Di permukaan tanah...
Seorang petani laki-laki tengah mengarit rumput liar di ladang jagung miliknya. Ia begitu telaten dalam mengurusi ladang peninggalan orangtuanya itu hingga membuat ladang jagung itu menghasilkan panen yang cukup melimpah. Saat ia sedang mengangkat tumpukan rumput liar untuk dijadikan pakan hewannya, ada seseorang yang berpenampilan aneh datang menghampirinya. Ia mengenakan jaz hitam, kemeja putih, dan bertopi fedora abu-abu yang meutupi sebagian wajahnya. "Permisi pak, perkenalkan namaku Mr. Nanet Nagnijab. Apakah bapak pernah melihat mereka?,"tanyanya dengan anggun sambil menunjukkan sebuah kartu yang bergambar Revan dan kedua temannya. "Ohh...mereka itu biasanya langganan warnet Pak Mi'un disebelah sana. Daritadi mereka lewat sini, kayaknya mau kesana. Ada apa ya?"tanya pria itu balik. "Saya ada urusan sedikit sama ketiga anak itu. Omong-omong, saya boleh minta tolong pak?"ucap Nanet dengan sedikit tersenyum, "Boleh aja, minta tolong apa nggeh?".
Tiba-tiba, udara di sekitar menjadi dingin hingga membuat bulu kuduk pria itu ketakutan dan mundur selangkah demi selangkah. "Loh...kenapa pak? Katanya mau bantuin?"ujar Nanet sambil menyengir lebar hingga gigi gioknya pun terlihat, lalu ia maju mendekati pria itu. Tangan kanan Nanet perlahan berubah menjadi slime hijau dan ia mengarahkan tangannya kearah kepala si pria. "HAHH!!...SIAPA KAMU!!, APA YANG KAMU MAU..AAARGH!!" jerit pria itu karena kepalanya langsung dilahap oleh tangan slime itu, kemudian seluruh tubuhnya juga ikut termakan dalam sekejap. "Tentu saja, aku ingin tubuhmu untuk kepentingan diriku sendiri. Terima kasih Pak atas tubuhnya,, HAHAHAHA!!..."
Kembali ke ruang latihan bawah tanah di warnet Pak Mi'un....
Slashh!..slashh!....Ting!ting!ting!ting! TANG!!...
Suara benturan tombak dan senjata jarak dekat lainnya memenuhi arena bagian barat (catatan: arena sedang dibagi menjadi 2 bagian oleh Pak Mi'un untuk mempercepat pelatihan). Revan dengan tombak dualnya (2 sisi) dan Bryan dengan katananya melawan Stevano dengan 4 pedang arabnya (karena ia punya 4 tangan). Revan dan Bryan kewalahan mengincar titik lemah Stevano yang pasti bisa ditangkis oleh dia, belum lagi mereka hanya mengenakan seragam latihan biasa yang hanya bisa menahan luka tebasan, bukan meredam rasa sakitnya juga. Revan nggak kehabisan akal, ia lalu melakukan dash (gerakan mendorong tubuh ke depan untuk mendapatkan tambahan kecepatan) ke arah belakang Stevano dan memutus tombaknya menjadi 2 serta memberi kode pada Bryan. Bryan yang mengerti maksudnya langsung ikut dash kehadapan Stevano dan menebas tubuhnya dengan katananya. Stevano yang sudah siap dari tadi langsung menangkis serangan Bryan. Slasshh...Revan berhasil menebas bagian belakang Stevano dengan kedua bagian tombaknya dan membuat Stevano bertekuk sebelah lutut.
