Saat aku membuka mata, aku mendapati diriku terdampar di tengah gurun pasir yang tandus. Angin kering berputar-putar, membawa debu ke segala penjuru. Terhuyung-huyung, aku bangkit dari pasir, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
Tiba-tiba, suara langkah kaki keras mendekat dari kejauhan. Aku berbalik dan melihat seorang penjelajah bersenjatakan pedang besar menghampiriku dengan langkah mantap. Wajahnya tertutup oleh syal, tapi aura keberanian dan keteguhan terpancar jelas dari langkahnya.
"Dari mana kamu berasal?" tanyanya dengan suara yang keras, seraya mengarahkan pedangnya ke arahku.
Dengan napas tersengal-sengal, aku mencoba menjawab, "Aku... aku tidak tahu. Aku tiba-tiba terdampar di sini..."
Penjelajah itu mendekati lebih dekat, matanya menyelidiki setiap gerakku dengan cermat. "Kamu tampaknya bukan dari sini. Apakah kamu seorang penyihir atau entitas lain yang mengganggu ketenangan gurun ini?"
Keringat dingin mengalir di punggungku saat aku berusaha menjelaskan, "Tidak, tidak sama sekali! Aku tidak memiliki kekuatan magis atau tujuan jahat. Aku... aku hanya tersesat dan tidak tahu bagaimana aku bisa berada di sini."
Penjelajah itu menimbang kata-kataku sejenak, sebelum akhirnya menurunkan pedangnya sedikit. "Baiklah, Diriku kini akan mempercayaimu untuk saat ini. Tetapi berhati-hatilah, gurun ini tidak ramah bagi orang-orang yang tidak siap. Aku menyarankan kamu untuk segera meninggalkan tempat ini sebelum bahaya lain menerjang."
Aku mengangguk, merasa lega mendapatkan sedikit pengertian dari penjelajah itu. "Terima kasih," ujarku, "Aku akan segera pergi."
Dengan hati-hati, aku bergerak menjauh dari penjelajah itu, menyusuri gurun yang tak berujung. Ketika langit mulai berganti warna menjadi merah senja, aku menyadari bahwa aku harus segera mencari tempat perlindungan sebelum malam tiba.
Dengan langkah yang tergesa-gesa, aku melanjutkan perjalananku melintasi pasir yang gersang dan tandus, berharap bisa menemukan tempat yang aman untuk beristirahat.
Saat aku melanjutkan perjalananku melintasi gurun, aku merasakan kehadiran seseorang di sekitarku. Dengan firasat yang mengatakan berbahaya, lalu tanpa suara, maupun langkah kaki, pria muda itu tiba-tiba muncul di hadapanku, membuatku terkejut dan merasakan ancaman yang tak terucapkan dari keberadaannya.
"Siapa kau?" tanyaku dengan suara yang sedikit gemetar, mencoba menutupi kebingungan dan kepanikan.
Pria muda itu tersenyum dengan senyum yang terasa terlalu tenang. "Maaf jika aku mengagetkan mu." katanya dengan suara yang halus namun penuh dengan keberanian. "Aku hanya ingin tahu siapa yang memiliki kekuatan untuk melakukan teleportasi di tengah gurun pasir."
Aku menatapnya dengan curiga, merasakan bahaya yang tersirat di balik kedatangannya yang tiba-tiba. "Apa tujuanmu?" tanyaku dengan hati-hati.
Pria muda itu menggeleng, masih tersenyum dengan santainya. "Hanya rasa ingin tahu, teman," jawabnya dengan suara yang terdengar terlalu tenang untuk situasi yang tegang ini. "Tidak lebih dari itu."
Meskipun dia mencoba menenangkan suasana, aku masih merasakan ancaman yang menggelayuti diriku. Apa motif sebenarnya dari kehadiran pria muda ini? Dan apakah dia orang baik?
"Tentu saja…, teman," kataku dengan suara yang sedikit gemetar, mencoba menutupi kekhawatiranku.
Pria muda itu tersenyum, tetapi senyumnya terasa terlalu tenang untuk keadaan yang tegang ini. Aku merasa hatiku berdegup kencang, merasakan adanya bahaya yang mengintai di balik kedatangan tiba-tiba pria muda ini.
Dalam keadaan yang semakin tegang, aku merasa perlu untuk tetap waspada terhadap pria muda ini. Meskipun senyumnya terlihat tenang, aku bisa merasakan keberadaan yang tidak biasa di balik kedatangannya yang mendadak.
"Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu," kataku dengan nada yang frustasi, mencoba menutupi kecemasan yang muncul di dalam diriku.
Pria muda itu menatapku dengan ekspresi yang terluka. "Aku hanya mencoba membantu," katanya dengan suara yang kecewa.
Namun, sebelum aku bisa menyampaikan argumenku, pria muda itu mendadak melangkah mendekatiku dengan langkah yang mantap, ekspresinya penuh dengan ketegasan. "Kamu harus menyadari bahwa keberadaanmu di sini bisa membawa bahaya bagi kami semua," ujarnya dengan suara yang menggelegar.
Aku menelan ludah, merasa terintimidasi oleh otoritas yang dipancarkan oleh pria muda ini. "Maafkan aku," kataku dengan suara gemetar. "Aku baru saja tiba di dunia ini dan aku tidak mengerti apa-apa. Aku hanya ingin mencari tahu bagaimana aku bisa kembali ke tempatku yang sebenarnya."
Dengan pria muda yang beraura bahaya itu yang sangat dekat, aku merasa kebingungan dan ketakutan. Tiba-tiba, tanpa peringatan, suatu bola berlapis-lapis berwarna putih melapisi tubuhku secara refleks.
Pria muda itu mundur beberapa langkah, wajahnya terpancar dengan kekaguman. "Itu... itu adalah perisai perlindungan!" serunya dengan suara yang penuh kekaguman. "Kamu memiliki kekuatan yang luar biasa!"
Aku memandang perisai putih yang melingkupi tubuhku dengan campuran keterkejutan dan kebingungan. "Apa ini? Bagaimana ini bisa terjadi?"
Pria muda itu mengangguk, wajahnya berseri-seri. "Kamu adalah pemegang kekuatan suci yang luar biasa. Perisai ini adalah manifestasi dari kekuatanmu yang tertidur."
B-b-bac*t!!!, gw bukan MC anime Jig!!!
Aku merasa tercengang oleh penjelasannya, tetapi juga merasa lega karena memiliki perlindungan tambahan di dunia yang penuh dengan bahaya ini. Namun, di tengah kekaguman dan kebingungan itu, suatu pemikiran menyelinap ke dalam pikiranku.
"Apakah kamu tahu bagaimana aku bisa menggunakan kekuatan ini untuk kembali ke tempat asalku?" tanyaku pada pria muda itu, berharap bisa mendapatkan jawaban yang aku cari.
Pria muda itu menggeleng. "Aku tidak tahu pasti," katanya dengan nada penuh penyesalan. "Tetapi aku yakin dengan waktu dan latihan, kamu akan menemukan jawabannya. Dan sampai saat itu, perisai ini akan melindungimu."
Tiba-tiba...
"Kamu ngelantur ya!? Mana ada aku punya kekuatan suci. Pahlawan aja bukan," kataku, sambil memasang wajah tidak percaya.
Pria muda itu terdiam sejenak, ekspresinya berubah menjadi kikuk. "Tapi, tapi perisai itu tadi..."
"Apaan sih? Itu pasti cuma kejadian kebetulan atau ilusi," potongku, mencoba menenangkan diri sendiri dari kekacauan yang baru saja terjadi.
Namun, sebelum aku bisa melanjutkan penjelasanku, pria muda itu mendekat dengan tiba-tiba. Wajahnya yang sebelumnya kikuk kini berubah menjadi tegas, penuh dengan tekad.
Saat aku melihat gerakan tangannya, ekspresiku terperangkap dalam kekagetan yang mendalam. Mataku membulat, mencoba memproses situasi yang semakin memburuk.
Saat gelombang energi itu mendekat, wajahku berubah menjadi pucat. Aku merasakan diriku terperangkap dalam kepanikan yang meluap-luap. Tubuhku bergerak dengan canggung, mencoba menghindari serangan itu dengan refleks yang terbatas.
Namun, serangan itu tetap menghantam lapisan pelindung sihirku dengan kekuatan yang cukup untuk membuat lapisan pelindungku bergetar. Aku merasakan getaran kuat merambat ke seluruh tubuhku, menyadarkanku akan bahaya yang kini mengancam.
"Apa yang kamu lakukan?!" teriakku, suaraku dipenuhi dengan campuran kebingungan dan ketakutan yang mendalam. Wajahku mencerminkan kepanikan yang meluap saat aku berusaha mengumpulkan keberanian dalam diriku, tetapi tanganku gemetar oleh ketidakpastian.