Bunga-bunga bermekaran di suatu taman. Menyeruak wangi membelai Indra penciuman. Berpadu lembut dengan Sinaran di ufuk timur.
Seorang gadis yang Bernama Sisy, dia baru saja menghadiri acara kencan buta dengan adalah seorang pria pilihan ibunya. Atas perintah sang kakek, Sisy terpaksa mau, lantaran semua ini juga demi kelangsungan Kerjasama antar keluarga mereka.
Kakek Sisy menjodohkan gadis itu dengan seorang pria yang Bernama Yoon Gi. Dia merupakan seorang chef ternama yang baru saja Kembali dari mengenyam Pendidikan di luar negeri. Yoon Gi, memiliki bakat memasak, sedangkan Sisy, jangan ditanya lagi. Gadis itu lebih suka menggambar animasi. Dia adalah seorang komikus.
"Sisy-a~~~," panggil seorang Wanita paruh baya dengan lembutnya kepada sang putri.
"Ne, Omma?" Sisy menjawab dengan pelan, terlihat sekali sahutan yang begitu lamban sebab ia baru saja menangis sesenggukan.
"Di sini rupanya anak gadis Omma? Kenapa menangis? Jangan bersedih, Yoon Gi itu adalah lelaki yang baik, Omma merasa dengan kau hidup dengangnya adalah satu pilihan yang tepat. Kakekmu tidak salah memilihkan kau calon suami." Jangmi dengan perlahan mengusap kepala sang putri, berharap hatinya akan segera luluh dan menerima perjodohan tersebut.
"Omma, tapi aku sama sekali tidak siap dengan ini. Aku masih ingin berkumpul dan bersenang-senang dengan teman-temanku. Bagaimana nanti jika pernikahan kami hanya akan berakhir di pengadilan?" Sisy berbicara dengan air matanya yang Kembali berderai.
Gadis berhati lembut itu tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Sebab orang tuanya memiliki pernikahan yang tidak sempurna dan semasa kecilnya sering melihat pertengkaran. Karena itulah, Sisy menolak adanya pernikahan di dalam hidupnya.
Baginya pernikahan adalah suatu hal yang sia-sia. Jika hanya dengan alas an ingin mendapatkan keturunan, maka tidak perlu menikah bukan? Begitulah cara berpikir Sisy berjalan.
"Tapi kenapa harus menikah sekarang Omma, tidak nanti-nanti saja Ketika aku sudah siap?"
"Sisy kau itu anak yang baik, tidak maukah kau membahagiakan kakekmu di ujung hidupnya?" Jangmi berbicara dengan tangannya yang terus mengusap lembut pucuk kepala putrinya.
"Apa maksud Omma?" Sisy, menoleh kea rah Jangmi. Memandangnya dengan tatapan penuh tanya dan berurai air mata.
Jangmi lalu merogoh tasnya. Ia mengambil sepucuk ketas yang memiliki stempel dari rumah sakit. Dia lalu memberikannya kepada Sisy. Gadis itu pun lalu membukanya dengan perlahan lalu membacanya dengan teliti dan hati-hati.
"Apa ini benar? Jadi ini sebab kakek akhir-akhir ini jatuh pingsan dan mimisan?" tanya Sisy kepada sang ibu.
Jangmi hanya mengangguk, dia menunduk dan menangis sesengukan. Wanita itu rapuh Ketika membicarakan tentang ayahnya yang memiliki penyakit yang selama ini disembunyikan.
"Yoon Gi a~~~" panggil Haneul kepada sang putra yang baru saja tiba di kediaman mereka.
"Emm…" Jawab Yoon Gi menoleh dan menatap ibunya. Dia terkesan acuh dan dingin untuk menanggapi panggilan tersebut.
"Oh… anak itu selalu saja seperti itu, dingin seperti es batu," batin ibu Yoon Gi.
Ibu Yoon Gi mendekat dengan wajahnya ya sumringah dia lalu mengapit lengan sang putra dan menggiringnya masuk ke dalam ruang tamu. Terlihat sekali raut wajah Yoon Gi yang tidak senang diperlakukan seperti itu. Dia merasa ibunya ini selalu memperlakukannya seperti bayi.
"Yoon Gi a~~~ bagaimana kencanmu tadi? Sisya nak yang baik' kan?" tanya ibu Yoon Gi dengan wajah Bahagia.
"Emm…" Jawab Yoon Gi dengan singkat padat dan tidak jelas apa maksudnya. Dia terkesan sangat acuh dan sama sekali tidak tertarik dengan perjodohan ini.
