Malam berganti pagi, kepompong berganti kupu-kupu, tak terasa Minggu berganti dengan Senin. Di saat siswa lain masih on the way, ada seorang siswa yang sudah datang pagi-pagi ke sekolah, Ia adalah Kalingga Abhipraya Athlier. Kalingga yang biasa disapa Liga atau Kal ini sengaja datang pagi-pagi demi menitipkan barang dagangannya kepada Ibu Kantin, Ibu Ayuk."Selamat pagi Ibu. Saya nitip brownies kayak biasa ya, ini totalnya ada 30 potong," Ucapnya."Siap Mas Ling, uangnya ibu kembalikan lagi saat pulang sekolah ya. Terima kasih banyak, semangat sekolahnya ya, Mas!" Balas Ibu Ayuk,"Sama-sama Ibu, Maturnuwun pisan nggih," Tambahnya, kemudian di balas dengan anggukan dari Ibu Ayuk.Panggilan 'Mas Ling' sendiri sudah sangat khas melekat pada Ibu Ayuk, karena beliau asli dari Jawa Tengah sehingga sudah menjadi kebiasaannya untuk memanggil anak laki-laki dengan panggilan 'Mas'.Selepas menitipkan barang dagangannya di kantin, Kalingga melangkahkan kakinya menuju kelas yang masih sepi. Dirinya menggulung seragam putih abu-abu yang ia kenakan untuk kemudian piket membersihkan kelas. Sebenarnya, dirinya tak begitu sering melaksanakan piket apalagi jika ada yang menyuruhnya, namun karena kondisi sekolah yang masih sepi dan tampak belum ada siswa lain selain dirinya, lantas dirinya melaksanakan piket tersebut. Kalingga mulai membersihkan kelasnya dengan cara menyapu, kemudian mengepel, jika ada waktu ia akan menyempatkan diri untuk mengelap jendela kelasnya. Berselang 30 menit, teman-teman kelasnya mulai berdatangan tepat dengan dirinya yang selesai dengan tugas piket."Baru selesai piket ya?" Ini Seno, sahabat dekatnya sejak masih duduk dibangku sekolah dasar,"Iya, lu diem aja ya." Jawabnya."BUSET KESAMBET APAAN LU??? KOK PIKET??" Baru saja dirinya memberi kode untuk menyimpan fakta bahwa dirinyalah yang sudah membersihkan kelas, datang pula Riga yang berada di belakang Seno sehingga terdengar percakapan sebelumnya."HAHAHAHA PARAH LU RI!" Disusul tawa Khalil yang menggelegar.Sontak, satu kelas pun mengintip dari jendela karena mendengar gelak tawa riuh Riga. Tapi, mereka pun memiliki reaksi yang sama, yaitu menertawakannya."AELAH RIGA!" Kalingga protes dengan membentak Riga yang tengah cekikikan."Gapapa, Kal! Malah kelas jauh lebih bersih daripada dibersihin Riga!" Sahut salah satu teman kelasnya, Rafa."Eh, Rafa! Gua juga ga kalah bersih ye. Bisa tuh, muka lu gua bikin licin kayak minyak goreng!" Balas Riga tak terima,Namun lagi-lagi percakapan itu disambut oleh gelak tawa teman-temannya yang lain, setelah euforia Kalingga piket itu, seluruh siswa satu persatu turun menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Begitu pun Kalingga, Seno, Riga dan Khalil mereka sudah siap dengan topi dan dasi yang sudah dikenakan rapi. Saat turun ke lapangan, tampak lapangan sudah ramai dengan seluruh peserta berbaris sesuai kelasnya.Saat upacara bubar, keempat remaja tersebut duduk terlebih dahulu di sekitar koridor sekolah. Di saat mereka duduk, terlihat ada Pak Bambang, guru geografi yang terkenal killer disekolahnya. Pak Bambang tengah sibuk