Erin berjalan seperti Orang kaya, dia berpakaian elegan. Di depan istana presiden yang tampak Megah itu.
Istana dengan warna putih, tiang-tiang besar tinggi, Ada kubah di atasnya. Air mancur besar di depan nya. Banyak orang lalu lalang, "gue bermalam di mana ya ..." Gumam nya dalam hati sambil berjalan melewati istana.
Dalam kebingungan itu, sebuah poster besar terpampang di layar besar di pinggi jalan, iya poster digital, Erin tampak berlari mendekat, melihat poster yang di kerubuni banyak orang.
Terpampang jelas. Sebuah pesta ulang tahun anak presiden malam ini di istana. Dan semua di undang.
Bibir Erin tersenyum miring, dia gegas pergi dari situ. "Gue akan bicara padanya, penguasa yang tidak adil itu. Mereka harus lihat keadaan masyarakat nya di luar."
Saat berjalan sendiri, Erin tertegun dengan sebuah danau, iya danau dekat kota itu terlihat luas, sore hari itu matahari terlihat akan terbenam. Begitu indah. Erin berdiri di pinggi danau itu
"Hey, kau sudah siap datang ke pestanya ivan," ucap seorang cewek.
"Ya, tentu saja. Aku sudah menyiapkan gaun terbaikku."
Erin mendengar, perkataan mereka yang lewat. Melihat dirinya mengenakan gaun pendek. " Gue tidak bisa begini, gue harus mendapatkan gaun." Gumamnya.
Erin berpikir, dia tidak punya uang, Pasti mahal harga satu gaun di toko yang dia lihat.
Menghela nafas, matahari pun terbenam, semua muda mudi bersiap pergi ke pesta ulang tahun anak presiden.
"Sebaiknya gue batalkan saja, gue tidak punya dress yang harus gue pakai. Lebih baik nyari tempat buat tidur." Gumam nya
Dia berjalan sendiri, Erin kembali ke tempat tadi di kolong jembatan. Dia berpikir tidak ada lagi tempat yang aman. Hanya itu yang aman.
Lampu penerangan jalan, iya hanya itu yang meneranginya. Melihat ke atas rumah yang tadi dia singgahi, terlihat masih gelap. Erin melipat wajahnya.
"Apakah tidak ada orang yang tinggal di sana?" Gumamnya. Matanya terus menatapnya, hampir 30 menit. Tapi tetap gelap, "apa aku tinggal di situ saja..." Pikirnya.
Iya manaiki anak tangga, tidak ada orang,Erin kembali naik ke atas, dia masuk," kok tidak ada stop kontak nya mana, bagiamana menyalakan lampu?"
Tiba-tiba lampu itu nyala, "hah, kok nyala, bagaiamana mematikannya?" Tiba-tiba lampu itu mati lagi.
Hal itu membaut Erin bingung, kenapa bisa terjadi. "Ya tuhan, Kenapa mati lagi, bagaimana meyalakan nya. Tidak ada stop kontak.." tiba-tiba lampu nyala lagi.
Erin pun berpikir kenapa , "mati...." Lampu itu mati sendir, "nyala..." Lampu pun langsung nyala.
Erin Tertawa, begitu modern nya Kota ini. "Iya gue harus datang ke pesta itu.. apakah ada gaununtukku."
Erin membuka lemari terdapat banyak gaun yang menggantung. Erin sumringah, mengambil gaun berwarna biru, gaun panjang tampak seksi. Dengan belahan di kakinya.
Dia langsung memakai nya, tak lama dia merias diri rambut nya yang panjang itu di sanggul, bibir merah menyala.
"Apakah ini aku?"
" Ya tentu saja, kau sempurna..." Cermin itu menjawab. Erin tampak terkejut lagi.
"Hey, apakah aku cantik."
"Kau lebih dari cantik."
Erin tersenyum, "kau memang baik cermin, iya apakah di sini ada orang nya?"
"Dulu, sudah lama tempat ini kosong. Meri, dia entah kemana pergi belum pulang.."
"Kalo begitu aku akan tinggal di sini, kau keberatan."
"Tidak Masalah, tapi jangan bawa Pria, aku benci mereka."
Erin senyum, "itu tidak masalah, iya aku hs
Arus pergi. Dimana Sepatu yang bagus."
"Seperi yang kau pakai itu sudah cukup bagus. Dengan gaun itu..
"Kau benar, aku menyukai mu. Sampai Jumpa."
Erin gegas berlari, ini sudah hampir pukul 8 malam , istana presiden itu di jaga ketat, semua anak muda sudah berjajar di depan istana megah itu. untuk masuk mereka di periksa.