"Bagus...kalian sudah berhasil melatih keja sama kalian, tapi Revan, kau masih bisa dilihat oleh musuhmu jika tadi adalah pertarungan sungguhan. Gunakan trik-trikmu lagi untuk mengecoh penglihatan musuh"terang Stevano sambil bangkit lagi dari duduknya. "Siap Pak Stevano! Emang apa lagi yang bisa kulakukan untuk mengecoh musuh?"tanya Revan seraya kembali ke posisinya semula, "Kau bisa menyuruh Bryan untuk maju dulu atau memanfaatkan area sekitar untuk bersembunyi sejenak. Atau kau bisa tebas dan mundur untuk menjaga jarak aman.".
Stevano kemudian pergi ke panel tombol didekatnya dan menekan beberapa tombol. Sesaat kemudian, sepetak lantai di dekat situ terbuka dan mengeluarkan 3 robot manekin manusia dari dalamnya. "Kan kuajarkan caranya mengecoh ketika berada di area terbuka,"ucap Stevano sambil mengambil ancang-ancang. Dassshh....ia langsung nge-dash dan menebas robot terdepan dan membuatnya rusak seketika, lalu ia mundur beberapa langkah dan berlari memutari mereka. Robot-robot itu tidak tinggal diam, mereka langsung mengejar Stevano dan bersiap untuk menghantamnya. Saat jarak mereka hampir dekat, BLUSSHH.... ia langsung ngedash kesamping kiri salah satu robot dan menebas perutnya. CRASSHH,, robot itupun langsung terbelah menjadi 2 bagian.
Melihat temannya dihancurkan begitu saja, robot terakhir langsung menghantam Stevano bertubi-tubi BRAK!BRAK!BRAK!BRAK..... , tapi untungnya, ia sudah menghindar kebelakang robot itu lebih dulu. SRINGG!SRINGG!...CRASSHH, Stevano dengan gampangnya membelah robot terakhir itu menjadi 3 bagian dalam sekejap.
"Wooooaaahhh..."ucap Revan dan Bryan bersamaan, "Itu tadi contoh kecilnya. Kalian harus mempunyai stok stamina yang sangat besar untuk melakukan dash sebanyak yang kalian mau."terang Stevano seraya merapikan sampah robot yang ia hasilkan barusan. "Keren sihh....tapi ternyata nggak selincah yang kukira."ucap Revan sedikit kecewa, "Ya karena aku termasuk kelas pelindung, bukan kelas penyerang seperti kalian. Kelebihanku terletak pada perlindunganku yang kuat."jelas Stevano. "Baiklah kalau begitu, kita akan berlatih lebih....tunggu sebentar, bagaimana pak Stevano bisa tahu kelas kami padahal kekuatan kami saja,kita tidak tahu?"tanya Bryan, "Ohh...itu mudah, karena kalian mengunakan senjata khusus untuk langsung menyerang habis-habisan lawan, sementara pedangku ini tidak didesain seperti milik kalian, tapi cukup untuk menahan dan menghabisi musuh yang datang menghadangku."," Trus, hubungan senjata ini dengan kekuatan kristal kita apa dong?"tanya Revan. "Sebenarnya, hanya sebagian crystal core yang memiliki senjata khasnya. Mereka yang memiliki senjata, berarti memerlukan perantara untuk mengeluarkan kekuatan penuh dari crystal core mereka. Biasanya, crystal core tipe inilah yang memiliki kekuatan penghancur terbesar diantara yang lainnya. Tapi manusia dan makhluk lainnya, tidak serta merta menggunakan kekuatan crystal core sesuka hati. Karena menggunakan kekuatan crystal core sama saja kalian menghisap stamina kalian dalam jumlah yang cukup besar."lanjut Stevano. Revan dan Bryan pun mengangguk bersamaan dan memutuskan untuk melanjutkan kembali latihan menambah stamina mereka seraya memikirkan beragam pertanyaan untuk kedepannya.
Sementara itu, di arena bagian timur, tempat Anisa, Alicia dan Pak Mi'un latihan...
CTASS!CTASS!CTASS!CTASS!...