mengomeli siswa-siswi yang datang terlambat di sana. Terdapat trio pembuat onar yang beranggotakan Killian, Daffa dan Zaidan. Ini bukan kejadian aneh lagi sih, karena ketiganya sering sekali datang terlambat dan itu semacam keseharian bagi mereka. Tak jauh, ada beberapa siswi lain yang raut wajahnya sedikit panik, mungkin ia belum pernah terlambat dan dihukum oleh Pak Bambang,"Eh, itu yang ikut kontes model itu ya?" Kalingga bertanya pada ketiga teman dekatnya tersebut."Iya, Kaluna XII MIPA 1" Balas Seno,"Gila, udah mah jadi model, masih bisa peringkat paralel berkali-kali," Sahut Riga."Hidupnya ga jauh beda dari Seno,""Sama-sama balance.""HAHAHA, udah yuk, balik kelas, panas." Celetuk Khalil.Setelah obrolan singkat itu berakhir, keempat laki-laki itu kembali ke kelas sebelum pelajaran pertama dimulai. Selesai upacara biasanya mereka akan membolos untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, namun sejak hari semakin terik, mereka memutuskan untuk mendinginkan tubuh dikelas._____________________________Kriingg! Kriingg!Akhirnya, bel pertanda istirahat telah berbunyi, para siswa mulai turun menuju tangga dan menyerbu makanan di kantin. Sama halnya dengan Kaluna dan ketiga temannya, Alisha, Kanaya dan Alia. Mereka sudah kelaparan sejak dimulainya jam pelajaran pertama tadi, apalagi mereka harus menghadapi hukuman Pak Bambang di lapangan yang panas."Cepetan! Gue gamau kehabisan brownies!" Kaluna berteriak pada teman-temannya,"Duh sabar! Gue benerin rambut dulu!" Jawab Alisha yang sibuk berkaca menggunakan layar handphone-nya yang mati,"Sha, lo ngaca masih bisa nanti! Buruan ah!" Geram dengan jalan Alisha yang lama, Alia dan Kanaya menarik tangan Alisha berbarengan.Sampailah keempatnya di kantin, kemudian mereka langsung berpencar. Alia dan Kanaya akan membeli minuman, Alisha akan mencari tempat duduk agar tidak kehabisan, dan Kaluna pergi mencari lapak Ibu Ayuk biasa berjualan. Syukurlah, brownies yang Kaluna cari masih ada, kebanyakan pelanggan dari Ibu Ayuk ini memesan siomay dan cuanki yang terkenal seantero sekolah namun tak ada satupun yang melirik brownies."IBUU! AKU MAU BROWNIESNYAA!" Begitu riangnya Kaluna ketika menemukan brownies yang sudah sekian lama ia tak makan karena harus berkutat dengan konten model sekitar dua minggu lebih."Ya Allah, Nak. Kemana saja kamu? Ibu kira kamu pindah sekolah," Balas Ibu Ayuk sembari mengambilkan brownies yang Kaluna inginkan."Aku kan kontes model dulu, Bu. Jadi.. ga masuk sekolah. Temen-temen aku ngga ngasih tau emangnya?" Ucapnya,"Ah, Ibu juga ndak ingat. Ini ya kuenya, jadi sepuluh ribu," Ibu Ayuk menyodorkan brownies milik Kaluna kemudian menerima uang cash yang diberikan Kaluna."Makasih banyak ya, Bu!"Kaluna kembali menemui teman-temannya yang sudah duduk manis menunggu dirinya membeli brownies dari Ibu Ayuk."Lo kayaknya gaada brownies bisa sesak nafas ya?""Iya anjir, kayak bocah tantrum tadi minta brownies!" Itu respon yang Kaluna rasakan dan selalu berasal dari Alia dan Alisha. Keduanya tidak begitu menyukai makanan berbahan dasar coklat sehingga bagi mereka