Banyak yang bepasangan, tapi tidak dengan Erin di la sendiri. Dia tidak peduli karen tujuan ke sini ingin bicara dengan presiden.
"Apak presiden itu ada di sana?" Erin menatap istana itu.
"Hey, kau sendiri?" Tanya seorang pria di belakang nya. Erin menoleh. Pria itu senyum pakaian nya rapi. "Tidak, eh....saya bersama teman." Jawab Erin.
"Oh, aku juga, kau siapa aku baru melihat mu?"
"Aku....aku, rose iya..." Dengan spontan mengatakan itu, Erin lihat bunga Ros dan itu yang dia katakan.
"Rose, kau Seperti bunga Ros indah," jawabnya.
Giliran Erin di periksa, tampak pengawas itu memperhatikan wajah Erin, Erin gugup. "Tunggu, tampak tidak asing.." ucapanya.
"Hey, ayo cepat acara di mulai." Gerutu seseorang di belakang.
"Ya sudah cepat.." Erin pun masuk, berjalan pelan, dia begitu anggun. Menarik perhatian banyak orang, Erin menarik nafas panjang masuk kedalam istana.
Saat Erin masuk dia terkejut dengan suasana dalam istana, begitu megah, luas dengan tiang-tiang tinggi, banyak robot-robot melayani yang datang.
"Selamat datang, mohon tasnya.." Erin menyerahkan tasnya kepada robot itu.
Semua orang menatapnya, dia tidak pernah tahu Erin. Mereka baru melihatnya.
Seorang pemuda menghampiri nya, pemuda memakai balzer berwarna krem tampak Seperti pangeran. "Hey. Nona saya belum lihat sebelumnya. Kau tinggal dimana?"
Erin menghela nafas, dia sama sekali tidak tertarik walau dia tampan seperti pangeran. "Iya, aku ingin tahu dimana bisa menemui presiden?" Erin langsung dengan intinya.
" Apa!! Presiden, hahaha .." Dia tiba-tiba tertawa, "dia tidak bisa di temui, apakah ada kepentingan?"
"Maaf, iya itu bukan urusan anda, saya permisi..." Erin beranjak meninggalkan nya, orang-orang tampak berbisik-bisik membicarakan nya.
Erin tidak peduli dengan pesta ini, "dimana si tuan presiden itu?"
"Hadirin yang berbahagia, kita sambut Ivan..." Suara pengeras suara itu terdengar.
Mereka bertepuk tangan saat anak presiden itu keluar dan berdiri di atas. "Hey, kau mahasiswa jurusan apa? Kau di akademi kan?" Tanya seorang cewek, Erin menoleh. Di sama sekali tidak mengerti.
"Kau di bagian apa?" Tanya nya.
"Maaf, aku tidak mengerti..."
Cewek itu mengerutkan keningnya, "apakah kau beneran orang sini?" Tampak curiga, Erin menoleh kembali. " Memang kenapa?" Sahut Erin.
"Orang-orang sini, mereka punya keahlian sendiri-sendiri. Kau jurusan apa? Masiswa universitas apa?"
Erin menatap ke semua arah, dia bingung mengatakannya, Erin melihat robot lalu lalang, " aku, iya aku Desain robot."
"Hah.... Itu hebat! kau tahu, pria yang tadi kau tinggalkan itu. Iya dia juga sama mahasiswa jurusan robotik. Dia anak presiden."
"Apa!!" Erin tampak terkejut.
"Iya, dia anak presiden, Henry namanya. Kau tidak tahu?" Tampak Heran.
"Iya, aku tahu, hanya saja aku suka lupa, hehe .." tersenyum getir, cewek itu dia meningalkan nya dengan raut wajah Heran.
Erin mencari Cowok tadi, dia ingin dekat dengannya karena dia anak presiden. Pemuda itu sedang bersama temannya.
Erin berdiri, anak presiden itu melihat nya dia berjalan mendekatinya. " Hey, kau yang tadi kan, ada apa?" Tanya henry melihat Erin berdiri di samping nya.
"Maaf, soal tadi ya..."
"Henry, kau tahu dia Juga mahasiswa robotik sepertimu.." ucap cewek tadi.
"Benarkah, di kelas apa? Aku tidak pernah melihatmu?"
Erin dia bingung kembali, "eh... Itu..."
Musik tiba-tiba terdengar, semua orang berlari. "Ayo kita ikut..." Henry menarik tangan Erin.
Erin merasa, pemuda-pemudi di sini mereka belum pernah melihat kehidupan menyedihkan di luaran sana. Bahkan sekolah nya pun sudah berbeda jauh dengan teknologi yang belum ada di luaran sana. "Siapa yang menciptakan kota ini?" Pikir Erin.