Rosa juga sangat cepat menyadari keberadaannya. Kulit putih salju Bai Qingqing sangat mencolok di keramaian. Bahkan, dengan banyaknya jantan yang menatap ke arahnya, sulit bagi Rosa untuk tidak memperhatikannya.
Rasa iri berkelebat di matanya. Dia menepuk-nepuk harimau di bawahnya, dan harimau itu berhenti sejenak, kemudian tiba-tiba keluar dari trance-nya dan berbalik arah menuju ke arah Bai Qingqing dan teman-temannya.
Hanya sesaat, tetapi kenyataan bahwa jantannya sejenak terpana tidak luput dari indra tajam Rosa.
Saat rombongannya semakin dekat, Rosa mengerti mengapa jantannya terpana.
Perempuan di depannya terlalu cantik, begitu cantik sehingga meskipun sebagai perempuan sekalipun, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berhenti sejenak. Yang diikuti adalah kecemburuan yang gila. Dia selalu bangga dengan penampilannya, namun di hadapan perempuan ini, dia hanya ingin menutup dirinya.