Enam tahun telah berlalu sejak tragedi keluarga Spartan. Ngawi Empire masih berkuasa, tetapi semangat perlawanan tetap menyala di hati beberapa orang. Di tengah-tengah keramaian pasar Ngawi Empire, terdapat seorang pria yang menyiratkan kesenangan dan kekacauan sekaligus: Mr. Amba.
#### Perkenalan dengan Mr. Amba
"Kalung perak! Hanya dengan lima koin emas!" teriak Mr. Amba sambil menggeleng-gelengkan kalung perak di tangan kanannya.
Pembeli yang tertarik mendekat, tetapi segera wajahnya berubah ketika ia mendengar harga yang ditawarkan oleh Mr. Amba. "Lima koin emas untuk kalung biasa seperti itu? Kau gila, tua gila!" bentak pembeli tersebut dengan nada marah.
Mr. Amba hanya tertawa sambil menggoyangkan janggutnya yang berwarna abu-abu. "Ah, tapi lihat betapa indahnya kalung ini, saudara! Sangat layak dengan harga yang saya tawarkan."
Tiba-tiba, suara gemuruh datang dari arah lain pasar. Para pedagang dan pembeli berkerumun, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Dan di tengah kerumunan, muncullah beberapa pasukan Ngawi Empire yang terlihat marah.
"Mister! Kau dikepung! Kami tahu kau menyamar sebagai pedagang, kau tidak bisa lolos dari kami!" teriak salah satu prajurit, mengarahkan pedangnya pada Mr. Amba.
Namun, Mr. Amba hanya tersenyum lebar sambil mengangkat sebelah alisnya dengan anggun. "Hei, jangan cepat marah, saudara-saudara! Ayo, lihat trik sulap yang saya punya!"
Dengan gerakan cepat, Mr. Amba mulai menampilkan trik sulap yang mengagumkan. Dia mengeluarkan kartu-kartu dari topinya, mengubah bunga menjadi burung, dan membuat koin-koin melayang di udara. Para prajurit awalnya terpesona oleh pertunjukan tersebut, tetapi kemudian mereka semakin marah karena merasa diolok-olok.
"Trik sulapmu tidak akan menyelamatkanmu kali ini, kakek!" teriak seorang prajurit sambil meluncurkan serangkaian serangan pedang ke arah Mr. Amba.
Namun, Mr. Amba tidak gentar. Dengan gerakan yang cepat dan lincah, ia berhasil mengelak dari setiap serangan. Bahkan, ia berhasil membuat beberapa prajurit lainnya tersandung dan saling bertabrakan.
Saat kekacauan semakin membesar, Mr. Amba melihat celah dan dengan cepat meluncur ke arahnya. Dia melewati lorong-lorong sempit dan berbelok-belok di antara para penjual dan pembeli yang berdesakan. Sementara itu, para prajurit Ngawi Empire terus mengejarnya dengan tekad yang membara.
Namun, Mr. Amba memiliki beberapa trik lain yang tersimpan di lengan bajunya. Ketika para prajurit semakin mendekat, ia dengan cepat mengeluarkan alat sulapnya yang tersembunyi dan dengan sekali tekanan, ia menciptakan tirai asap tebal di antara mereka.
Saat para prajurit sibuk mencoba menyibak asap, Mr. Amba menggunakan kesempatan itu untuk melompat dan memanjat sebuah bangunan terdekat. Dengan kecepatan dan kelincahannya, ia berhasil meloloskan diri dari kejaran mereka.
Sambil terus melarikan diri, Mr. Amba mendaki atap-atap bangunan yang tersebar di pasar. Para prajurit Ngawi Empire tidak mau kalah, mereka dengan cepat mengejarnya, melompat dari atap ke atap dengan kecepatan yang sama.
Namun, di atas atap, Mr. Amba memiliki keunggulan. Dengan keahliannya yang luar biasa dalam bergerak dan berkelit, ia berhasil mengelabui para prajurit tersebut. Ia melompat, berputar, dan meluncur di antara cerobong asap dan antena-antena, menghindari setiap serangan yang dilemparkan padanya.
Sementara itu, para prajurit semakin frustrasi, tetapi mereka tidak menyerah. Mereka terus mengejar Mr. Amba, mendorong batas kemampuan mereka sendiri untuk menangkap pria yang mereka anggap sebagai pengkhianat ini.
Saat pertarungan semakin memanas, Mr. Amba mendapati dirinya terjepit di antara dua bangunan tinggi. Dia tahu bahwa tidak ada jalan keluar lagi ke depan, dan satu-satunya pilihan adalah menghadapi para prajurit yang mengepungnya.
Dengan tekad yang membara, Mr. Amba menghadapi para prajurit dengan senyum di wajahnya. "Kalian tidak akan menangkapku begitu saja, saudara-saudara!" serunya dengan suara yang penuh dengan kepercayaan diri.
