Dengan postur tubuhnya yang tinggi dan mata abu-abu tajam yang seolah mampu menembus jiwa seseorang, Tuan Tua Nelson tampak sebagai orang yang tidak memiliki sedikit pun emosi. Namun tentu saja, itu berubah saat ia membuka mulutnya,
"Noah, bukankah aku sudah meminta ibumu untuk mengirim Ari bersamamu? Mengapa dia tidak ada di sini?" Mister Adrien bertanya sambil menatap cucunya dengan pandangan penuh kecaman. Pada saat yang sama, pandangannya bergerak dari satu ujung lorong ke ujung lain, seolah dia mengharapkan Ariana memberinya kejutan.
Noah merasakan tubuhnya gemetar di bawah tatapan kakeknya. Meskipun Mister Adrien sudah tidak lagi sama seperti dulu, Noah tahu bahwa pisau yang tumpul bukan berarti tidak dapat menyakiti.