Namaku Rivaldo, aku lahir di Kalimantan, 15 July 2007, tapi saat umurku memasuki tiga tahun aku pindah ke bandung, kota yang sering dibilang orang adalah kota yang filosofis, walaupun aku tidak mengerti kenapa bandung sangat spesial di mata mereka. Tujuanku menulis cerita ini adalah untuk mengingat dan berbagi hal hal menarik yang telah terjadi di kehidupanku, dan aku akan menceritakannya padamu sekarang.
Hari ini, aku baru saja memasuki kelas 10, dengan lingkungan yang baru, dan lingkup pertemanan yang baru. Kala itu hari pertamaku memasuki ruangan belajar yang akan aku datangi setiap harinya, ruangan kelas sudah sedikit ramai dengan obrolan para perempuan dan hanya ada sekitar dua atau tiga orang laki-laki.
Aku datang dengan seragam tangan panjang, menggunakan jaket halfzip dengan tas yang hanya digendong di satu pundak. Aku melihat-lihat sekitar untuk mencari tempat duduk yang cocok.
Kulihat ada seorang anak seumuranku duduk sendirian di bangku kayu yang coklat itu, kusapa lah dirinya.
"Kursinya kosong?" Tanyaku
Dia tidak menjawab pertanyaanku dengan perkataan yang keluar dari mulutnya, tapi hanya dengan sebuah anggukan.
"Yasudah ku isi saja kursinya" ucapku sambil menyimpan tas di bangku itu lantas duduk.
"Asal mana?" Lanjutku
"Cantilan" jawabnya
Memang singkat, tapi aku tak menyangka dia akan benar benar menjawab pertanyaanku itu.
"Dekat" sahutku. "Jalan kaki ke sini?"
"Naik angkot" jawabnya singkat
Aku sedikit kesal saat itu, karna jarang sekali orang menjawab ku dengan jawaban singkat seperti itu.
"Percaya ga aku tau nama perempuan itu?" Ucapku sambil menunjuk ke arah seorang perempuan
Orang itu tidak menjawab dan hanya memutar wajahnya dan mulai melihat kearah perempuan yang kutunjuk.
"Namanya deni." Ucapku sembari mulai menyenderkan bahu di bangku dan menurunkan tanganku. "Cobalah panggil dia"
"Era ah (Malu ah)" balasnya
Mendengar itu aku pun mengambil permen karet di saku seragam ku dan menunjukkan permen itu padanya.
"Mau?"
"Boleh"
"Tapi ada syaratnya" kuucapkan itu sembari menarik permen itu dari depan wajahnya
"Apa?"
"Panggilah deni dulu. Nanti akan kuberi semua"
Dia pun diam sejenak lalu sedikit mengangkat bahu nya.
"Deni!" Teriaknya. Perempuan tersebut pun mulai membalik badannya dan melihat pada teman sebelahku ini.
Sialnya tak hanya perempuan itu yang menatap, tapi hampir seluruh orang di kelas menatap teman sebelahku dan keramaian kelas mulai sedikit mereda.
"HAHAHAHAHA" tawa ku riang "lucu banget sialan"
"Eh engga-ngga, ternyata salah orang" jelas teman sebelahku pada perempuan itu. Untungnya orang-orang di kelas kembali sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak menghiraukan teman sebelahku itu. "Sia anjing (kau sialan)" lanjutnya dengan sedikit marah
Tawa ku masih sedikit tersisa karna kejadian itu. "Nih" kuberi lah permen yang kujanjikan itu sembari tertawa sedikit.
"Era aing jadina (malu aku jadinya)" ucapnya sembari mengambil permen yang kuberikan
"Yang penting kamu dapet permennya kan?"
"Dikit banget sialan. Sisa tiga"
"Banyak itu" balasku. Aku baru ingat saat itu bahwa aku belum tahu namanya, jadi kutanya lah dia. "Punya nama ga?"
"Punya lah"
"Kasih tau dong, jangan disimpen sendiri"
"Randy" jawabnya "kau punya nama?"
"Punya"
"Siapa?"
"Tebaklah. Kan sudah kuberi permen tadi" balasku. Dia pun diam sejenak seraya berfikir.
"Deni?" Jawabnya dengan muka serius
"Ahahahaha" aku tak bisa menahan diriku untuk tertawa karena mendengar nama itu lagi. Melihat ku tertawa keras dia pun sepertinya menikmati itu dan sedikit tertawa.
•••
Sekolah telah usai. Aku mendapati banyak teman hari itu, akan kuceritakan kenapa aku bisa mengenal banyak orang di hari itu, tapi nanti, sekarang kita lanjut dulu cerita yang terjadi setelah jam pulang.
Aku keluar kelas bersama randy, jika aku mengatakan bahwa randy lah teman paling dekatku selama sekolah, itu mungkin benar.
"Mau kuantar?" Tanyaku pada randy. Nyatanya memang aku membawa sepeda motor ke sekolah hari itu, jadi sekalian kuajak lah dia. Karna kita memang se arah dan rumahku jauh melewati rumahnya.
"Mau nganter pake angkot?" Jawabnya. Mungkin dia mengira bahwa aku menjahilinya dengan berkata ingin mengantar dan dilanjut dengan 'diantar naik angkot tapi' karna dia pikir aku tak membawa motor
Kutunjukkan kunci motorku padanya agar dia percaya bahwa aku tidak berniat menjahilinya lagi.
"Hayu atuh ( ayo deh)" jawabnya
Hari pun selesai pada saat itu. Karna saat sampai di rumah aku langsung tertidur karna sedikit lelah.
Mungkin prolog ini terlalu panjang, tak apalah. Akan kuceritakan lagi besok, sekarang aku mengantuk, ingin tidur terlebih dahulu.