Ketika jam tujuh lewat, Nicolai sudah selesai.
Tangannya dipenuhi darah kering dan setiap orang yang melihatnya berjalan turun dari bangunan tempat dia tinggal tampak terlalu khawatir. Namun, Nicolai tidak peduli.
Bahkan gagasan mereka memanggil polisi pun tidak membuatnya takut.
Mereka bisa menghisap bolanya sejauh yang Nicolai peduli.
Bagi mereka, kekerasan mungkin sesuatu yang sangat dihindari tapi bagi Nicolai, itu satu-satunya cara untuk bertahan hidup. Jika dia tidak menghajar orang sampai mereka terkapar, babak belur—dia pasti akan meledak. Tragis sekali.
Dan jika dia meledak maka dia akan menyeret banyak orang bersamanya.
Bangsat-bangsat ini seharusnya bersyukur kalau dia tidak melakukan hal seperti itu. Dan namun mereka menatapnya seolah dia telah melakukan kejahatan.
Dia sudah menunjukkan banyak kebaikan, sialan! Apa lagi yang mereka inginkan dari dia!?