Suara tembakan panah dari listrik bergaung di seluruh arena bagian timur. Terlihat Anisa dengan seragam yang sama dengan Revan dan Bryan sedang kesusahan menembaki bayangan Pak Mi'un dengan zirah akuamarinnya yang berpindah kesana-kemari menggunakan busur cahayanya. Banyak tembakan meleset dan banyak juga yang mengenai, tapi hanya terkena bayangannya saja. "Panahlah yang menurutmu perlu untuk dipanah"ujar Pak Mi'un yang sedang tak terlihat wujudnya. "Gimana caranya pak?, bapak nyerangnya dari segala arah soalnya"jawab Anisa sedikit kesal. "Kau akan tahu saat hal itu terjadi". Tepat setelah megatakan itu, Pak Mi'un lalu ngedash dari belakang Anisa dan mengayunkan lengan kanannya untuk meninju punggung Anisa. ZLETTT!!!...CTAS!CTAS!, untungnya Anisa sempat menghindar dan balas memanah balik, lalu mengenai lengan dan pinggang Pak Mi'un yang langsung membuatnya terjatuh.
"Hebat sekali sa!...kelincahanmu sudah mulai terlihat untuk standar kelas jarak jauh."puji Pak Mi'un sambil bangkit dari posisi duduknya. "Makasih pak!, tapi, aku masih belum ngerasain apa-apa di tubuhku, kecuali capek.","Memang agak terlambat hasilnya, malah Alicia dulu sampai 2 tahun baru muncul kekuatannya.","Emang kenapa harus muncul terlambat? Kan kita udah dapat core sama changernya, kurang apa lagi pak?!","Sabar...., crystal core juga perlu waktu untuk beradaptasi dengan tubuh penggunanya. Bisa jadi tubuhmu itu unik, lalu kau mendapatkan kemampuan ganda kayak Alicia," Pak Mi'un menunjuk pada Alicia yang sedang sibuk menekan sesuatu di panel layar tabletnya. "Hah? Apa aja kemampuannya pak?","Dia bisa menyembuhkan luka, dan satunya lagi sangat berbahaya untuk diceritakan disini,"ujar Pak Mi'un gelisah. "Emang kenapa ber...ehhh...." Pak Mi'un lalu menyeret Anisa agak menjauh dari situ.
Saat dirasa sudah aman, pak Mi'un melanjutkan,"Dia kalau marah, dia bisa jadi monster dalam artian sesungguhnya.", "Monster gimana pak?, saya lihat-lihat baik aja tuh, cantik pula, meski siluman kucing sih."ujar Anisa tak percaya sambil melirik sedikit kearahnya. "Itulah yang kamu nggak tahu. Juga jangan sekali-kali ganggu dia pas sibuk atau merusak barang-barangnya, nanti wujud monsternya ke trigger!(kepancing)"seru Pak MI'un dengan suara kecil. "Hmm.... kira-kira, wujudnya kayak gimana ya??"tanya Anisa penasaran, "Kutekankan JANGAN deh, susah kalau dia dah jadi..." "Pak Mi'un!!, itu kucing siapa?!" potong Revan yang tiba-tiba datang karena melihat ada kucing putih kecil melintas didekat mereka.
Karena kurang hati-hati, Revan lalu tersandung kakinya sendiri dan menyenggol rak bunga disampingnya. PYARR!!.... salah satu pot bunga lili kecil milik Alicia jatuh dan pecah berserakan di lantai. "Aduh....maaf pak, nggak sengaja"ucap Revan sambil mengaduh kesakitan. "Mungkin minta maaf nya bukan ke aku....tapi ke dia...." Pak Mi'un menunjuk kecil ke arah seseorang. Revan lalu mengikuti arah tunjuknya. Saat ia melihat Alicia, tiba-tiba muncul aura mencekam yang sangat kuat, juga jarak penglihatan mereka mulai menggelap. Alicia, yang sedang marah besar, matanya lalu berubah menjadi warna merah darah dan muncul urat tubuhnya yang membesar. "O...ooh, ini bukan pertanda baik,"ucap Revan kikuk.
