Chereads / Wreckers / Chapter 4 - Guntur Hitam

Chapter 4 - Guntur Hitam

Gandalf atau Si Guntur Hitam (Black Bolt) adalah seorang pemimpin tentara bayaran di Britania yang berumur 63 tahun, berambut kuning, badan yang besar dengan penutup mata di sebelah kananya. Dia dijuluki Guntur Hitam karena memiliki emelen petir kuno yaitu Dark Voltaris yang menjadikan dia salah satu orang terkuat yang ada di Britania. Berasal dari suku Barbarian Strathclyde yang dikenal kuat dan brutal. Di usia 7 tahun, dia sudah mampu mengendalikan kekuatan petir. Ayahnya yang seorang prajurit terkenal dari bangsanya, juga memiliki kekuatan petir sama seperti Gandalf. Namun penyerangan pasukan Romawi yang ikut campur pada perang beberapa tahun lalu antara bangsa Kelt dan Pict membuat Ayahnya gugur dalam perang.

Pada umur 18 tahun Gandalf memutuskan mengembara ke seluruh Albion (Britannia/Inggris, Skotlandia, Irlandia, dan Welsh) hingga ke beberapa bagian Eropa untuk mempelajari beberapa teknik elemen petir yang ia punya. Mulai dari teknik dasar, menengah, dan yang paling langka dan sangat sulit bahkan mustahil untuk dikuasai yaitu teknik elemen dan juga sihir Kuno. Dengan membutuhkan waktu 5 tahun, Gandalf sudah mampu mempelajari berbagai macam teknik. Namun dia belum begitu puas, karena masih ada 1 teknik yang belum ia kuasai, yaitu teknik Kuno.

5 tahun berlalu dia sudah berumur 23 tahun. Beberapa wilayah sudah ia datangi untuk menemukan cara menguasai teknik Kuno. Ia putus asa karena sudah beberapa tahun dia belum bisa menemukannya, lalu kembali pulang ke Strathclyde. Di saat perjalanan pulang, ia dihadang oleh kelompok perompak yang dipimpin oleh bangsa Orc, monster hijau dengan gigi taring bawah yang panjang serta telinga yang runcing. Orc itu meminta Gandalf untuk menyerahkan barang yang ia bawa.

"Hey bodoh!. Cepat hentikan langkahmu, dan serahkan barangmu itu jika kau ingin selamat!". Ucap Orc itu dengan tersenyum jahat meminta Gandalf untuk menyerahkan barangnya.  Gandalf dengan tenang dan tidak takut dengannya sama sekali, dia tersenyum tipis lalu mengangkat alis kanannya.

"Siapa yang kau panggil bodoh. Cepat menyingkirlah makhluk hijau, Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni mu. Aku juga punya urusan sendiri jadi jangan menghalangi jalanku". Orc yang tersinggung dengan perkataan Gandalf marah lalu mengambil Thorny Mace yang ada di punggungnya.

"Tcih. Nyalimu besar juga ya, bocah!?". Orc itu mengangkat Thorny Mace lalu menyerang Gandalf. Angin berhembus kencang. Serangan Orc itu membuat tanah retak dan menimbulkan debu yang berterbangan. Tanpa disadari, Gandalf sudah ada dibelakang salah satu anak buahnya.

"A-apa!? Arghhh....". Anak buahnya itu kemudian di bunuh oleh Gandalf. Dia menusuknya dengan pedang yang dibaluti oleh kekuatan Petir miliknya. Lalu Orc itu berlari ke arah Gandalf. Dia mengangkat Gada berduri dengan tangan kanannya untuk menyerang Gandalf. Namun sebelum dia mendaratkan serangannya, sekilas bayangan menebas tangan Orc. Gandalf dengan cepat sudah ada dibelakangnya. Orc itu menoleh seakan-akan tidak merasakan apa-apa. Lalu tiba-tiba tangan kanannya jatuh. Darahnya mengucur sangat deras, dia memegang bahunya yang belumuran darah dan meringis kesakitan.