melihat brownies saja rasanya kemanisan."Ah berisik! Ini brownies enak bangettt! Masa lo semua gasuka, rasanya percis kayak yang gue makan pas party sweet seventeen!""Dasar, nih bakso sama ketopraknya" Ini Kanaya yang baru datang mengantarkan baso dan ketoprak yang mereka pesan. Bakso itu pesanan Kaluna, sedangkan ketoprak pesanan Alia.Alia ini sejak kecil tinggal dipinggir kota, sehingga terbiasa dengan makanan legendaris seperti ini. Berbeda dengan Kaluna yang jarang sekali memakan makanan yang memberikan kesan 'old' atau 'vintage' secara bahasa halusnya."Oiya, selama gue di kontes model, videographer-nya Kak Jordan loh!" Kaluna kembali membuka pembicaraan,"Wah, Kak Jordan bukannya baru masuk kuliah tahun lalu?" Balas Alia,"Iya, jurusan Ilmu Komunikasi, kebetulan dia dapet tugas disana jadi videographer,""Gue banyak ngobrol sih sama dia hihi," Tambahnya."Hmm pasti, lah. Orang dia mantan gebetan lo!" Ledek Alisha dan Kanaya."Eh jangan gitu dong! Emang pure ngobrol, tau!" Jawab Kaluna mengelak,"Iya, ngobrol biasa sambil nanya, kak udah punya pacar belum? HAHAHA" Ledeknya lagi,"Ah, lo pada ga percayaan! Seriusan!" Kaluna kembali mengelak dengan wajah yang memerah,"HAHAHA TAPI MUKA LO MERAH, KAL!" Kali ini Alia tertawa terbahak-bahak melihat Kaluna yang pipinya sudah memerah.Sementara itu, Liga dan kawan-kawannya tengah sibuk membahas hal-hal random yang terlintas dibenak mereka."Liga, lu gak mau naksir cewe lagi?" Yah bisa ditebak, ini Riga yang selalu memulai pertikaian diantara mereka berempat."Ri, jangan ampe kantor bapak lu di Latvia gua obrak-abrik ye!" Balas Kalingga sedikit ketus,"Weh, santai-santai!" Seno ikut mendengarkan percakapan mereka ,"Tolak aja, Kal. Si Riga ngasih rekomendasi ga pernah bener, wuu!" Jelas Khalil sembari memegang kepalanya seolah pusing dengan tingkah laku Riga."HAHAHAHA!" Riga tertawa meledek melihat raut muka Kalingga yang sudah cemberut,"Masa lu tahun lalu nyuruh gua ngedeketin cewe orang!""Untung aja, cowonya mau gua kasih pengertian-""Coba kalo nggak? Gua udah digebukin kali!""Lagian lu percaya aja sih!""Udah-udah. Lu pada mau ikut ga, liat pameran lukisan? Lukisan kakak gua baru aja di pajang di galeri kota." Potong Seno untuk mengalihkan pembicaraan,"IKUT!" Jawab Kalingga dengan mantap."Weh, ikut lah, Sen. Kakak lu yang mana tapi? Kakak lu ada banyak!""Yang kemarin ikut pertukaran pelajar, aelah! Lu pura-pura lupa, Ri!""HEHEHEHEHE""Iya, anjir! Masa lu flirty ke kakak sobat lu sendiri, sih?""Ya, ya, maap. Mana tahan..." Balas Riga sembari cengar-cengir tak jelas."Wuu! Tiketnya gua aja yang beli ya, tapi masing-masing nanti pegang ID-nya," Jelas Seno."Thank you, Sen!" Jawab ketiganya.Setelah istirahat itu, mereka kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran, namun tak seperti biasanya karena sekolah tiba-tiba mengumumkan jam kepulangan maju menjadi pukul 2 karena para guru akan mengadakan rapat dadakan. Sehingga siswa-siswi dipersilahkan pulang terlebih dahulu. Tentu kabar ini disambut dengan baik oleh para siswa-siswiSaat jam kepulangan, sebenarnya masih banyak yang harus