Di ruangan Direktur Utama departemen museum, tampak Neko tertidur di sebuah meja kantor. Ia terlihat membuka mata dan melihat sekitar.
"(Semuanya begitu mudah kulewati... Tapi ada sesuatu yang sangat kurang, aku bahkan membutuhkannya,)" ia menengadah, mengingat Matthew.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu, dan ternyata itu Pei Lei.
". . ." Neko menatap dingin padanya.
"Kau... Kau bisa seperti ini, kenapa kau membohongi kita semua!!" Pei Lei mendekat ke meja Neko hingga mendobraknya.
"Aku tak membohongi kalian, ini adalah pekerjaanku, kau tak berhak mengurusinya," Neko membalas.
"(Dia tak tahu apa yang dia hadapi, aku juga tak mengerti... Jadi ini semua memanglah sebuah permainan.) Luna... Kenapa bisa jadi begini... Aku benar-benar tak percaya bahwa kau bukan hanya gadis biasa," tatap Pei Lei, dia menatap mata merah Neko.
"Kau sudah membaca artikel pembaruan, bukan? Di sana ada banyak fakta tanpa kau harus bertanya padaku. Mulai hari ini, aku memberikan departemen museum padamu. Selanjutnya, kau bisa bekerja sama dengan pemilik museum yang masih kosong karena aku tak memiliki kabar di mana Matthew sekarang. Jikalau kau juga memegang museum, aku akan beruntung," kata Neko.
"Tapi... Bukankah itu milikmu?" Pei Lei menatap.
"Itu memang milikku, tapi dari awal aku membenci pekerjaanku. Hanya karena soal balas dendam, aku memang melakukan ini semua..." balas Neko, membuat Pei Lei terdiam.
"Aku mungkin juga tak akan lama di sini," ia memegang pipi Pei Lei.
"Apa maksudmu?"
"(Dia akan memburuku, itu sudah jelas. Beum juga pastinya memiliki pembalasan dendam padaku. Aku mungkin akan dibunuh olehnya karena melakukan ini,)" Neko menggigit bibirnya sendiri lalu menghela napas panjang.
"Luna, berhati-hatilah," tatap Pei Lei. Neko mengangguk pelan.
Lalu Pei Lei tersenyum dan menundukkan badan. Ia lalu berjalan pergi keluar, tapi di depan pintu kantor, ia berpapasan dengan Kim.
Kim yang menatap itu menjadi terdiam bingung, sementara Pei Lei berwajah mengingat Kim saat mengancamnya itu. "Haiz... Kau rupanya pengawal Luna, pantas saja dari awal sikapmu sangat aneh," tatapnya.
"Ya, begitulah. Ada apa? Apa ini sebuah masalah untukmu, kawan?" Kim menatap dengan lirikan sombongnya.
"Katakan padaku sebenarnya siapa gadis itu?" Pei Lei menatap.
"Ada apa? Aku tak berhak memberitahumu," Kim menatap.
"Tapi dia menyuruhku untuk kau memberitahuku," balas Pei Lei.
"(Sungguh?) Baiklah, aku akan menemui mu nanti," kata Kim, lalu mereka kembali berjalan melewati masing-masing.
"Nona Neko," Kim berjalan masuk, melihat Neko yang berdiri membelakanginya menatap jendela.
"Aku sudah mengerjakan semuanya," kata Kim. Dia berdiri menatapnya dari jauh, tepatnya di depan meja.
Lalu Neko menoleh. "Sudah mengurus semuanya? Termasuk keturunan yang bisnis yang lainnya?"
"Ya, semua kekayaan maupun bisnis dari Direktur Geun sudah menjadi milik Anda, diambil alih 100 persen," balas Kim.
"Baiklah, kalau begitu, gadaikan semuanya."
"Apa?!" Kim langsung terkejut.
"Yeah, gadaikan semuanya. Harap-harap ada yang mau memegangnya karena aku tak mau memegangnya."
"La... Lalu Anda mau apa?!"
"Aku akan leha-leha di apartemenku," kata Neko dengan senyum kecil.
". . . Em... Ba.. Baiklah... (Aku baru pertama kali dengar dia tak mau memegang satu perusahaan sekaligus.)"
"Baiklah, kau bisa pergi," balasnya dengan wajah biasa, tapi Kim terdiam ketika melihat wajah Neko yang pucat.
"Nona Neko... Apa Anda belum meminum darah yang biasanya diberikan Seu?" Kim menatap dengan wajah terlihat sedikit khawatir.