BLAAARRRR!!!...MEEOOOOONNGGHH!!!
Alicia tiba –tiba berubah menjadi raksasa menyerupai kucing yang sangat besar hingga menyentuh langit-langit arena. Tubuhnya berbulu lebat, pada bagian rambut kepala juga memanjang. Gigi taring besarnya juga mencuat keluar dari mulutnya hingga menambah kesan seramnya. "Kan baru aja tak bilangin, udah kejadian aja noh," ucap Pak Mi'un pasrah sambil memasang ancang-ancang. Alicia, yang sudah jadi raksasa, langung maju menerjang dan akan menyakar Revan. Saat jarak mereka sudah hampir dekat, "Hahh....baru aja belajar, udah dikasih ujian hidup, okelah kalau begitu. HYAAHH!!..." Revan lalu berteriak dan berubah menjadi Crystal Ranger yang masih tanpa helm. "Nah..., kalau gini kan lebih aman...UAAAGHH!!...."Revan yang belum menyelesaikan kalimatnya langsung ditampol dengan telapak kucing si Alicia hingga terlempar ke dinding arena, BRUUAAK!!, saking kuatnya tampolan itu hingga membuat Revan tersangkut di dinding arena.
"Hadeh...anak ini. Pakai armor doang bukan berarti kebal serangan kocak!!" ucap Bryan yang barusan datang dan sudah mengenakan armornya bersama si Stevano. Revan yang mendengarnya hanya mengacungkan jempolnya sambil memberi isyarat 'safety first'. Tak lama kemudian, semua orang sudah berkumpul untuk menghentikan Alicia yang sedang mengamuk.
Revan yang sudah keluar dari tembok lalu maju paling depan sambil berpose menyerang, "Sekarang atau tidak selamanya!, HUAAAA!!!...."
Beberapa jam kemudian...
Ketiga anak itu dalam perjalanan pulang kerumah karena sudah sore hari. Pakaian mereka terlihat lusuh karena hasil latihan tadi, tapi kekuatan mereka belum kunjung menampakkan diri. Energi mereka terkuras habis untuk membantu menghentikan Alicia yang tadi mengamuk hebat. "Huhh....dapet kekuatan enggak, capek iya,, nasib..nasib..."eluh Revan, "Sudahlah...emang orang kuat kan juga perlu proses. Lagipula salahmu pakek acara nendang pot bunganya Alicia segala!" jawab Anisa kesal. "Hush..diam!, orang lagi ingin istirahat malah rame aja!"tegur Bryan yang sama kesalnya (Tanpa menghadap ke mereka).
Lalu, hening menyelimuti mereka. Sepanjang perjalanan , tidak ada lagi yang mengeluarkan suara, karena semua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Saat mereka sibuk mengayuh sepeda mereka, ada seseorang yang seperti memanggil nama mereka, tapi tidak terlihat siapapun disekitar mereka. Saat mereka lengah, tiba-tiba mereka dihadang oleh seorang petani yang bajunya lusuh berantakan. Sontak saja mereka mengerem mendadak dan untungnya mereka tidak menabrak si petani. "WOY!! PAK SOBI!, Nggak usah ngagetin gitu lah pak!"bentak Revan karena kaget. Anisa juga sama terkejutnya, tapi beda halnya dengan Bryan yang sampai tertekan batinnya (Shock berat).
