Elena duduk di samping kasur menghela nafas berat, setelah acara pernikahan tidak ada acara apapun lagi, ia langsung di bawa ke dalam kamar lalu di suruh ganti baju oleh pelayan.
"Sekarang apa?" Tanya Elena, gadis itu bingung harus memulai dari mana karena tiba-tiba suami nya hilang entah kemana, keluarga nya juga tiba-tiba lenyap.
Tok! ... Tok! ....
Suara ketukan pintu kamar milik Elena terdengar beberapa kali, hingga membuat gadis tersebut menoleh ke arah pintu kamar nya.
"Ya?" Jawab Elena bangkit dari duduknya menghampiri pintu kamar nya, untuk melihat siapa orang yang mengetuk pintu kamar nya itu.
"Maaf Nona, Nyonya Hera memanggil anda untuk ke ruang kerja Tuan besar." Suara wanita yang seperti nya pelayan di balik pintu kamar Elena.
"Baiklah, saya akan bersiap-siap kesana." Jawab Elena langsung pergi mengambil kain untuk menutup bahu nya yang terbuka.
Ya! Gadis itu sudah memakai gaun santai untuk istirahat, gaun yang cukup terbuka di bagian atas.
"Apa terjadi sesuatu?" Gumam Elena langsung menutupi bagian bahu nya mengunakan syal berwarna biru laut.
Gadis itu langsung pergi terburu-buru ke arah ruang kerja sang Ayah.
Tok! ... Tok! ....
Elena mengetuk pintu ruang kerja sang Ayah dan langsung di jawab oleh pemilik ruang tersebut, "masuk," jawab Aslan yang berada di balik pintu besar di depan Elena.
Elena langsung membuka pintu ruang tersebut pelan-pelan dan langsung melihat Ibu, Kakak, Ayah, Felix suami nya dan beberapa orang yang tidak Elena kenali.
"Apa Ayah memanggil saya?" Tanya Elena lembut.
Aslan menghela nafas berat saat mendengar suara lembut putri kecil nya itu, "duduk," titah pria paruh baya di depan Elena.
Gadis berambut hitam bergelombang itu langsung duduk di samping suami nya Felix, karena pria itu menyuruh nya untuk duduk di samping nya.
"Bersiap-siap lah kita akan pulang ke istana di Ibu kota." Seru Felix dengan wajah datar nya.
"Tunggu dulu! Anda tidak bisa membawa anak saya seperti itu!" Tentang Aslan, pria paruh baya itu tidak ingin putri nya di bawa pulang oleh pria kejam di depan nya.
"Ayah, sekarang anak mu sudah menjadi permaisuri dan dia harus terus berada di samping kaisar." Jawab Felix sambil menghela nafas kasar.
"A-apa kita tidak tinggal di sini?" Tanya Elena gugup, gadis itu sungguh tidak berani menatap pria di samping nya ia hanya bisa menatap leher dan dagu suami nya.
"Tidak Sayang, bila kita tinggal di sini siapa yang akan mengurus kekaisaran?" Tanya Felix sambil mengusap rambut istri kecil nya lembut.
"Oh!" Elena meng-oh mengerti, suami nya kaisar dan tentu saja harus mengurus kekaisaran. Gadis itu melihat ke arah dokumen di depan nya mengabaikan apa yang sedang di lakukan oleh sang suami.
"Hm." Dehem Felix mengambil sedikit rambut istri nya lalu menciumi nya.
"Hey! Cabul! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Aslan kepada Felix yang menciumi rambut putri nya itu.
"Haishhhh!" Hans mendesah jengah, pria itu sudah tidak bisa melakukan apapun sekarang karena pria yang berbuat cabul pada adik nya adalah suami adik nya sendiri.
"Saya hanya menciumi rambut istri saya." Jawab Felix menghela nafas jengah dengan Ayah mertua nya itu.
"Sayang! Katakan sesuatu pada si cabul itu!" Pinta Aslan pada istri nya yang sedang geleng-geleng kepala.
"Nak, sabar saja Ayah mertua mu memang sedikit stres akhir-akhir ini." Seru Hera sambil tersenyum manis ke arah menantu nya.
"Baik Bunda." Jawab Felix sembari tersenyum ramah ke arah ibu mertua nya.
"Seharusnya kalian tidak menikah." Ucap Aslan kesal memijat pelipisnya.
Pria paruh baya itu seperti nya menyesal tidak menghentikan pernikahan putri nya itu.
"Ya berarti ... Sudah lah, aku cukup sibuk Ayah jadi langsung ke inti saja." Seru Felix melipat kedua tangannya di dada.
"Elena, tolong tanda tangani surat-surat di depan mu." Seru Hera yang sudah jengah dengan suami nya yang tidak habis-habis membahas tentang hal pribadi.
"Untuk apa Bunda?" Tanya Elena menatap heran ke arah dokumen di depan nya.
"Untuk persetujuan mu, Sayang." Jawab Felix lembut.
Hal tersebut berhasil membuat membuat gadis kecil Elena merinding.
"Baiklah." Jawab Elena dengan suara rendah nya, gadis itu merasa ada sesuatu yang menusuk saat sang suami berbicara, setiap kali suami nya bergerak dan mengeluarkan suara Elena merasa diri nya akan segera mati.