"Aku belum menginginkan hal itu," Neko membalas sambil memegang keningnya. "Lagi pula, kenapa kau bertanya?"
"Aku hanya melihat Anda pucat. Aku mengerti, setiap hari Anda memang terlihat pucat, tapi tidak selelah ini," tatap Kim.
Lalu Neko menghela napas panjang. "Apa kau masih ingat saat aku menjadikanmu sebagai anjing yang setia?" lirik Neko yang duduk di kursinya.
"Aku masih sangat ingat akan hal itu."
"Itu bagus, karena sekarang aku lupa," kata Neko, seketika Kim terdiam.
"(Apa dia lupa? Nona Neko lupa?! Bagaimana bisa... Padahal itu adalah momen terbaik untukku bisa menjadi asistennya sampai saat ini.) A... Apa maksud Anda?"
"Sama seperti sekarang, aku lupa darah mana yang paling enak karena aku tidak lagi mendapatkan yang aku inginkan soal hal ini. Aku sudah bosan dengan darah yang aku minum dari orang yang sama."
"(Apa ini karena Tuan Matthew? Nona Neko tidak meminum darahnya sangat lama... Dokter juga bilang bahwa darah adalah makanan tetapnya, itu karena gangguan psikologisnya.)" Kim menjadi terdiam.
"Haiz sudah lah, aku ingin pergi hari ini."
"Tunggu, Nona Neko. Bagaimana jika Anda... Meminum darahku?" tatap Kim. Seketika suasana menjadi terdiam.
"Pf hahaha," Neko menjadi tertawa, menundukkan wajahnya ke meja.
Kim hanya terdiam merasa bingung.
"Kau serius menyerahkan hal itu padaku? Bagaimana jika aku bilang tidak enak, huh?" tatap Neko.
"Tak apa jika darahku bukanlah pilihanmu, tapi paling tidak darah yang kau rasakan adalah darah baru, bukan darah dari orang-orang yang telah kau rasakan."
Lalu Neko terdiam mendengarnya. ". . .Kemarikan tanganmu," tatapnya, lalu Kim memberikan telapak tangan kanannya.
Neko menarik tangannya untuk mendekat ke bibirnya dan akan menggigit jari telunjuk Kim. Ia sudah siap membuka mulutnya memperlihatkan gigi kecil tajam manisnya.
"(Nona Neko akan menggigitku, meskipun ini kedua kalinya tapi ini tetaplah momen epik karena dia akan meminumnya,)" Kim menjadi tak sabar dalam hatinya.
Tapi Neko berhenti karena ada yang mengetuk pintu dari luar. Seketika wajah Kim menjadi kesal. "(Sialan... Mengganggu!!)"
"Boss, Anda memanggilku untuk menghantarkan Anda?" kata suara dari luar yang rupanya Hyun.
Lalu Neko berdiri akan pergi.
"Tu... Tunggu, Nona Neko, bagaimana dengan ini tadi?" Kim mengejarnya.
Saat akan masuk ke mobil, Neko menoleh dan terkejut karena Matthew berada di depannya. Ia menatap Matthew dengan wajah yang terlihat sedih. Matthew mendekat perlahan.
"Kau hebat membuat semua ini, tapi Beum tak bisa memaafkan ini. Aku juga tak ada niatan membantumu," kata Matthew.
Neko terdiam dan berjalan mendekat perlahan. "Matthe--"
"Tolong, jangan sebut namaku," Matthew menyela, seketika Neko terkejut mendengar itu.
"Aku tak pantas disebut olehmu, dan aku hanya ingin memberitahumu agar kau selalu waspada akan hal ini. Ingatlah... Aku bukan pendukung, maupun penolak," kata Matthew, lalu ia berjalan pergi.
Mendengar itu, Neko benar-benar terkaku. "(Apa... Apa maksudmu? Kenapa kau bersikap begitu padaku, bukankah aku sudah membantumu... Aku sudah membantu mu melakukan keinginanmu... Kenapa kau mengatakan hal itu...) Matthew!!" Neko berteriak memanggil. Matthew terdiam, berhenti berjalan, dan menoleh perlahan.
"Apa yang kau maksudkan, kau payah! Aku sudah berusaha menyelesaikan masalahmu juga. Kau sudah tak bisa disuruh-suruh kenapa kau mengatakan itu padaku!! Apa masalahmu membuatku harus mengatakan bahwa kau juga membenci ku?!" tatap Neko dengan kesal.