"Hehehe, ya maap, toh ente juga banyak salahnya kan?","Ish..sudahlah, emangnya ada apa ya pak?"tanya Anisa. "Jadi gini, ane boleh minta tolong nggak sama kalian? Bantuin ngarit rumput doang kok, gak banyak, pliss yah?"mohon Pak Sobi, "Emang kenapa nggak bapak arit sendiri? Kan cuman sedikit,"tanya Bryan mulai curiga. "Yee..kan ane udah ngarit buanyak tuh! Trus mesin pengairnye rusak, nah ane takut tu rumput ngerusak jagung ane, makanya ane minta tolong sama ente-ente ini!"terang Pak Sobi panjang lebar. "Tapi, ini..." "Udahh, nggak usah khawatir, udah bapak siapkan konsumsi deh! Banyak pula."ucapan Revan terpotong oleh tawaran menggiurkan Pak Sobi. Pasalnya, mereka dari siang belum makan sama sekali. Maka dari itu, mereka tanpa pikir panjang langsung menyetujui itu, lalu menepi dan memarkirkan sepeda mereka di dekat kebunnya.
Mereka bertiga, yang sudah siap dengan peralatan, lalu masuk ke dalam kebun jagung. Saat Pak Sobi sudah tidak terlihat sama sekali, Bryan lalu mengajak Revan dan Anisa ke tempat yang sepi dan tak terdengar suara dari luar. "Eh...kalian nggak merasa aneh ta sama Pak Sobi?"tanya Bryan, "Nggak tuh, dianya biasa aja, tapi alasan permintaannya aja yang agak aneh,"jawab Anisa, "Jangan berburuk sangka dulu guys, paling rumputnya habis kena obat penguat biar cepat merusak tanamannya, gituu,"sanggah Revan, "Bukan itu...mungkin aja sih bener, tapi bukan alasan itu yang aku permasalahkan.","Trus apa loh"tanya Revan mulai penasaran, "Pak Sobi kan nggak punya alat pengair otomatis, trus dia kan paling nggak bisa memperbaiki mesin-mesin gitu.","Tapi tetap saja manuk akal, mungkin dia habis belajar kan bisa?"sangkal Revan lagi, "Juga...ini yang paling aneh. Matanya terlalu bening sampai aku bisa lihat isinya, juga tidak ada urat atau darah atau apapun itu yang harusnya ada di dalam mata."terang Bryan serius.
"Nahh,, itu teman kalian jeli juga matanya,"ucap Pak Sobi yang sudah dibelakang mereka. Sebelum mereka terkejut akan kehadiran tiba-tibanya, 'Pak Sobi' langsung menyemburkan slime hijau dari tangannya yang cukup banyak ke arah mereka dan membuat mereka tidak bisa bergerak sama sekali. "Siapa kau?!!, apa yang kau lakukan dengan pak Sobi heh!!"bentak Anisa sambil mencoba melepaskan diri dari cairan slime yang mulai mengeras itu.
Perlahan, tubuh 'Pak Sobi' mulai meluntur dan berganti menjadi tubuh pria yang mengenakan jas dan kemeja hitam putih serta mengenakan topi fedora abu-abu. "Perkenalkan, namaku Mr. Nanet Nagnijab. Kutekankan dulu jika kalian tidak akan bisa keluar dari slime itu selama aku menginginkannya. Selanjutnya, serahkan kristal kalian semua jika ingin selamat."ujarnya panjang lebar dan tanpa ekspresi. "Tidak!! Kau tidak akan pernah dapat kristal ini dari kami!"bentak Revan seraya mencoba berubah menjadi Ranger. "Hahaha....ada apa dengan tanganmu itu nak ?, usaha yang sia-sia untuk melawanku."ejek Nanet. "Lepasin kita!, kau memang minta dihajar!?"ujar Bryan tegas, "Coba saja kalau kau bisa heh bocah!"tantang Nanet.
Sementara mereka berusaha berusaha untuk lepas dari situ, seorang gadis berambut pirang panjang mengintip mereka dari jarak yang tak mungkin dilihat oleh mereka. "Huh...apa aku harus menolong mereka?"ucap gadis bersuara lembut itu.
(Bersambung)
Sorry Part ini agak lama, soalnya penulisnya lagi butuh inspirasi. Hehehe :)
Tolong vote dan komennya ya?! PLISSS :)