"Heheh. Kau sangat lambat. Kau mengira bisa mengalahkanku dengan gerakan selambat itu. Sebaiknya kau menyingkir sebelum aku benar-benar membuat nyawamu terpisah dari tubuhmu". Gandalf mengeluarkan aura petir merah gelap. Dia menatap tajam Orc itu. Aura intimidasi Gandalf membuat semua anak buah Orc itu ciut dan lari ketakutan.

"Ini... Ini belum selesai, bodoh! Aku akan membalas nya". Orc itu merangkak mundur, lalu berdiri dan lari sembari memegang bahunya yang berlumuran darah.

Gandalf hanya menghela nafas, lalu membawa gembolannya dan kembali melanjutkan perjalanannya pulang ke Strathclyde.

Pada suatu hari, ketika Gandalf sedang berjalan-jalan disekitar perbatasan kerajaan Mercia dan Wessex, dia tidak sengaja mendengar suara pertarungan sihir dari kejauhan, terdengar ledakan-ledakan di arah kejauhan. Gandalf pun bergegas kesana karena penasaran. Gandalf tak sengaja melihat seorang penyihir pria tua sedang bertarung habis-habisan dengan sesosok makhluk besar dengan tanduk yang panjang, dan pada akhirnya penyihir tua itu kalah dan tersungkur, ketika iblis itu mendekat, Gandalf melemparkan batu ke kepala makhluk itu.

"H- Hei! Siapa itu?!"

Makhluk itu berbalik dan melihat seorang pemuda berani di kejauhan yang menatapnya.

"Oh, manusia ternyata. Kau tahu aku siapa?... Sepertinya tidak... Lagian kau akan mati jadi buat apa kau tahu?". Sembari berkata seperti itu. Makhluk itu menembakkan sihir laser yang sangat dahsyat. Terlihat sebuah lubang lurus menembus hutan dan menghanguskan sekitar.  Namun, Gandalf telah menghilang, Iblis itu pun tertawa dan berbalik lagi melihat ke arah penyihir itu, namun...

"Eh?!" Dia sudah hiilang. Ternyata Gandalf dengan kecepatan kilatnya berhasil menghindar dan bergerak cepat menyelamatkan penyihir itu kemudian lari. Penyihir itu pingsan dan terluka.  Gandalf pun membaringkan penyihir itu di bawah pohon untuk menyembuhkannya dengan Heal Potion, setelah sadar penyihir itu pun diberitahu Gandalf, karena pertolongan itu dia berterima kasih. Lalu menanyakan siapa namanya.

"Terimakasih telah menolongku anak muda. Kalau boleh tahu, siapa namamu?". Lalu Gandalf pun menjawab.

"Namaku Gandalf. Gandalf Ashbourne, aku berasal dari bangsa Barbarian yang terletak di pedalaman Strathclyde. Aku kebetulan lewat dan mendengar ledakan disini. Aku melihatmu sedang bertarung dengan makhluk aneh dengan tanduk". Ucapnya sembari memberikan Potion Heal kepada penyihir itu yang ia baringkan di bawah pohon.

"Dia. Dhōrum, Iblis yang kerap sering memakan hewan ternak disini. Tak kusangka Iblis yang hanya memakan hewan ternak bisa sekuat itu". Penyihir itu berkata sembari meminum Potion yang Gandalf berikan.

"Iblis!? Bukannya itu adalah makhlul mitos!?". Gandalf tidak percaya bahwa makhlul yang dikatakan mitos itu benar-benar ada.

"Di antara cerita-cerita lama yang sering dianggap mitos oleh penduduk, terdapat legenda mengenai makhluk kuno yang dianggap sebagai simbol kejahatan bernama bangsa Iblis. Bangsa ini konon memiliki penampilan dan kemampuan yang diluar nalar. Mereka dikatakan berasal dari dimensi dunia yang tersembunyi. Bangsa Iblis konon memiliki kulit berwarna abu-abu gelap hingga ungu kehitaman dan merah darah. Mata mereka digambarkan seperti makhluk buas. Bentuk fisik mereka sangat beragam, beberapa memiliki sayap yang menyerupai sayap kelelawar, sementara yang lain memiliki tanduk atau cakar yang menonjol. Masing-masing bangsa ini memiliki ciri khasnya sendiri, seperti ekor panjang atau fitur yang mencerminkan kekuatan magis gelap mereka."

