Chereads / Pengejar Lelaki / Chapter 15 - Chapter 15

Chapter 15 - Chapter 15

"Uhm... Sebenarnya aku naksir sama kamu Lio Zheng... Kau mau kan jadi pacar aku?... (Oh astaga, aku benar-benar mengatakan nya langsung,)" tatap Ima.

"Haiz... Sepertinya lelaki bersih lebih di sukai dari pada Pria yang terlihat agak aneh sepertiku yah," kata Regis.

Lalu Lio Zheng terdiam dan menatap Ima dengan mata kosongnya. "(Kenapa Ima malah menaksir ku... Bukan kah Regis juga suka pada nya tapi dengan tampang Regis, dia terlihat seperti pria dewasa yang hanya memandang nafsu, tapi aku belum tahu soal dia dan Ima,)" Lio Zheng terdiam mengingat sesuatu soal masa lalu, dia juga teringat bibir Regis yang tergores itu dan bagaimana dia dapat luka goresan yang seperti itu. Lalu dia menoleh ke Ima. "Ima... Kau boleh menaksir ku... Tapi... Aku menganggapmu seperti mereka yang selalu menembak ku... Aku tidak menyukaimu," kata Lio Zheng.

Seketika Ima terkejut kaku. "Ke-kenapa... Aku yang membantumu kan?!"

"Kau memang membantu ku... Tapi aku ini adalah lelaki yang tidak benar, kau tidak tahu apa yang aku lakukan selain di supermarket dan kampus kan?"

"Maksud mu..." Ima masih bingung.

"Aku akan pergi saja... Ima... Kau membuatku tidak nyaman dengan perkataan menembak ku tadi," kata Lio Zheng lalu dia berjalan pergi meninggalkan mereka.

"Apa... Apa yang terjadi. (Dia benar-benar menolak ku begitu saja?!?!)" Ima terdiam gemetar.

"(Aku tidak menyangka ini... Kenapa?! Kenapa dia menolak ku? Aku sudah mengatakan hal yang sakral padanya dan sekarang berakhir dengan buruk.... Hngg huhuhu," Ima menjadi menangis menutup matanya. Regis yang masih ada di sampingnya menjadi melihat ke arah lain, ia terkejut ketika banyak orang yang melihatnya sambil bergosip.

"Kenapa pria itu diam saja, gadis itu sedang menangis..."

"Yah, kau telah menolak ku juga, kupikir ini takdir kita rupanya kau malah suka pada Lio Zheng," kata Regis. Lalu Ima terdiam dari menangis nya.

"Ehem... Yah... Itu tadi penafsiran yang singkat. Aku akan pergi," tambah Regis lalu dia berbalik tapi tak di sangka Ima menahan tangannya.

"Tolong jelaskan semua ini," Ima menatap memohon membuat Regis terdiam dan menghela napas panjang.

"Zheng buta karena suatu kecelakaan. Dia sebenarnya seorang polisi yang sedang menyamar saja termasuk aku."

"Hah... Kalian berdua polisi??!!" Ima terkejut sendiri.

"Kami lebih tepatnya rekan penyamaran. Di kampus ada seorang kriminal yang sedang kami cari. Tapi atasan kami bilang pelaku itu ada di jalanan jadi aku selalu pulang ke halte bersamamu untuk mencari target kami. Lio Zheng memiliki pendengarkan dan penciuman yang bagus, dia bisa melakukan apa apa sendiri dan mengenali di setiap aroma orang lain."

"(Jadi karena itu dia langsung tahu aku ketika aku di samping nya,)" pikir Ima.

"Kami hanya sementara disini sampai target di temukan."

"Tapi... Kenapa kau di curigai kriminal saat itu?"

"Sebenarnya aku tak sengaja menembak korban karena aku benar-benar melihat pelaku di depanku. Jadi mau gimana lagi, aku lari saja hingga kau menyelamatkanku, saat itu aku takut kau akan ketakutan melihat bibirku yang memiliki bekas luka sayatan ini. Rupanya aku salah, sekarang kau tidak takut dan malah menantang ku," kata Regis lalu Ima menjadi tersipu malu.