Dan itu hanya lah halusinasi dari gadis tersebut. Siapa yang akan membunuh nya? Ayah dan Kakak nya tidak akan diam bila peinces kecil mereka di sakiti.
Elena menanda tangani semua dokumen di depan nya tanpa membaca nya sedikit pun, bahkan tangan nya berkeringat dingin saat memegang pulpen bulu di tangan nya.
"Kita akan tinggal di istana." Seru Felix, suara pria itu sangat dingin, dingin yang sangat menusuk. Sebenarnya itu memang lah karakter Kaisar Felix jadi ia tidak bisa mengubah cara bisa dan bertindak nya.
Pria itu baru kembali dari medan perang dua tahun lalu, setelah kematian kedua orang tua nya saat usia pria itu 16 tahun ia harus menjadi Kaisar yang paling muda dalam sejarah lalu di kirim ke medan perang jadi karakter keras nya di latih langsung oleh kebengisan dunia ini sendiri.
"Ambil kertas tidak berguna itu." Titah Felix pada seorang pria yang berdiri di samping nya.
"Baik." Jawab pria yang di perintahkan oleh Felix.
"Bunda harap Elena bisa bahagia bersama dengan pilihan Elena, Bunda selalu menerima Elena kapan saja saat Elena pulang jadi bila Elena merasa tidak ada tempat kembali, Bunda selalu menerima ke datangan Elena." Seru Hera, wanita cantik itu merasa gelisah melihat anak nya karena dirinya dulu juga menikah saat umur 19 tahun dan ia tau bagaimana susah nya menjadi seorang istri dan seorang ibu.
"Baik Bunda." Jawab Elena dengan senyum indah nya, walaupun gadis itu gelisah ia tidak ingin memperlihatkan nya pada sang Bunda, Bunda nya itu akan mengkhawatirkan nya hingga berlebihan dan jatuh sakit.
"Dia tidak akan pulang, karena dia akan nyaman di tempat tinggal baru nya." Jawab Felix yang di balas helaan nafas berat dari Hera.
Setelah itu hanya ada nasihat untuk Elena, gadis itu tidak tau apa-apa tentang bagaimana mengurus rumah tangga, di tambah dengan suami yang tidak ingin di atur, mungkin gadis itu akan kesulitan walaupun Hera tau bahwa kaisar Felix memiliki perasaan pada putri nya namun Hera juga tau seorang kaisar bisa memiliki lebih dari satu istri.
➜➜➜➜➜➜
Elena telah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa pergi ke istana. Gadis itu terus memperhatikan keluar jendela memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepan nya.
Tok! ... Tok! ....
Suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan langsung melihat seorang wanita siapa lagi bila bukan Hera.
"Ada apa Bunda?" Tanya Elena dengan senyum lembut nya.
Hera berjalan ikut duduk di samping anak gadis nya itu. Wanita itu terlihat gelisah dengan pernikahan putri tercinta nya tersebut.
Keheningan datang sejenak di kamar tersebut saat Hera duduk di samping sang putri hingga ia mulai mengeluarkan suara nya.
"Bunda hanya ingin bilang, nanti di sana Nana harus jaga kesehatan terus kalo ada apa-apa langsung kabari Bunda, misal nya Kaisar harus memiliki satu pasangan Nana harus merelakan nya, Bunda tau ini berat tapi tugas kaisar utama Nana jangan egois okey? Bunda sangat bahagia Nana sudah memilih pasangan hidup Nana tapi sebenar nya Bunda belum siap melepas kan Nana."
Tangis wanita itu pecah, ia benar-benar belum siap melepaskan putri nya itu, bahkan ia merasa putri nya baru lahir namun tiba-tiba anak gadis nya sudah pergi meninggalkan diri nya.
Elena merangkul bahu sang Bunda erat, gadis itu tau Bunda nya itu seorang ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya walaupun terlihat selalu mendukung pilihan putra putri nya namun ada saat nya ia merasa tidak rela melepaskan anak nya itu.
"Bunda, saya akan baik-baik saja, saya tau yang benar dan salah jadi Bunda tidak usah memikirkan hal-hal sekecil itu, saya akan sering mengirimkan surat untuk Bunda." Jawab Elena meyakinkan sang Bunda. Gadis itu mengigit keras bibir bawah nya sebenarnya ia belum benar-benar siap menikah namun tidak ada pilihan lain sampai akhirnya pun ia harus tetap menikah baik dengan pilihan orang tua nya ataupun pilihan diri nya sendiri.
Hera terus menangis, ia tidak rela putri nya di dua kan, ia juga tidak rela putri nya melihat suami nya bersama wanita lain di depan nya, kemungkinan Kaisar Felix memiliki selir sembilan puluh sembilan persen tidak mungkin para bangsawan mendukung seorang Kaisar menikahi seorang anak Baron yang tidak memiliki kekuasaan yang luas.
" .... " Felix berdiri di balik dinding kamar sang istri mendengar kan semua perkataan ibu mertua nya, sebenarnya pria itu ingin berbicara dengan istri nya berdua saja namun seperti nya sudah keduluan oleh ibu mertua.
[TBC]