengarkan aku! Kau itu tidak menghianatiku kan?!" Beum memojokkannya.

"Apa?! Aku... Hanya karena kau bukan lagi Direktur museum."

"Aku tahu itu. Kau hanya harus membantuku... Bantu aku, mengerti? Aku akan memberikanmu bayaran," tatap Beum dengan seringai, membuat Xun masih terdiam.

". . . Apa yang ingin kau berikan padaku?"

"Apa yang kau inginkan dalam posisi?"

". . . Posisi Pei Lei..."

"Oh, bawahnya saja. Karena Pei Lei yang memegang museum, aku yang akan melakukannya. Kau dari dulu ingin posisi Direktur Pengawasan, kan? Aku akan memberikannya padamu jika kau benar-benar membantuku dengan informasi artikel," tatap Beum.

Lalu Xun tersenyum kecil dan setuju. "Baiklah, singkirkan Pei Lei juga." Dia dari awal sudah membenci Pei Lei.

"Apa kau tahu soal Direktur Geun?" Beum menatap serius.

"Aku... Kudengar, dia telah dibunuh oleh Luna sendiri, putri Direktur Geun juga. Tapi kami menulisnya dengan pembunuhan tanpa sebab karena nama Luna akan tercoreng nanti. Hak kekayaan maupun bisnis milik Direktur Geun telah menjadi miliknya, tapi yang aku tahu, dia menggadaikan semuanya. Jadi sekarang dia hanya ingin bersantai tanpa pekerjaan maupun jabatan apapun."

"Jadi kau tahu gadis itu?"

"Jika aku bilang, apa kau akan tahu? Dia gadis harimau itu... Dia benar-benar lebih dari sekadar harimau dengan kekuatan menyayat menggunakan belatinya itu. Dia Neko, aku sudah mencari informasi tentangnya," kata Xun.

Seketika Beum bermata besar tak percaya.

"Cih, gadis itu rupanya juga mengganggu Direktur Geun. Dia bahkan membunuhnya beserta putrinya. Memang pantas... Aku akan membunuhnya saat ini juga," tatap Beum dengan kesal.

"Kau akan membunuhnya? Sebaiknya jangan coba-coba. Gadis itu tidak akan bisa mati jika dia belum pasrah. Siksa saja dia dan buat publik tidak melihatnya lagi," kata Xun.

". . . Hm... Itu bagus juga. Ngomong-ngomong, aku tak tahu kau bisa mengambil informasi yang penting begitu? Bagaimana caramu melakukannya?" Beum menatap.

"Ah, soal itu, aku memang bisa mencari informasi dari dulu. Jadi kau tidak perlu ragu lagi, Direktur. Jangan menganggapku karyawan biasa karena Pei Lei tidak akan bisa melakukan hal yang sama seperti ku," balas Xun dengan wajah licik. Sepertinya dia memutuskan untuk ikut pada Beum menyusun rencana balas dendam.

---

"Jadi, bagaimana cara kita melakukannya?" tanya Xun sambil mengikuti Beum berjalan.

"Karena aku sudah tak punya apa-apa sekarang, bawahan, jabatan, dan yang lainnya sudah diambil alih oleh dia, lalu dia dengan beraninya menyerahkan itu semua pada Pei Lei... Aku akui Pei Lei memang karyawan yang bekerja keras, tapi dia kurang tegas dalam hal ini, jadi mungkin akan mengganggu produktivitas karyawan lain."

"Sebenarnya itu karena dia terlalu banyak cari perhatian dengan Luna. Aku pun juga bisa jika aku berhasil membuat Luna kasihan padaku. Itu hanyalah cara mengemis yang kuno," Xun merendahkan Pei Lei.

"Yeah, terserah kau mau apa padanya, tapi fokus saja pada rencana ini... Aku tak akan merebut museum karena aku tak mungkin bisa menyusun rencana sama sepertinya. Apa dia membunuh Direktur Geun dan putrinya saja?" tanya Beum.

". . . Sejauh ini aku hanya mendengar itu. Tapi soal Direktur Hao, aku belum tahu. Dia tidak ada kabar, jadi mungkin dia juga dibunuh oleh gadis itu," balas Xun.

"Ck, jika begini caranya aku tak akan bisa meminta bantuan dari kedua Direktur yang aku percayai karena sudah dibunuh olehnya..." Beum menjadi pusing.

". . . Begini saja, bagaimana jika kita menangkap gadis itu, lalu menyiksanya? Karena publik hanya mengenalnya sebagai perebut museum, bukan sebagai pemegang museum, maka tak akan ada yang curiga bahwa dia menghilang bersama kita," kata Xun.

"Itu terlihat mudah untuk menangkap gadis itu, tapi... Kau tahu, dia tidak kuat sendiri. Dia juga dibantu penjaga. Bahkan Kim, yang aku percayai sebagai asistennya dulu, benar-benar telah menghianatiku. Tidak, jadi selama ini dia adalah mata-mata dari gadis licik itu. Sangat sialan... Aku jadi ingin membunuhnya juga," Beum menjadi kesal.

"Tapi, jika pengawalnya itu sibuk mengurusi gadaian kekuasaan Direktur Geun, siapa yang menjaga dia memangnya? Dia mungkin hanya ada di apartemennya saat ini," kata Xun, lalu Beum terdiam sebentar dan menghela napas panjang.

"Baiklah, aku akan menyusun ini. Lumpuhkan dulu gadis itu ketika dia sedang tidak waspada."

Sementara itu, Matthew ada di bawah langit malam. Dia menatap bulan dan menutup mata berwarna hijau terangnya.

"(Neko... Aku suka jika penentu hubungan kita adalah mawar merah... Tapi sayangnya, mawar merah memiliki diri yang sangat tajam dari mawar apapun... Sangat tajam, itu mengartikan, kita akan sama-sama melukai jika kita merupakan mawar merah.)" Dia sudah bisa bersikap bahwa dia tidak cocok untuk Neko.

"(Aku akan membuat segala cara agar kau membenci ku, dengan begitu, tak perlu memikirkan ku lagi dan ke depannya...)"