". . . Pikirkan sekali lagi, Neko, bahwa... Kau tidak akan menang bahkan ketika melawan Beum sekalipun. Kau sudah berpikir bahwa kau akan dijatuhkan olehnya lagi dan dengan berani mencari masalah dengannya. Jika di saat dia memojokmu nantinya, aku juga tak akan menolongmu karena ini adalah masalahmu sendiri..." kata Matthew, lalu dia berjalan pergi, membuat Neko terdiam tak percaya.
"(Alasan yang sangat tidak masuk akal, Matthew, kau sialan... Jadi kau memang menginginkan membunuhku... Jika ini maumu, kau boleh menyiksaku dalam keadaan perintah Beum.)"
"Boss, apa ada masalah?" Hyun menatap.
"(Ini sudah berakhir,)" Neko menatap atas lalu terjatuh tak sadarkan diri. "Boss..." Hyun menjadi sangat terkejut.
Pei Lei tak sengaja menjatuhkan sebuah dokumen yang akan ia letakkan di mejanya. Ia jadi harus mengambilnya, lalu Xun berdiri di depannya. "Pei Lei, ada apa?"
"Luna..."
"Ada apa?"
"Dia benar-benar bisa memegang museum... Dan milik Tuan Beum sebagainya," kata Pei Lei dengan masih tidak percaya.
"Aku juga merasakan keanehan. Dari awal dia ingin sekali bertemu Direktur Beum dan sekarang ini adalah tujuan utamanya."
"Apa ini hanya permainan yang dibuat oleh nya? Tapi kupikir dia akan senang hati menjalin kerja di sini, dan semua karyawan di sini sudah menganggapnya," tatap Pei Lei dengan masih tak percaya.
"Yah, begitulah. Ngomong-ngomong, apa kau sudah melihat artikel yang dibuat olehku?"
"Aku sudah membacanya tadi. Kau membuat artikel tentang seorang pria penting yang kembali ke Korea dari Rusia. Dia akan menghancurkan segalanya di sini. Penagih hutang itu akan datang... Pastinya," balas Pei Lei.
"Siapa sebenarnya orang itu? Aku membacanya terus, tapi tidak paham maupun tidak kenal sama sekali. Apa kau tahu dia siapa?"
". . . Park Choisung, dia disebut sebagai mafia juga. Bisnis yang dia lakukan adalah bisnis murni darinya sendiri tanpa bantuan maupun kerja sama apapun. Dia mendapatkan uang tambahan dari pemerasan uang yang meminjam padanya. Dia termasuk kejam," balas Pei Lei.
Sementara itu, Neko membuka mata dan menyadari dia berada di mobilnya yang dikendarai oleh Hyun.
Hyung melihat dari kaca menyadari Neko bangun. "Bos... Bagaimana keadaan mu? Haruskah aku membawamu ke rumah sakit?" tatapnya.
Neko hanya memegang kepalanya. "Tidak.... Tidak perlu.... Ini baik baik saja.... Putar saja kemudinya..." dia membalas dengan nada lemah.
"Tapi, apa kau yakin Bos?" Hyun menatap ragu.
Tapi Neko hanya diam, sepertinya yang membuat nya sakit adalah memikirkan sesuatu. "(Aku tidak berpikir sejauh itu. Kenapa Matthew mengatakan itu padaku? Aku bahkan sudah mengatakan bahwa aku akan membantunya untuk membebaskannya dari Suzune. Sekarang dia sudah bebas, bukan? Hanya perlu melihat Beum menyesal, semua kekayaannya sudah hilang, dia sudah kembali seperti dulu, kan? Kenapa malah mengatakan kalimat itu padaku? Aku bahkan tidak diperbolehkan untuk memanggil namanya...)" Neko terdiam. Dia lalu meraba lehernya dan memegang liontin kalungnya. Kalung itu bahkan masih dia pakai dari Matthew.
Lalu Hyun mendadak bicara. "Boss... Ngomong ngomong, apa Anda sudah tahu seseorang yang begitu penting akan datang ke distrik? Dia merupakan Tuan Besar sekaligus penagih hutang swasta," kata Hyun.
". . . Siapa?" Neko bingung.
"Tuan Park Choisung," balasnya. Seketika Neko mengingat nama itu ketika dia bersama Acheline.
"(. . . Hah?! Jadi, Acheline adalah matador milik orang yang disebut berbahaya itu?)"