"Semua orang memang menganggap Iblis sebagai makhluk mitos atau sekedar tahayul. Tapi mereka memang benar-benar ada, dan kau juga melihatnya dengan matamu sendiri". Penyihir itu menjelaskan bahwa Iblis itu memang nyata.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu tuan? Aku merasakan energi sihir yang besar darimu". Gandalf tidak tahu kalau yang dihadapanya adalah seorang penyihir legendaris yang telah lama menghilang.

"Hahah... Jadi kau memang belum tahu siapa aku?". Penyihir itu hanya tertawa. Gandalf yang tidak mengerti, hanya memasang wajah heran.

"Yah, mungkin memang aku sudah lama tidak terlihat, dan mungkin banyak orang yang sudah melupakanku dan tuanku". Ucap penyihir itu sembari perlahan mengangkat tubuhnya untuk bersandar di pohon.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu kakek". Gandalf yang memasang wajah kebingungan karena tidak mengerti apa yang dikatakan penyihir itu.

"Kau mungkin mengenal namaku, tapi tidak mengenal diriku. Namaku Merlin Ambrosius,  penyihir sekaligus penasihat tuanku Raja Camelot (Sekarang Wessex) Arthur Pendragon yang menghilang 50 tahun lalu. Gandalf yang terkejut dan tidak menyangka bahwa yang dia selamatkan ternyata seorang penyihir legendaris bernama Merlin.

"Hah!? J-jadi kau penyihir legendaris itu!? yang telah berhasil mengumpulkan Kesatria Legendaris Meja Bundar (Knights of the Round Table)?". Gandalf yang masih tidak percaya dan melihat kearah langit kemudian menepuk pipinya dan menyuruh Merlin untuk memukul wajahnya.

"Knights of the Round Table adalah sekumpulan Kesatria Legendaris yang melayani Raja Arthur di istana Camelot. Mereka terkenal karena keberanian, kesetiaan, dan komitmen mereka terhadap kode kehormatan kesatria. Meja Bundar (Round Table) itu sendiri adalah simbol kesetaraan di antara para kesatria, karena tidak ada satu pun posisi yang lebih tinggi daripada yang lain di meja tersebut.

Beberapa kesatria yang terkenal dari Knights of the Round Table termasuk Sir Lancelot, Sir Gawain, Sir Percival, Sir Galahad, dan Sir Bors. Mereka sering kali terlibat dalam berbagai petualangan dan pencarian, yang paling terkenal adalah pencarian Holy Grail, cawan suci yang konon memiliki kekuatan luar biasa."

"Apakah aku bermimpi?". Gandalf yang belum sempat menoleh Merlin, secara tiba-tiba Merlin memukul wajahnya hingga membuatnya tersungkur. Gandalf yang kaget perlahan bangun dengan hidungnya yang mimisan.

"Heheh...apakah sekarang kau yakin jika ini mimpi?". Setelah memukul wajahnya. Merlin dengan tertawa menjelaskan bahwa Gandalf sedang tidak bermimpi.

"Jika memang kau memang benar-benar Merlin. Tolong beritahu aku bagaimana cara mendapatkan elemen petir kuno? Selama 5 tahun aku mengembara ke berbagai negara untuk mendapatkan teknik-tenik dari elemen petir. Tinggal 1 yang belum aku dapatkan, yaitu teknik elemen petir kuno Dark Voltaris".

Gandalf bertanya kepada Merlin tentang elemen kuno petir Dark Voltaris. Merlin yang merupakan penyihir agung berusia lebih dari 100 tahun punya pengetahuan tentang sihir kuno, sangat tidak menyarankan untuk menguasai Dark Voltaris karena sangat sulit dan beresiko.

"Dark Voltaris. Teknik Petir kuno yang dimana penggunanya bisa mengendalikan elemen mutlak dari petir, yaitu petir hitam. Aku tidak menyarankanmu untuk tidak peduli seberapa berbahayanya resiko yang ia dapatkan untuk menguasai Dark Voltaris itu.