mengikuti kegiatan tambahan seperti Paskibraka dan OSIS. Tetapi, grup empat serangkai ini belum pulang, mereka pergi ke kantin terlebih dahulu untuk mengambil hasil penjualan milik Kalingga."Selamat siang Ibu!" Sapanya ramah,"Siang, Mas. Ini uangnya ya! Alhamdulillah hari ini browniesnya ada yang borong. Kayaknya untuk rapat dadakan ini, Mas." Jelas Ibu Ayuk."Wah, Alhamdulillah, terima kasih banyak ya, Ibu!" Balas Kalingga sembari tersenyum kemudian pergi dari kantin."Asik! Uangnya buat apa deh, Kal?" Tanya Khalil penasaran,"Enaknya buat apa ya? Gua biasanya taro di tabungan aja, sih. Hehehe" Jawabnya dengan terkekeh-kekeh."Buat beli diamond, Kal! Males gua mabar sama lu, punya skin basic doang!" Saran Riga,Kemudian disambut kepalanya yang di toyor oleh Seno,"Enak aja! Itu mah maunya lu, kan?""WAHH IYA DONG, JELAS!""YEU! DASAR!"Setelah mengambil uang, keempat sekawan itu berpisah. Kalingga dan Seno pulang bersama menggunakan transportasi umum. Sedangkan Khalil membawa motor, Riga? Sudah pasti nebeng dengan Khalil. Arah jalan pulang Khalil dan Riga satu arah dan rumah mereka pun cukup berdekatan, berbeda dengan Kalingga dan Seno yang sama-sama naik transportasi umum namun turun di halte yang jaraknya jauh satu sama lain."Weee duluan ya!" Riga melambaikan tangannya sembari motor yang digunakan Khalil memacu kecepatan,"Hati-hati!" Kalingga membalas lambaian Riga yang perlahan menghilang dihadapan mereka berdua."Jadi gimana, Kal?""Soal?""Adek lu, sekolah disini?""Ya gitu, Sen... Gua juga baru tau kalo gua punya adek sambung. Padahal dia udah kelas 11 sekarang, tapi gua juga gatau sih orangnya yang mana.""Berarti bokap lu tau lu ada disini?" Seno kembali bertanya,"Mungkin lebih tepatnya bokap gua sengaja nyekolahin adek gua disini biar gua sama adek gua bisa utuh satu keluarga lagi,""Bisa jadi kayak gitu, nyokap lu tau ga?""Justru gara-gara nyokap gua kemarin telponan sama bokap gua. Gua ga sengaja nguping, bokap gua mah aneh. Dia yang ninggalin gua, dia juga yang pengen balik lagi.""Suruh siapa dia selingkuh?" Ucapnya sedikit kesal."Off-side Kal, gaboleh gitu. Mau gimana pun beliau bokap lu, bokap biologis lu.""Kesel aja gua Sen,""Iya gua paham, udah gausah dipikirin. Sorry ya gua nyinggung hal-hal sensitif itu."Kalingga mengangguk dan gontai melangkahkan kakinya masuk kedalam bis kota. Saat duduk di dalam bis, keduanya berhenti berbicara. Seno paham, sahabatnya itu pasti masih emosional melihat Ayahnya yang kembali muncul dalam hidupnya tiba-tiba dengan membawa 'anaknya' itu untuk mengenal dirinya.Hampir 17 tahun Ayahnya meninggalkan dirinya dengan Bunda sendirian, sedangkan Ayahnya malah memilih seseorang yang dianggap 'lebih baik'. Jujur saja kadang Kalingga sendiri tidak sudi memakai marga yang tercantum dalam namanya, tapi apa boleh buat? Bunda selalu mengajarkan dirinya untuk bisa tegar apa pun keadaan yang sedang di hadapi.15 menit dalam kesunyian itu, tak terasa Seno sudah harus turun,"Kal? Gua turun ya? Jangan banyak melamun." Seno bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan Kalingga yang masih termenung