"Ehehe maaf... Kupikir kau juga seorang penjahat, sejak pertama bertemu, kamu benar-benar misterius tapi setiap kita bertemu, aku mulai berharap bahwa kita bisa bicara lebih," tatap Ima.

"Itu yang dinamakan perasaan serasih, sebelum nya juga aku tak pernah memiliki rasa yang seperti ini bersama dengan seorang wanita, ketika melihat mu, mungkin tidak ada salah nya jika menuju ke tempat yang serius dengan mu," kata Regis membuat Ima terdiam, kini bicara mereka mulai akrab.

Tapi Ima kembali terdiam masih mengingat perkataan Lio Zheng tadi. Ia mengusap pipinya dan menghirup udara panjang. "Hm... Aku...Aku harus pergi dulu ya... Mas Regis," tatap nya.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Regis menatap, dia mengambil sesuatu dari sakunya yakni sapu tangan.

Sapu tangan itu berwarna hitam dan putih dengan corak yang begitu reliatis.

"Aku... Aku tidak perlu, terima kasih," Ima menolak nya dengan perasaan tidak nyaman.

"Oh, ayolah gadis, kau tidak perlu bersikap begitu padaku, aku akui aku orang nya memang menggunakan nada begini, tapi anggap saja aku sama seperti mereka yang menggunakan nada akrab," Regis menatap.

Tapi Ima terdiam, Ima menatap luka di bibir Regis, di saat itu juga dia kembali mengingat perkataan Lio Zheng tadi. Tiba-tiba saja, "Hu!! Hiks... Akhh..." Ima malah menangis keras membuat Regis terkejut.

Bahkan semua nya menatap ke arah nya.

"He... Hei, kau baik-baik saja? Maafkan aku jika membuat mu menangis," Regis menatap panik.

"Hiks... Hiks... Aku tidak mau hidup lagi!" teriak Ima ke Regis yang terkaku. Seketika Ima berlari pergi.

"Hei, tunggu... (Astaga, gadis itu benar-benar tidak bisa di pahami,)" Regis langsung mengikutinya.

Ima berlari ke kamar mandi umum di kota itu. Ia membasuh wajah nya dengan air di wastafel. Lalu menatap wajahnya di kaca. "Hiks.... Hiks... Kamu pikir selama ini aku membantu mu juga untuk mendapatkan hati mu, dan sekarang ketika aku mengakui perasaan ku, dia malah menolak ku... Hiks.... Kurang apa aku!!" Ima masih tetap menangis.

Kemudian, beberapa jam berlalu, dia keluar dari kamar mandi itu dengan mata yang agak bengkak.

Ketika membuka pintu dan sudah di luar, ada yang mengatakan sesuatu.

"Gez... Lihat dirimu ini benar seperti anak kecil saja," kata orang itu, seketika Ima menoleh ke samping dan terkejut.

Karena di sana ada Regis, Regis yang sudah bersandar menyilang tangan nya menunggu Ima dari tadi.

Ia lalu mendekat dan mengulurkan sapu tangan, ia menundukan sedikit badan nya dan mengusap perlahan bawah mata Ima membuat Ima terdiam dengan tatapan kosong dan masih melongoh.

"Lihat ini, mata milik mu jadi agak bengkak," Regis menatap serius. Setelah selesai, dia menyimpan kembali sakunya dan memperbaiki helaian rambut Ima.

Ketika sudah rapi, Regis tersenyum kecil. "(Ini baru gadis manis yang aku kenal,)" ia memegang dagu Ima dengan begitu lembut.

Hal itu membuat Ima menebalkan alis nya dan langsung menampar tangan Regis membuat Regis terkejut menarik tangan nya, ia bahkan sekarang memasang wajah bingung kenapa Ima menampar tangan nya.

"Jangan sentuh aku... Kau benar-benar pria kriminal itu... Tidak pantas bersama ku," tatap nya dengan kesal.

Seketika, hati Regis seperti tersambar petir membuat nya memegang dada nya, di bayangan nya dia seperti batuk darah.

