Di kamar yang mengeluarkan aroma lembab dan berjamur yang kuat, Putri Hui An akhirnya berhasil melepaskan tali yang mengikat tangannya.
Ia melepas bola kain yang tersumbat di mulutnya dan pergi untuk melepaskan tali di kakinya.
Namun, kakinya terikat terlalu erat. Ia tidak bisa melepaskannya dalam waktu yang lama.
Kesal, ia bangkit dan melompat ke belakang pintu, mengetuk pintu yang terkunci itu.
"Ada orang! Lepaskan saya!"
"Beraninya kau! Tahu siapa saya? Kau bahkan berani menangkap saya. Apakah kau bosan hidup!"
"Lepaskan saya segera!"
"Kau dengar itu!"
Tenggorokan Putri Hui An menjadi serak, dan telapak tangannya sakit.
Namun, tidak ada yang datang.
Ketika malam menyelimuti, gelap menelan seluruh ruangan. Dia duduk di sudut, takut dan merasa teraniaya.
Air mata jatuh.
"Ayah… Hui An takut… Datang dan selamatkan Hui An…"
"Ibu… Kakak Ketiga… Di mana kalian?"
"Wuwu… Hui'an ingin pulang…"
Dia menangis tidak terkendali.
Dia menyesalinya.