"Mau seberapa bahaya pun aku akan tetap ingin mendapatkannya, karena aku ingin membalas para penjajah dan juga menggantikan Ayahku yang gugur saat melawan bangsa Romawi yang ikut campur. Cepat beritahu aku bagaimana cara mendapatkan Dark Voltaris itu!". Gandalf kemudian menarik kerah Merlin. Disaat itu juga merlin mengambil tongkatnya kemudian menyerang Gandalf dengan sihir dan membuatnya terpental.

Merlin kemudian berdiri dengan tegap, menggenggam erat tongkat sihirnya. Ia melangkah pelan namun pasti menghampiri Gandalf yang tergeletak di tanah, meringis kesakitan sambil memegang dadanya yang terasa nyeri.

"Jika kau sangat ingin menguasai Dark Voltaris itu. Aku bisa memberimu cara untuk mendapatkannya. Seperti yang aku katakan, itu sangat beresiko. Tapi kau sangat keras kepala, jadi aku akan memberikan cara untuk mendapatkan Dark Voltaris". Merlin dengan tatapan tajam kemudian menyembuhkan Gandalf dengan sihirnya, lalu memberikan informasi cara untuk mendapatkan Dark Voltaris.

"Untuk mendapatkan elemen kuno Dark Voltaris yang sangat sulit didapatkan dan bahkan memerlukan tindakan ekstrim.

1. Pencarian Spiritual yang Intensif: Kau mungkin harus melalui meditasi yang sangat mendalam, pengorbanan waktu dan usaha yang luar biasa untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang elemen petir.

2. Ujian Mental dan Emosional: Proses memperoleh elemen kuno Dark Voltaris yang sangat langka dan sulit mungkin melibatkan ujian mental yang sangat berat, di mana kau harus mengatasi ketakutan, keraguan, dan kelemahan.

3. Penjelajahan Ekstensif: Menjelajahi tempat-tempat terlarang, mencari petunjuk dari zaman kuno, diperlukan untuk menguasai elemen kuno tersebut. Jika kau ingin petunjuk itu, kau bisa datang ke Kuil Condiment yang berada di dalam gua tua terletak di pedalaman kerajaan Dumnonia. Aku tidak menjamim keselamatanmu disana, karena semua yang pergi ke sana sudah tidak dipastikan untuk kembali. Itu saja informasi yang aku berikan kepadamu".

Merlin berbalik dan meninggalkan Gandalf, bayangannya perlahan memudar dari pandangan. Gandalf menatapnya dengan senyum tipis, pupil matanya yang merah mengecil.

1 Tahun berlalu. Gandalf yang yang kebetulan sedang makan di bar sebuah desa di Mercia, melihat situasi genting segerombolan pasukan kerajaan dan tentara bayaran menuju ke timur. Para penduduk di desa itu dan pemilik bar, bergegas membawa semua perbekalan, dan barang berharga lainnya untuk pergi menuju kamp pengungsian.

"Hei, ada apa ini!? Mengapa kalian terlihat panik dan ingin segera pergi dari sini?". Seru Gandalf, yang sedang mengunyah makanannya. Dia berdiri dan menatap heran, menyaksikan pemilik bar dan para penduduk bergegas meninggalkan desa dengan ekspresi cemas di wajah mereka.

"Kau juga harus segera pergi, Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan panjang lebar. Prajurit kerajaan dan tentara bayaran sedang bertempur keras di benteng timur melawan pasukan Romawi yang dipimpin oleh Savius yang dikenal salah satu Jendral tak terkalahkan menyerang benteng itu. Kami harus segera menjauh dari sini untuk menghindari kekacauan yang mungkin menyebar ke desa ini". Pemilik bar itu mengucapkan dengan nada panik sambil terburu-buru memasukkan persediaan makanan dan barang-barangnya ke dalam keranjang.