"(Sialan... Itu kalimat yang menyakitkan...)"

Ima melempar tatapan tajam membuat Regis tidak nyaman. Lalu Ima berjalan pergi.

"He... Hei, Ima…" Regis memanggil. Seketika Ima berhenti karena Regis memanggil nama nya itu dengan nada dari nya.

"Kau... Memanggil ku?" Ima menoleh.

"Ah iya kan, nama mu Ima kan?" Regis melangkah mendekat, dia mengulur tangan. "Atau kita harus melakukan perkenalan lagi?"

Tapi Ima membuang wajah dan berjalan pergi begitu saja membuat Regis terdiam kaku, ia mengepal tangan nya. "Ha... Apakah gadis tidak suka pria dewasa...?" gumam nya dengan kecewa.

Ima hanya berjalan pergi. Tapi tiba tiba saja ada yang memegang tangan nya membuat nya terputar menatap orang itu yang rupanya yang menariknya, siapa lagi jika bukan Regis, dia benar benar belum menyerah.

"Ima, ini aku, Regis... Kenapa kau bersikap begini, apa salah ku?" Regis mulai menatap serius.

"Lepaskan aku!" Ima melepas tangan Regis, dia berjalan pergi tapi siapa sangka. Ia terdiam menghentikan langkahnya, karena melihat sesuatu yang membuat nya terpelongoh begitu.

Rupanya yang dia lihat itu adalah Lio Zheng yang berhadapan dengan seorang wanita yang cantik dan siapa sangka wanita itu adalah wanita yang bersama dengan Lio Zheng saat itu, masih ingat ketika Ima pertama kali kecewa hanya karena melihat Lio Zheng berhadapan dengan wanita di salah satu lorong dan mereka bicara sambil tertawa dan tersenyum senang satu sama lain.

"(Itu...)" Ima meremas tas ransel yang ia bawa di pundak nya.

Hingga ia harus meremas nya sangat kuat sekuat emosinya karena melihat Lio Zheng di cium bibirnya oleh wanita itu dan wajah Lio Zheng tampak tersenyum senang.

"(Lio Zheng...)" Ima gemetar menatap itu, benar-benar tidak menyangka, kejadian itu ada di depan kampus.

"(Kenapa... Kenapa ini begitu.... Sakit,)" Ima menundukkan pandangan dan di saat itu juga ia menangis.

Tapi tiba-tiba saja, Ima terkejut sebentar karena seseorang merangkul nya dari belakang, sebuah tangan besar itu melingkar di pundak nya dan memutar tubuh Ima untuk mengalihkan pandangan itu, dia memeluk Ima langsung membuat wajah Ima tertutupi oleh dada orang itu yang tak lain adalah Regis.

"Aku mengerti hal ini, gadis seperti mu memang akan selalu egois untuk mendapatkan seseorang yang kau sukai, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah sebuah takdir, jika dia tidak suka padamu maka jangan mencintai nya tanpa alasan apapun... Cukup cari pria yang mengerti diri mu, meskipun kau sudah putus asa mengatakan sesuatu yang belum pernah kau ucapkan pada lelaki, tapi tetap saja, anggap saja itu angin yang baru saja kau bisikan tanpa ada yang mendengar nya, mulai dari awal dan berikan kalimat itu pada orang lain yang di restui oleh hati mu," kata Regis. Ima mendengar suaranya dari matanya yang tertutup. Sebenarnya dia masih membuka mata, lalu ia menutup matanya ketika perkataan Regis sudah selesai.

Ia meletakan tangan nya di dada Regis dan menangis. "Hiks... Maafkan aku... Aku tidak mengerti soal hal ini," rintih Ima.

"Ini baik-baik saja tidak perlu di tangisi begini, sifat Lio Zheng yang sebenar nya memang begitu," kata Regis. Dia hanya memeluk Ima dengan satu tangan nya.

"(Ini... Ini sangat hangat...)" Ima terdiam merasakan hal i. Wajar saja karena dia belum pernah di peluk pria hangat seperti Regis.