"Ayolah ceritakan kepada Omma, bagaimana dia tadi menurut pandanganmu, dan apa saja tadi yang kalian lakukan?" tanya ibu Yoon Gi dengan wajah berbinar terang.
"Sudahlah Omma, aku sangat malas untuk membahasnya. Untuk apa dibicarakan lagi, tetap saja akhirnya akan sama bukan? Aku sama sekali tidak berdaya untuk menolak kemauan kalian ini."
"Ih kau ini, sama sekali tidak asik!" ucap ibu Yoon Gi, yang mencabik kesal dan kemudian pergi meninggalkan putranya yang tidak mau berbagi dengan apa yang baru saja ia lakukan dengan Sisy.
"Bodoh sekali, seharusnya aku tidak cepat-cepat Kembali dari luar negeri. Setidaknya biar Jimin saja yang menerima perjodohan ini." Yoon Gi bermonolog merutuki kebodohannya sendiri.
"Ah, apa bisa jika aku merayu Jimin? Tidak ada salahnya 'kan bila adikku menikah terlebih dahulu dari pada aku?" Yoon Gi, berbicara seorang diri dan kemudian berjalan menuju kamar Jimin.
"Jimin a~~~" panggil Yoon Gi dengan suara lembutnya sengaja ingin memanjakan telinga adiknya. Jika sudah begini tentu saja lelaki ini ada maunya.
"Wae?" sahut Jimin sembari terus mengerjakan tugas kuliahnya.
"Apa kau ingin menjadi adik yang berbakti kepada kakakmu yang tampan ini?" tanya Yoon Gi setelah dia memasuki kamar Jimin.
Jimin menatapnya penuh curiga. Adik Yoon Gi ini bahkan sampai memicingkan matanya dan mengangkat sedikit kurva di bibirnya. Aneh sekali memang bila sih es batu ini tiba-tiba berubah menjadi begitu hangat kepadanya.
Biasanya kakaknya ini sangat jarang bersikap manja. Yoon Gi, memanglah pribadi yang mandiri dan bersikap seperlunya saja. Namun berbanding terbalik bila kakaknya ini Tengah jatuh cinta.
"Wae? Tiba-tiba bertanya seperti itu kau pasti ada maunya ya?" tanya Jimin dengan wajah cerianya dia menunjuk hidung kakaknya ini sambil tersenyum.
"kalau iya memangnya' kenapa? Bukankah sebagai saudara kita harus saling tolong menolong?"
"Tolong menolong untuk urusan apa dulu Hyung?" tanya Jimin. "Jika untuk menggantikanmu menikah, maka aku tidak akan mau"
"Dari mana dia tahu isi pikiranku ini?" Batin Yoon Gi.
Yoon Gi lalu duduk di atas ranjang Jimin ia kemudian bersandar dan menatap langit-langit kamar adiknya itu. Terlihat sekali bila lelaki berkulit pucat itu Tengah memikirkan sesuatu yang teramat berat.
Jimin lalu mendekat dan menepuk lutut kakaknya ia lalu duduk di sampingnya. "Kenapa bukankah Sisy itu gadis yang baik?"
Yoon Gi sedikit terkejut lantaran Jimin sudah mengenal calon istri kakaknya itu. Dia lalu memberikan atensinya secara penuh. Duduk, dan menegakkan punggungnya dengan tatapan lurus menatapa Jimin.
"Kau sudah mengenalnya?" tanya Yoon Gi.
"Tentu saja sudah kita seumuran aku mengenalnya dengan baik. Dia itu Wanita yang cengeng, pemalu, dan juga ceria."
Jimin menyebutkan karakteristik Sisy sambal menahan senyumnya. Lamat-lamat Yoon Gi melihat ini sebagai bentuk kekaguman.
"Nikahi saja dia aku senang jika dia menjadi kakak iparku. Setidaknya nanti, ada orang di rumah ini yang bisa mencairkanmu," ucap Jimin tanpa basa-basi yang sontak saja membuat Yoon Gi reflek lalu meninju perlahan lengannya.
Di sebuah rumah sakit.
"Sisy, menurut lah. Lihat betapa lemah dan rapuhnya kakekmu itu. Hidupnya tinggal menunggu waktu," kata Jangmi sembari mengusap perlahan punggung Sisy.
"Nampaknya memang aku tidak memiliki kesempatan untuk lari dari perjodohan ini." Sisy membatin menatap hampa ke arah sang kakek yang sedang berada di kamar rawat rumah sakit dan masih terlelap.