"Savius!...". Mendengar nama itu, Gandalf dengan muka penuh dendam, kemarahan, dan kebencian, lalu meremukan sendok yang ia pegang, karena teringat dengan Ayahnya yang dibunuh oleh orang Romawi yang bernama Savius.

"Aku akan pergi melihat ke sana. Aku ingin bertemu dengan seseorang," katanya dengan ekspresi dingin penuh dendam. Ia kemudian merangkul jubahnya, menyandang pedang di punggungnya, dan bergegas keluar dari bar, menuju benteng timur.

""Terserah kau saja!" Pemilik bar berkata dengan nada kesal, wajahnya merah padam karena marah. Tanpa menunggu jawaban, ia segera berbalik dan bergegas pergi, meninggalkan Gandalf yang menuju ke timur. Dengan langkah cepat, pemilik bar itu meninggalkan desa, berniat menuju kamp.

Gandalf berjalan menuju benteng timur sembari menutupi wajahnya. Jubahnya diterjang angin sehingga membuatnya berkibar. Setelah berapa saat, dia akhirnya sampai di puncak bukit, kanan atas dari benteng tersebut.Terdengar suara dentingan pedang, dan ledakan. Tampak pasukan Mercia dan tentara bayaran terlihat kewalahan, karena Romawi memiliki prajurit yang 2 kali lipat lebih banyak dari mereka.

Gandalf, yang melihat Savius tertawa arogan melihat pasukannya mengungguli pertarungan. Dari atas bukit, dengan amarahnya semakin membara, Gandalf memasang tatapan tajam dan wajah yang tegang, emosinya meluap tak terkendali, membakar dengan kebencian yang sangat intens. Tanpa ragu, ia dengan cepat membuka jubahnya, lalu mengeluarkan pedang dari punggungnya.

Dia menghentakkan kakinya dengan kuat, menciptakan gelombang listrik besar yang menyebar di sekelilingnya. Dengan lompatan kilat, dia mengayunkan pedangnya yang memancarkan petir merah, menghantam kerumunan pasukan Romawi.

Guntur merah gelap terlihat menyambar, menciptakan hembusan angin dan gelombang pasir besar yang mengelilingi medan perang.

"Apa itu!?". Dengan serentak para prajurit dan tentara bayaran terkejut melihat guntur yang tiba-tiba menyambar padahal saat itu langit sangatlah cerah, hanya saja berangin. Di tengah medan perang yang dipenuhi dengan debu dan asap, para tentara bayaran melihat kilat merah dari dalam asap itu dan juga mendengar teriakan tentara Romawi.

Perlahan asap mulai menghilang. Terlihat Gandalf yang berdiri dengan menjambak kepala dari salah seorang kapten prajurit Romawi yang telah terpenggal. Dia kemudian menghancurkan kepala itu dengan petirnya hingga otak dan matanya berhamburan.

"Hah!? S-Siapa dia!?". Seorang tentara bayaran dan Kapten mereka yang sedang melindungi wajahnya dari debu, berteriak kepada pengintai yang ada di atas benteng pertahanan mereka.

"Aku tidak tahu!? Orang itu berambut kuning, dan ehhh....mengenakan penutup mata dikanannya, Kapten!". Teriak dari seorang pengintai di atas benteng menggunakan teropong.

Tanpa basa basi, melihat kesempatan emas untuk menang. Ketua dari tentara bayaran itu berteriak untuk cepat segera melakukan penyerangan kepada pasukan Romawi yang tersisa.

"Ini kesempatan kita!!!....cepat siapkan balistik!!!....para pemanah...tembak!!!....pasukan penyerang maju!!!!...". Dengan serentak beberapa batu besar yang di luncurkan balistik dan juga panah api yang menghujani langit peperangan. Para pasukan penyerang dengan teriakan bersemangat mengangkat pedang, kapak, tombak, dan gada berlari menuju pasukan Romawi yang tersisa. Batu besar, panah menghantam dan berhasil membunuh sebagian terdepan pasukan Romawi. Para penyerang juga tidak kalah, mereka juga berhasil membunuh sebagian besar dari pasukan Romawi yang tersisa. .