melihat ke arah jendela.Saat Seno sudah turun, Kalingga memutar balik posisi duduknya kemudian perlahan matanya menutup, dan ia terlelap dalam tidur._____________________________"Kalingga? Bangun, Nak!"Kalingga yang setengah sadar perlahan bangun perlahan membuka matanya. Oh, Pak Herman, supir bis yang sudah biasa melihatnya ketiduran."Eh! Aduh, maaf Pak. Saya ketiduran lagi,""Sudah tidak apa-apa, ayo segera turun."Kalingga pun turun dari bis kemudian berjalan kaki menuju sebuah kompleks perumahan.Hingga sampailah dirinya didepan rumah berlantai dua dengan sebuah toko kue kecil disampingnya."Aku pulang ~!" Ucapnya sambil melepas sepatunya di teras rumah,"Selamat siang sayang, tumben udah pulang?" Tanya Bunda sembari meletakkan kue yang baru saja matang dari oven."Iya Bun, gurunya rapat. Jadi pulang duluan," Balas Kalingga sembari menyalami Bundanya."Kayaknya capek banget, Kakak mau kue? Bunda ada sisa tadi-""atau mau makan? Bunda masak ayam kecap tuh!""Hehe ngga kok Bun, aku ngantuk aja. Kakak naik dulu ya,""Oke deh, kalo mau tidur, tidur aja ya"Kalingga langsung berjalan menaiki tangga, sembari jalan menaiki tangga, dirinya menghela nafas karena terlintas dalam benaknya pasti Bunda merubah panggilannya karena sudah tahu bahwa Kalingga selama ini memiliki seorang adik sambung. Kalingga masuk kedalam kamar untuk berganti pakaian, setelah mengganti pakaian, hatinya terbesit untuk membuka album keluarga yang sudah usang. Album itu diletakkan diatas rak buku yang cukup tinggi, sehingga dirinya perlu membersihkan album itu dari tumpukkan debu.Setelah itu, baru Kalingga membuka album tersebut dan ia melihat banyak foto-foto selama dirinya kecil dengan Bunda dan Ayahnya yang sudah hilang.Ayah bukan hanya hilang secara raga, bahkan secara peran ayahpun hilang. Ketika ia duduk di bangku sekolah dasar, banyak sekali teman-temannya yang menceritakan betapa serunya akhir pekan mereka yang di habiskan bersama ayahnya.Kalingga tentu tak bisa merasakan itu.Namun, seorang figur bidadari yang sudah berkorban banyak untuknya tak pernah padam dengan senyumannya yang manis. Bidadari itu adalah Bunda, yang selama ini menyayangi Kalingga sepenuh hati tanpa pamrih. Bunda juga pasti merasakan kehilangan sosok suami yang dicintainya, tapi Bunda bisa tegar sekali. Berbeda dengan Kalingga.Orang bilang, laki-laki yang di didik oleh ibunya akan berbeda dengan laki-laki yang di didik oleh ayahnya. Kalingga perlu beberapa tahun untuk menerima itu, karena memang itu faktanya. Namun, Kalingga mensyukuri hal itu, ia tidak bisa membayangkan jika ia di didik oleh ayahnya mungkin bisa saja ia tumbuh menjadi laki-laki yang keras.Kebanyakan teman SMP-nya begitu, di titik itu lah Kalingga mensyukuri kehadiran Bunda yang 24/7 merawat dirinya sebaik mungkin. Bunda adalah sesosok perempuan yang banyak melindungi Kalingga ketika dirinya di caci maki oleh orang-orang. Bunda perempuan yang kuat. Oleh karena itu, Bunda ingin Kalingga bisa tumbuh menjadi laki-laki yang kuat pula.Dalam tatapan kosong, perlahan netra itu menutup dan Kalingga kembali hanyut dalam mimpi.