Dengan kecepatan kilat, ia melompat ke arah prajurit terdekat, menggunakan pedang yang ia selipkan di balik jubahnya untuk melawan mereka. Pertarungan sengit pun terjadi di atas atap bangunan tersebut, dengan Mr. Amba berhasil menahan serangan-serangan mereka sambil mencari kesempatan untuk kabur.
Namun, ketika situasi semakin sulit baginya, Mr. Amba dengan cepat menciptakan ilusi yang membingungkan para prajurit tersebut. Dengan trik sulap terakhirnya, ia membuat tirai kabut yang tebal di sekitar dirinya, menyamarinya sebagai bayangan yang menghilang di dalam kabut.
Ketika kabut mulai menyipat, para prajurit terkejut dan kehilangan jejak Mr. Amba. Ketika kabut itu berlalu, mereka menemukan diri mereka sendiri berdiri di atas atap bangunan yang sunyi, tanpa jejak dari para Pasukan Ngawi.
Sementara itu, Mr. Amba telah menemukan tempat persembunyian baru di antara lorong-lorong sempit dan rumah-rumah yang kumuh. Dia menyingkirkan topi dan jubahnya yang mencolok, menggantinya dengan pakaian biasa yang ia temukan di pasar. Dengan cepat, dia menyelinap kembali ke dalam keramaian, menghilang seperti bayangan di malam yang gelap.
Ketika dia merasa aman dari kejaran para prajurit Ngawi Empire, dia menghentikan langkahnya dan menarik nafas lega. Dia tahu bahwa pertempuran hari itu hanyalah awal dari petualangannya yang menyenangkan di dunia yang penuh intrik dan misteri.
"Dengan trik sulap dan akal sehat, aku bisa bertahan hidup di dunia yang keras ini," gumamnya sendiri, senyum mengembang di wajahnya.
Fuad melangkah dengan hati-hati di antara kerumunan pasar Ngawi Empire. Meskipun dia berada di tengah-tengah kota yang berbahaya, dia merasa aman karena tak seorang pun yang mengenali wajahnya. Namun, rasa lapar mulai mengganggu pikirannya, dan dia memutuskan untuk mencari sesuatu untuk dimakan.
Dengan langkah yang ringan, Fuad mendekati sebuah warung roti yang ramai. Dia melihat seorang pria dengan janggut abu-abu yang menjual roti dengan gaya yang agak mencurigakan. Pria itu, tanpa lain tanpa bukan, adalah Mr. Amba.
"Satu roti, tolong," ucap Fuad dengan suara serius, matanya memperhatikan pria yang berdiri di depannya dengan curiga.
Mr. Amba melayani permintaan Fuad dengan senyum lebar di wajahnya. "Tentu saja, tuan muda. Tapi roti ini tidak murah, kamu tahu."
Fuad mengerutkan keningnya, memperhatikan harga yang ditawarkan oleh Mr. Amba. "Harga ini tidak masuk akal untuk sepotong roti!"
"Ah, tapi lihatlah kualitasnya! Ini bukan roti biasa, ini adalah roti spesial, roti yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu," jawab Mr. Amba dengan santai, sambil mengangkat bahu.
Fuad menatap Mr. Amba dengan tatapan tidak percaya. "Roti adalah roti, tidak ada yang istimewa tentang itu. Harganya terlalu tinggi!"
Mr. Amba tersenyum licik. "Oh, tetapi kamu belum mencoba roti ini! Sekali mencicipinya, kamu akan merasakan kenikmatan yang tak terlupakan!"
Fuad menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Saya tidak akan membayar harga yang tidak masuk akal untuk roti. Saya akan mencari tempat lain."
Namun, sebelum Fuad bisa pergi, tiba-tiba suara teriakan terdengar dari arah belakang. "Dia di sana! Dia adalah si licik Amba!"
Para prajurit Ngawi Empire telah menemukan Mr. Amba yang menyamar sebagai penjual roti. Tanpa ragu, mereka melompat ke arahnya, siap menangkapnya dan membawanya ke pengadilan.
Mr. Amba, tanpa kehilangan akal, langsung berlari. Dia menyelip di antara kerumunan orang dan menembus lorong-lorong sempit di pasar. Para prajurit Ngawi Empire dengan cepat mengejarnya, teriakan mereka bergema di seluruh pasar.
Sementara itu, dari kejauhan, Fuad memperhatikan kejar-kejaran itu dengan rasa penasaran yang tumbuh di dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk mengikuti pasukan Ngawi Empire dan Mr. Amba, ingin tahu akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dengan langkah yang cepat dan hati yang penuh dengan ketegangan, Fuad menyelinap di belakang pasukan Ngawi Empire, siap untuk menyaksikan pertarungan yang akan datang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Hanya waktu yang akan memberikan jawabannya.