Chereads / PERINGATAN! / Chapter 2 - Perseteruan dengan Ayah

Chapter 2 - Perseteruan dengan Ayah

Seraphina menyanyikan lagu di atas panggung dengan penuh keyakinan, menampilkan senyum yang menawan dan pesona yang memikat semua penonton. Suaranya yang merdu memenuhi udara, mengalun penuh emosi dan menghipnosis pendengarnya.

Saat Seraphina menyanyikan lirik terakhir, panggung dipenuhi dengan tepuk tangan meriah. Dia melihat ke sekelilingnya, mata yang berkaca-kaca karena terharup. Ia merasa seperti melayang di atas awan, terbang bebas dalam imajinasinya.

Namun, kebahagiaan Seraphina tidak bertahan lama. Saat dia turun dari panggung dengan hati yang masih berdebar, dia melihat ayahnya berdiri di tengah kerumunan dengan wajah yang menampilkan kemarahan dan kekecewaan. Ayah Seraphina menatapnya dengan tatapan tajam, mengeluarkan aura kebencian dan kekecewaan yang begitu dalamnya.

Wajah Seraphina berubah pucat, dan matanya memperlihatkan kebingungan. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya begitu marah kepadanya. Dia berusaha mencari jawaban di dalam tatapan dingin Ayahnya, tetapi tidak ada kehangatan atau pengertian yang bisa ditemukan.

"SERAPHINA! Jadi, kamu berselingkuh dengan Alex si pemain piano itu?" murka Ayah Seraphina menatap wajahnya itu.

Seraphina berusaha untuk memberikan senyuman, "Ayah apaan sih? Kok bilang gitu?" tanya Seraphina sambil tersenyum, menunjukkan dia masih ceria dan baik-baik saja.

"Tidak usah pura-pura tidak tahu. Sejak kapan kamu berhubungan dengan bocah ingusan itu, HAH?!" kata Ayah Seraphina kasar.

"Ayah, Alex hanyalah rekan kerjaku. Dia teman yang memainkan piano untukku sambil aku bernyanyi. Tidak lebih," ucap Seraphina mencoba menjelaskan.

Ia pikir Ayahnya belum memahami soal dunia entertainment. Sehingga, sang Ayah mengira dunia keartisan selalu tentang perselingkuhan.

"Kamu memang anak sialan dan tidak berguna! Tidak usah bohong sama Ayah, Ayah tahu si pianis rendahan itu suka sama kamu. Ingat! Kalau saat ini, kamu sedang bertunangan dengan John," kata Ayah Seraphina membuat hatinya terkoyak.

Seraphina mendekati ayahnya dengan langkah ragu, berharap bisa menjelaskan kebenaran. Namun, sebelum dia bisa membuka mulutnya lagi, Ayahnya langsung menghujani Seraphina dengan kata-kata kasar.

Kata-kata itu terdengar seperti pukulan ke wajah bagi Seraphina. Dia merasa terhina dan hancur oleh kata-kata ayahnya. Ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. Seraphina tidak ingin memberikan kepuasan kepada Ayah Seraphina dengan menunjukkan berapa dia terluka.

Dalam keheningan yang tegang, Seraphina memandang ayahnya, berusaha menyembunyikan kesedihannya bahwa dia adalah anak yang tidak diinginkan. Seraphina berharap suatu hari ayahnya akan membuka matanya dan memahami bahwa dia tidak bersalah. Seraphina berjanji untuk tidak menyerah.

Dengan langkah berat, Seraphina melangkahp pergi, menminggalkan ayahnya yang masih dipenuhi amarah. Dia berjalan menjauh, mencoba menenangkan hatinya sendiri dan mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan perjalanannya.

"Aku prihatin dengan Seraphina. Jika Ayahnya kemari selalu bersikap kasar dan menghina. Aku salut dengan ketabahan Seraphina, " ucap salah seorang staf panggung.

"Benar, Seraphina selalu menunjukkan sikap tenang. Dia selalu berusaha untuk terlihat bahagia meskipun hatinya terluka," timbal yang lain.

"Semoga suatu hari Seraphina akan mendapatkan pengakuan dari ayahnya dan semoga SeraSeraphina akan menemukan kebahagiaan," kata staf yang lebih mengenal Seraphina itu.

"Aku harap itu terjadi." Mereka pun kembali ke tugasnya masing-masing.

Lisa, manajer Seraphina, melihat Seraphina berjalan menuju ruang ganti. Langkahnya terburu-buru. Lisa merasa khawatir dengan kondisi Seraphina setelah melihat perseteruan yang terjadi antara Seraphina dan ayahnya. Lisa tahu betapa beratnya beban emosional yang harus ditanggung oleh Seraphina. Dia ingin memastikan bahwa Seraphina baik-baik saja.