"Sial! Bagaimana ini Jendral!?. Para pasukan Romawi panik karena seluruh tentaranya telah berhasil di kalahkan. Tinggal pasukan yang dipimpin oleh Jendral Savius yang tersisa.

"Kita kalah telak! Sebaiknya kita mundur". Jendral Savius kemudian pergi menaiki kudanya untuk menuju ke kapal mereka yang terletak di timur laut Mercia. Melihat Jendral Savius pergi, dengan serentak pasukannya pun ikut mengikutinya, karena tidak ingin mati sia-sia.

Disaat perjalanan melarikan diri dari tentara bayaran. Tiba-tiba langit menjadi gelap, suara guntur yang sangat keras menggema di langit. Lalu guntur merah muncul menyambar tepat dihadapan Jendral Savius dan pasukannya. Di dalam kepulan asap tempat guntur itu menyambar, terlihat seseorang yang berjalan mendekati Jendral Savius.

"Apa kabar, apakah kau mulai kelelahan?". Gandalf berdiri di depan Jendral Savius, dengan ekspresi yang dingin disertai mata sayu menatap tajam kearahnya.

"Tch, kau kira aku akan mundur? Tidak!! Kau anggap apa aku sebagai seorang jenderal Roma?". Ucap Savius, yang mencoba untuk tetap kuat di depan para pasukan nya.

Gandalf, yang sudah dikontrol oleh rasa balas dendam nya, langsung mengeluarkan pedang nya dan mengarahkan ke arah Savius.

"Aku, Gandalf yang akan memenggal mu, dan.... Menancapkan kepala mu di dataran tertinggi disini, untuk menyuarakan suara balas dendam, dan rasa kebencian di dalam diri orang yang kau bunuh". Ucap Gandalf yang sudah dipenuhi emosi dan amarah yang menggebu-gebu.

Savius yang mulai ketakutan pun langsung menyuruh pasukan nya untuk menyerang Gandalf.

"Ka-kalian, ap-apa yang kalian tunggu!?, serang dia!!". Savius yang mulai ketakutan pun langsung menyuruh pasukan nya untuk menyerang Gandalf.

Gandalf yang melihat para pasukan mereka mulai maju ke arah nya, dia langsung melompat dan melapisi pedang nya dengan kekuatan Petir merah.

Gandalf pun menyerang mereka dengan kecepatan kilat, dan mulai mengobrak-abrik barisan musuh.

Savius yang melihat itu langsung menggunakan kesempatan untuk kabur, namun dia terhempas karna sambaran kilat yang melewati nya.

"Argh..... Si-sialan kau!!". Savius pun menggunakan kekuatan nya untuk menciptakan sebuah pelindung, namun... Gandalf berhasil menggagalkan nya.

Gandalf menghantam Savius dengan bahunya hingga terhempas ke arah pepohonan, Savius yang terhempas pun mulai memuntahkan darah.

"Sesungguhnya, kekuatan seseorang berada pada dalam dirinya. Namun kau menyia-nyiakan itu, dan malah memilih jalan kebusukan Jendral Savius." Gandalf menatap Savius dengan tatapan dingin.  Tubuhnya dipenuhi aliran petir yang begitu kuat. Petir merahnya perlahan berubah menjadi warna hitam. Tampaknya Gandalf berhasil menguasai Dark Voltaris yang ia dapatkan dengan cara yang ekstrim. Yaitu dengan menghancurkan salah satu anggota tubuh miliknya.

"Ka-kau, tidak akan mengerti!! Aku adalah sang dominator, sang penghancur dan sang jendral keji!!!". Savius berteriak dan tertawa dengan nada yang begitu keras. Gandalf yang melihat itu pun tanpa basa-basi dengan kilat langsung menebas kepala nya.

"Inilah akhir mu, kau akan melihat neraka yang menyala-nyala, dengan cacing yang menggerogoti tubuh mu, kau akan mendengar teriakkan orang tak bersalah dan kau, akan mati walaupun kau merasa tubuh mu hidup." Gandalf dengan nada dingin berbicara sambil memegang kepala Savius yang sudah terpenggal.