Chereads / Brutal Invasion / Chapter 4 - Jalan Menuju Perdamaian

Chapter 4 - Jalan Menuju Perdamaian

Setelah pertemuan dengan Lysandra, Miguel Zakon merasa bahwa angin perubahan mulai berhembus di tengah-tengah konflik yang telah lama berkecamuk. Dia memutuskan untuk mengambil risiko demi perdamaian, sebuah langkah yang bisa mengubah segalanya atau menjadi bencana bagi Soraz.

Miguel duduk di tenda komandonya, memandangi peta yang telah menjadi saksi bisu dari pertempuran yang telah dilalui. "Kita akan mengadakan pertemuan dengan Xraptar," katanya kepada para perwira yang berkumpul. "Kita akan mendengarkan apa yang mereka tawarkan dan menilai apakah mereka benar-benar ingin perdamaian."

Para perwira saling bertukar pandang, beberapa dengan rasa tidak percaya, yang lain dengan harapan baru. "Apakah kau yakin ini langkah yang tepat, Miguel?" tanya Garcia, suaranya mencerminkan keraguan yang dirasakan banyak orang.

Miguel mengangguk, matanya tetap fokus pada peta. "Kita telah melihat terlalu banyak darah tertumpah, Garcia. Jika ada kesempatan untuk mengakhiri ini tanpa lebih banyak korban, kita harus mengambilnya."

Pertemuan dengan utusan Xraptar diatur di sebuah desa yang hancur akibat perang, simbol dari apa yang telah hilang dan apa yang bisa diselamatkan. Miguel tiba dengan pengawalan yang ketat, siap untuk setiap kemungkinan.

Lysandra menunggu di tengah reruntuan, dikelilingi oleh delegasi dari Xraptar. "Selamat datang, Miguel Zakon," katanya, memberikan hormat. "Kami datang dengan niat yang tulus untuk mencari perdamaian."

Miguel mengamati delegasi itu, mencari tanda-tanda tipu muslihat. "Kami mendengarkan," jawabnya singkat.

Lysandra mengambil napas dalam, kemudian mulai berbicara. "Xraptar telah menderita seperti halnya Soraz. Kami tidak ingin perang ini berlanjut. Kami bersedia untuk menarik pasukan kami dan membuka jalur perdagangan sebagai tanda itikad baik."

Pembicaraan berlangsung selama berjam-jam, dengan Miguel dan Lysandra berdebat, bernegosiasi, dan akhirnya, menemukan titik temu. Sebuah perjanjian ditandatangani, kali ini dengan saksi dari kedua belah pihak dan janji untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Kembali ke Soraz, Miguel Zakon merenungkan perjanjian yang baru saja dibuat. Kota yang dulu gemuruh oleh suara perang kini berdengung dengan bisikan harapan. Di jalan-jalan, wajah-wajah yang dulu tegang kini tersenyum, dan tangan yang dulu memegang senjata kini berjabat dalam persaudaraan.

Namun, di balik perayaan itu, Miguel tahu bahwa perdamaian yang rapuh ini harus dijaga dengan hati-hati. "Perdamaian bukanlah akhir dari perjuangan," katanya kepada dewan penasihatnya. "Ini adalah awal dari tanggung jawab baru. Kita harus membangun kembali apa yang telah hancur dan memastikan bahwa kesalahan masa lalu tidak terulang."

Dewan penasihat mengangguk, setuju dengan kata-kata Miguel. Mereka mulai merencanakan pembangunan kembali infrastruktur, distribusi bantuan, dan program-program untuk memulihkan ekonomi. Miguel, meskipun lelah, merasa terdorong oleh semangat baru yang mengalir di antara rakyatnya.

Di tengah-tengah kesibukan, sebuah pesan tiba dari Xraptar. Lysandra mengundang Miguel untuk menghadiri upacara penandatanganan perjanjian perdamaian resmi di ibu kota Xraptar. Ini adalah langkah berani, sebuah tindakan simbolis yang akan menunjukkan kepada dunia bahwa kedua negara siap untuk meninggalkan masa lalu mereka.

Miguel menerima undangan itu dengan rasa hormat dan kehati-hatian. Dia tiba di Xraptar dengan rombongan kecil, hatinya dipenuhi dengan campuran emosi. Di sana, dia disambut bukan sebagai musuh, tetapi sebagai tamu terhormat.

Upacara itu penuh dengan ritual dan simbolisme. Miguel dan pemimpin baru Xraptar, yang telah menggantikan Zorin, berdiri berdampingan, tangan mereka bersatu di atas dokumen perdamaian. "Hari ini, kita tidak hanya menandatangani perjanjian," kata pemimpin Xraptar. "Kita menandatangani masa depan bersama."