(Pov ???)
Langit yang gelap mengeluarkan suara keras, suasana sekitar menjadi mencekam. Para ksatria merasakan ketakutan yang belum pernah mereka rasakan selama pengalaman mereka berperang.
Ditengah-tengah para ksatria itu, seorang pria berpakaian gelap dan tudung jubah yang menutupi wajahnya, kedua tangannya terangkat memalegang pedang panjang yang memiliki sedikit lengkungan.
Perlahan tapi pasti, pria itu mengeluarkan secara perlahan pedang itu dari sarung pedangnya, kemudian getaran terjadi. Petir-petir merah nampak jelas ketika pria itu mengeluarkan pedangnya, tanah pijaknya retak dan langit tambah bergemuruh.
Dibalik tudung jubah itu, mata merah yang kosong mulai bercahaya. Para ksatria merasakan tekanan kuat pada pundak mereka sehingga beberapa dari mereka bertekuk lutut dengan keras.
"Tekanan apa ini?!" Ujar pelan salah seorang ksatria menahan sakit.
Mereka tidak menyadari orang yang mereka incar akan semengerikan ini, mereka hanya mendapatkan informasi lama dari orang tersebut tanpa tahu informasi terbaru darinya. Sehingga sebuah kesialan menimpa mereka saat ini.
Suara tenang dan lembut, pria itu berkata dengan pikiran yang kosong. "Kesalahan fatal ini... Akan aku ingat, dan semua orang yang ada disini sebuah peringatan bagi mereka yang mengincar ku! Hancurlah menjadi debu. Rairyū no hōkō!" Pedang itu tercabut sepenuhnya, dan secepat halilintar menyambar pria itu menghilang.
JDAAARRRR!!!
Petir merah yang berbentuk naga menyembar keras ditempat pria itu sebelumnya, menghasilkan ledakan yang memencar kesegela arah. Tanah yang para ksatria pijak terbelah seperti tebasan.
Para ksatria itu berteriak kesakitan, terhempas kesegala arah dengan luka yang fatal. Dan pria sebelumnya muncul dengan pedang yang sudah kembali dia sarungkan.
"Ini bukanlah akhir bagi kalian, semua ini hanyalah peringatan. Jika tidak, maka hanya ada sekumpulan mayat yang lebih banyak dari ini" Ucap pria itu tanpa menatap sekitar, walaupun dia tahu ada yang mengawasi.
Pria itu akhirnya melangkah jauh dari tempat yang telah ia hancurkan akibat kekuatan yang ia keluarkan untuk membunuh ratusan ksatria yang mencoba membunuhnya.
***
(Pov Ethan)
Menghela nafas lelah. Aku menatap langit kamarku, pekerjaan ku menulis alur cerita game ini benar-benar melelahkan. Beruntungnya sudah selesai, dan sekarang waktu menunjukkan pukul 00.23 pm.
Tubuhku benar-benar remuk duduk seharian, tapi mau bagaimana lagi. Hanya pekerjaan ini yang bisa kujalani diusia emasku ini, namun ini termasuk pekerjaan yang kuinginkan. Seorang pembuat alur cerita dalam sebuah game, aku terkadang membantu membuat desain karakter tapi itu hanya beberapa, karena aku memang ingin membuat karakter itu sesuai pemikiran ku.
Aku mengambil secangkir kopi susu yang sisa sedikit, dengan sekali teguk aku menghabiskan kopi susu itu. Sedikit membantu merilekskan rasa penat pikiranku, besok juga aku memiliki jadwal kuliah jam 10.48 am.
Benar-benar jadwal penuh setelah jadwal kuliah, sebaiknya aku tidur. Rasa kantukku begitu berat, aku berjalan menuju kasurku dan menghempas tubuhku ke kasur dan tenggelam dalam mimpi.
"Ethan..."
Siapa yang memanggil? Aku berbalik dan tidak menemukan siapapun, namun aku bingung dengan keberadaan ku saat ini. Semuanya terasa asing...
Bukit, satu pohon, dan.... Seseorang?
Brak!
*
*
*
"Ugh! Sial, kenapa aku bisa terjatuh dari kasurku?! Sungguh memalukan" Ujar kesalku, aku juga bingung dengan apa yang baru saja kualami. Namun segera aku mendengar suara ketukan pintu.
Bangkit berdiri, aku membersihkan sedikit kamarku dan wajahku. Aku berjalan menuju pintu depan dan membukanya.
Seorang gadis cantik yang kukenal, namanya...
"Yuna? Sedang apa kamu pagi-pagi sekali ke rumahku?" Tanyaku dengan ekspresi penasaran, melihat ekspresi wajah datar dari Yuna. Entah kenapa perasaan ku tidak begitu enak.
Hingga, beberapa detik Yuna mengatakan kata-kata yang tak kupercaya. "Ethan, sebaiknya kita mengakhiri hubungan ini. Kamu tahu, aku sudah begitu lama menunggumu untuk menikahi ku. 4 tahun aku menunggu, dan tak pernah sekalipun kamu mencoba untuk menikahi ku. Sudah sebaiknya kita mengakhiri hubungan yang tidak jelas ini"
Aku terdiam tak percaya. Tapi aku harus menjawab apa sekarang. Yuna terlihat sangat sakit hati, matanya yang tidak pernah kulihat selama ini. Mata yang memperlihatkan kesedihan yang mendalam dan rasa kecewa yang berat ditujukkan padaku.
Sial! Baru saja semalam aku merasa bebas, sekarang sebuah kesialan apa ini.
Suara Yuna kembali menyadarkan ku, "Ethan, kenapa kamu diam saja? Apa kamu memang tidak ada pembelaan? Setidaknya berikan kata-kata terakhir untuk hubungan kita. Dan kabar baik, aku akan menikah" Mendengar kalimat terakhirnya, aku kembali tercengang dan mendapati wajah Yuna yang tersenyum sedih.
Apakah dia akan menikahi Turner? Oh iya, tentu saja. Karena dia setara dengan Yuna, dan tunangan Yuna saat itu.
"Bisakah aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya, aku tahu aku mengecewakan mu. Tapi berikan aku pelukan terakhir?" Yuna mengangguk, dan aku mendekatinya. Memeluknya dengan erat, tapi Yuna tidak membalas pelukanku.
"Semoga kamu bahagia, dan selamat atas pernikahanmu" Ujarku tersenyum sedih.
***
(Pov ???)
Ingatan itu lagi. Setidaknya, jangan berikan ingatan menyakitkan itu, sungguh memuakkan.
Benar katanya, aku orang yang menyedihkan dan pembawa kesialan bagi orang-orang. Entah apa yang sekarang dia lakukan saat ini, apa dia bahagia sekarang?
Aku mendengar langkah kaki seseorang mendekat ke arahku, kedua tanganku yang diborgol membentang, dan aku bertekuk lutut karena kakiku yang terluka saat ini.
Suara perempuan yang dingin dan datar, begitu angkuh dan sombong. "Sudah bangun? Sungguh orang yang kuat bukan dirimu ini, Nathan Mervius.
*
*
*
Yo First Novel Gw Nih, Dibaca Untuk Kedepannya Karena Ceritanya Menarik Loh Saya Jamin 100%. Berikan Juga Saya Dukungan, Mohon Bantuan Saran Dan Kritik Untuk Kedepannya:)