Di suatu benua bernama Arcadaba, berdirilah kerajaan-kerajaan yang hidup secara damai. Namun, kedamaian antar kerajaan hancur lebur. Semua itu, akibat perluasan wilayah dari kerajaan Zyro.
Zyro terus memperluas wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan disekitarnya. Hal itu membuat Zyro dibenci oleh kerajaan-kerajaan lain.
Di suatu Kota bernama Bros milik kerajaan Dwyn, berdirilah sebuah bangunan Toko Roti. Toko Roti itu, sudah berdiri sekitar 10 tahun yang lalu. Toko tersebut dimiliki oleh keluarga yang mempunyai satu anak laki-laki berumur 7 tahun.
Namun, keadaan berubah setelah kerajaan Zyro menaklukkan kerajaan Dwyn. Kerajaan Zyro berhasil menduduki Kota Bros dan terus manaikan pajak hingga 10 kali lipat. Hal itu membuat keadilan mulai sirna.
***
Suatu hari, rombongan prajurit datang ke kota. Mereka mengawal sang Putri, dia di kawal oleh Sogun, sang Komandan. Putri itu bernama Yuki. Sang putri itu diantar menggunakan sebuah kereta kuda. Sedangkan, Komandan Sogun menaiki seekor kuda memimpin jalan ke arah Kastil Betro yang berada di tengah-tengah Kota Bros.
Namun, di tengah perjalanan menuju Kastil Betro, sang Putri melihat seorang anak laki-laki yang berada di dalam sebuah toko roti. Anak laki-laki itu, sedang menata roti dengan begitu rapi. Sang Putri pun ingin berbicara dengan anak laki-laki itu.
"Tunggu! Komandan Sogun, bisakah kita berhenti? Aku... Eeee, lapar" ucap Sang Putri sambil menyembunyikan maksud sebenarnya untuk berbicara dengan anak laki-laki itu.
"Baiklah. Kalau begitu, akan ku carikan tempat makan yang layak untukmu" jawab Komandan Sogun.
"Ah, jangan! Aku... Sedang ingin makan roti. Bisakah kita berhenti di toko itu?" tanya Sang Putri mencoba membujuk Komandan Sogun.
Komandan Sogun pun menghela nafas dan kemudian mengangguk. Putri Yuki pun tersenyum gembira. Mereka kemudian berhenti di Toko Roti milik keluarga itu. Ketika masuk, keluarga itu langsung merasa kaget dan seketika tersenyum bercampur canggung. Putri Yuki melihat-lihat roti di toko itu. Ia kemudian menghampiri sang anak laki-laki yang di lihatnya. Anak laki-laki itu, sedang menata roti dengan wajahnya yang begitu teliti.
"Kau sedang menata Roti-roti itu?" tanya Putri Yuki.
Anak laki-laki itu pun menengok ke arahnya dan kemudian mengangguk. Sang anak laki-laki pun menjawabnya.
"I-iya" jawab anak laki-laki itu.
"Aku sedang lapar. Bisakah kau pilihkan roti yang enak untukku?" tanya Sang Putri mencoba untuk akrab dengan anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu pun mengambilkan sebuah roti. Ia kemudian memberikannya ke putri Yuki. Putri Yuki langsung menerima roti itu. Ia kemudian membelah roti itu menjadi dua menggunakan tangannya dan berniat menyuapi sang anak laki-laki.
"Ayo.. buka mulutmu. Aaa.." ucap sang putri sembari mengarahkan roti ke mulut anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu pun sempat menolak. Namun, sang Putri pun terus membujuknya. Dan akhirnya, ia kemudian membuka mulut dan Putri Yuki langsung menyuapinya dengan roti.
"Enak?" tanya Putri Yuki sembari tersenyum.
"Emm.. I-Iya" jawab anak laki-laki itu tersipu malu sembari mengunyah roti di mulutnya.
Mereka berdua pun tertawa dan bercanda ria di toko itu. Suaranya sampai terdengar oleh Komandan Sogun yang sedang berdiri di dekat pintu depan. Ia kemudian menghampiri sang Putri dan melihatnya sedang tertawa bersama seorang anak laki-laki. Komandan Sogun hanya memandang anak laki-laki itu dengan tatapan tajam. Ia lalu menghampiri Putri Yuki dan berbisik.
"Kita sudah cukup lama berada di sini. Kita bisa terlambat untuk acara pernikahan ibumu" bisik Komandan Sogun dengan nada yang tegas namun sopan.
Putri Yuki pun terdiam, ia kemudian pamit kepada anak laki-laki itu untuk pergi. Komandan Sogun pun membayar roti yang dibeli dan dimakan oleh Putri Yuki. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kastil Betro.
***
Beberapa hari kemudian, waktu berlalu begitu cepat dan Putri Yuki sering mampir ke Toko Roti untuk bermain dengan anak laki-laki itu. Hingga suatu hari, anak laki-laki itu memberikan sebuah roti yang ia buat sendiri. Itu adalah roti pertama kali yang dibuatnya.
Putri Yuki pun senang dengan pemberian anak laki-laki itu. Ia kemudian menerima roti itu sembari tersenyum. Namun, ketika akan memakannya, Komandan Sogun pun datang dan membuang roti itu ke tanah. Ia kemudian menginjak-injak roti itu dengan kedua kakinya.
"Komandan Sogun, apa yang kau lakukan? Roti itu adalah hasil perjuangan anak itu!!" ucap Putri Yuki dengan nada tegas.
