Bau darah terasa di mana-mana. Begitu banyak darah sehingga menembus udara musim dingin yang tajam, membuat perutku mual. Lanskap putih yang tadinya sempurna kini berubah—lengkungan darah yang brutal dan genangan darah bercampur dengan tumpukan salju yang terusik, menggambarkan bekas pertempuran.
Kereta luncur melambat saat kami mendekat. Ada beberapa mayat serigala yang tidak bergerak di tanah. Mereka bukan milik kami.
Kecuali satu, lebih jauh, dikelilingi oleh Lisa dan yang lainnya.
"Lisa!" Suaraku tercekat saat aku melompat dari kereta luncur dan berlari ke arah sahabatku. Dia duduk tak bergerak, kepala serigala kami yang gugur di pangkuannya. "Kamu baik-baik saja?"
Harusnya Mira yang dia pegang.
Pengawalku menyebar di sekitar kami, membentuk lingkaran pelindung. Vanessa bergegas ke serigala yang terluka terdekat, perlengkapan medisnya sudah siap di tangan. Tidak yakin apa yang bisa dia lakukan untuk kaki yang jelas-jelas patah, tapi ini adalah bidang keahliannya.