Sogun pun memukul anak laki-laki itu, dan membuatnya terjatuh. Hal itu membuat Putri Yuki terkejut.
"Komandan Sogun, apa yang kau lakukan? Hentikan!" perintah Putri Yuki.
Namun, Komandan Sogun tidak menggubrisnya. Melihat anak laki-laki itu terjatuh, Komandan Sogun malah menendang dan menginjak-injak dia dengan kedua kakinya.
"Komandan Sogun!! Hentikan! Berhenti memukulinya!" perintah Putri Yuki.
"Kau harusnya paham dengan kastamu di Kota ini!! Kau hanyalah anak pemilik toko roti. Ingin bermain dengan sang putri? Heh, jangan harap!! Ingatlah, kau itu hanya masyarakat biasa!! Kaum rendahan!! Dasar, kasta rendahan!!!" teriak Komandan Sogun sambil terus menendang anak laki-laki itu.
Putri Yuki pun memerintahkan Komandan Sogun untuk berhenti menyakiti anak laki-laki itu. Karena Putri Yuki terus melerai, dengan terpaksa Komandan Sogun pun menurut. Ia kemudian menyuruh anak laki-laki itu untuk pulang saja.
Sambil menahan rasa sakit, anak laki-laki itu pun berdiri. Dengan langkah yang tertatih-tatih, dia pun berjalan pulang ke rumah.
Putri Yuki pun menghampiri anak laki-laki itu dan berkata "Maafkan aku soal ta--."
"Diamlah.... Jangan ganggu aku lagi!" ucap anak laki-laki itu sambil menatap tajam ke arah Putri Yuki.
Dengan perasaan marah, ia pun berjalan pulang ke rumah. Saat di rumah, orang tuanya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengobati luka memar di wajah anaknya itu.
***
Tahun berganti tahun, anak laki-laki itu pun berumur 15 tahun. Suatu hari, para Prajurit datang ke toko itu untuk menagih pajak. Para prajurit itu dipimpin Komandan Sogun. Namun, karena ekonomi yang sulit, orang tua anak laki-laki itu tak bisa membayar.
Sehingga mereka dibunuh dan Tokonya dibakar karena tidak bisa membayar pajak yang berkali-kali lipat. Anak laki-laki itu pun dipukuli oleh para prajurit. Ia kemudian dibawa dan dikurung di penjara. Sang anak laki-laki dikurung bersama seorang pria yang duduk sembari menunduk.
Melihat seorang anak laki-laki yang satu sel dengannya, pria itu pun berkata "Apa kau punya dendam?"
"Siapa kau?" tanya anak laki-laki itu.
Pria itu pun tersenyum, dan ia menjawab "Hanya Pria tua yang gagal dalam misinya."
Anak laki-laki kemudian menatap ke arahnya. Sang pria terus saja melirik ke si anak laki-laki.
"Jadi, ku tanya sekali lagi. Apa kau punya dendam?" tanya pria itu sembari tersenyum.
"Iya... Aku punya.." jawab anak laki-laki itu dengan nada penuh amarah.
"Apa kau ingin menjadi Ninja? Kalau kau menjadi Ninja, kau bisa membalaskan dendammu" ucap sang pria dengan senyum menyeringai.
Anak laki-laki itu pun terkejut, ia kemudian bertanya "Apa kau seorang Ninja?"
Pria itu pun hanya mengangguk. Anak laki-laki itu lalu melihat secercah harapan.
"Iya... Aku mau.." jawab anak laki-laki itu dengan pandangan mata penuh dendam.
Sang pria pun tersenyum, dan mendekatinya. Lalu ia mengajari teknik-teknik Ninja, seperti melempar shuriken, teknik menyelinap, dan teknik berpedang. Walaupun hanya memperagakan cara menggunakan pedang dan teknik-teknik ninja lainnya, tapi anak laki-laki itu belajar dengan begitu cepat. Setelah selesai berlatih, mereka pun duduk dan beristirahat.
Pria itu kemudian mengeluarkan sebuah kunai yang ia sembunyikan di mulutnya. Anak laki-laki itu pun terkejut, dan sang pria lalu mengeluarkan beberapa tetes darah dari mulutnya akibat dari menyimpan senjata tajam itu.
"Hei bocah, ambilah ini dan gunakan untuk kabur!" ucap pria itu sembari memberikan kunai yang dikeluarkan dari mulutnya.
"Lalu, bagaimana denganmu?" tanya anak laki-laki itu.
"Aku tadinya dikirim ke Kota ini untuk membunuh seorang Jendral bernama Arqi. Sayangnya, aku tertangkap dan dimasukkan ke tempat yang busuk ini. Betapa sialnya diriku.... jangan mengkhawatirkanku, pergi saja dan balaskan dendammu!" jawab sang pria sembari tersenyum dan mengelus kepala anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu pun berkata "Tapi, apa yang ak--."
"Sudahlah. Sebaiknya, kau tidur! Besok aku akan menerima hukuman mati. Itu adalah satu-satunya kesempatanmu untuk kabur dari sini" ucap pria itu mencoba memberi semangat.
***
Keesokan harinya, Pria itu di bawa prajurit menuju tempat pemenggalan. Saat ia diseret, anak laki-laki itu memanggilnya.
"Tunggu, guru! Namaku, Azuma" ucap anak laki-laki itu.
"Aku, Shin" ucap pria itu.
Kemudian, Shin meninggalkan penjara dengan diiringi suara tertawa dari para prajurit. Sedangkan Azuma, ia menahan tangis lantaran kehilangan lagi orang yang ia sayang.
.....Bersambung.....