Lisa mendekati Seraphina dengan hati-hati, mengamati ekspresi wajahnya. Namun, Seraphina dengan cepat tersenyum saat melihat Lisa mendekat.

"Seraphina, kau baik-baik saja?" tanya Lisa dengan suara lembut, mencoba menunjukkan kepeduliannya.

Seraphina tersenyum lebar dan menjawab, "Hai, Lisa! Aku baik-baik saja. Tadi pertunjukannya berjalan dengan baik, kan?"

Lisa melihat melalui senyuman Seraphina, dia tahu bahwa Seraphina sedang berusaha menyembunyikan kesedihannya. Namun, dia memutuskan untuk tidak memaksa Seraphina untuk membuka diri jika Seraphina belum siap.

"Ya, pertunjukan musiknya luar biasa, Seraphina. Kamu benar-benar menghipnotis penonton dengan suaramu yang indah," puji Lisa dengan tulus.

Seraphina merasa hangat mendengar pujian Lisa. Meskipun berusaha menyembunyikan kesedihannya, Seraphina masih berharap Lisa bisa membantunya.

"Terima kasih, Lisa. Aku senang kamu menyukainya," jawab Seraphina dengan senyum yang sedikit terpaksa.

Lisa merasa ada yang tidak beres, tetapi dia memutuskan untuk menghormati privasi Seraphina. Lisa tahu bahwa Seraphina akan membuka diri jika dia siap.

"Kalau begitu, mari kita bicarakan jadwalmu untuk minggu depan. Ada beberapa proyek menarik yang mungkin kamu sukai," kata Lisa dengan nada yang berusaha mengalihkan perhatian.

"Oke, silakan keluarkan apa saja proyek yang menarik," jawab Seraphina sambil tersenyum lebar.

Seraphina melangkah keluar dari gedung dengan sorakan penggemar yang meriah. Dia merasa puas dengan penampilannya yang memukau. Dia juga senang melihat bagaimana musiknya dapat menginspirasi orang lain, meskipun itu tidak diakui oleh ayahnya. Namun, Seraphina tidak menyadari bahwa seorang pebisnis wanita tampak terpesona oleh penampilannya di tengah kerumunan penonton.

Pebisnis wanita itu tidak bisa menyembuhkan kekagumannya. Dia tersenyum puas saat Seraphina turun panggung. Tiba-tiba, Lisa muncul di samping pebisnis wanita itu dengan senyuman lebar.

Pebisnis wanita itu mendekati Seraphina dengan kagum. Dia ingin tahu lebih banyak tentang perjuangan Seraphina di dunia musik.

"Maaf, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji bakatmu, Seraphina. Maukah kamu bercerita sedikit tentang perjuanganmu dalam menjadi penyanyi?" tanya pebisnis wanita itu dengan suara lembut.

Seraphina merasa terharu karena pebisnis wanita itu tertarik padanya. Dia merasa ini adalah kesempatan untuk berbagi kisahnya dengan orang lain.

"Tentu, dengan senang hati. Sejak kecil, aku memang memiliki hasrat yang besar di dunia musik. Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Ayahku tidak pernah mendukung atau mengakui bakatku. Dia selalu menganggapku sebagai anak pembawa sial," cerita Seraphina dengan suara yang penuh emosi.

Seraphina mengajak pebisnis itu ke ruang tamu untuk mengobrol lebih nyaman. Seraphina duduk di ruang tamu yang nyaman, dihadapkan pada pebisnis wanita yang tampak tertarik dengan kisah perjuangannya. Dia merasa sedikit gugup, tetapi juga bersemangat untuk berbagi perjalanan hidupnya sebagai penyanyi.

"Aku tumbuh dengan lagu-lagu yang dinyanyikan ibuku. Sayangnya, dia menghilang setelah aku dilahirkan," ujar Seraphina sambil membayangkan sosok ibunya. "Saat kecil, aku sering bersembunyi di sudut kamar dan menyanyikan lagu-lagu kesukaanku dengan semangat. Musik adalah pelarian dari kehidupan yang penuh kekosongan. Aku merasa hidup saat menyanyi," lanjut Seraphina dengan suara hangat.

Lisa, yang juga hadir di sana, tersenyum. Dia tahu betapa besar perjuangan Seraphina dalam mengejar mimpinya.

"Saat remaja, aku mulai mengikuti berbagai kompetisi menyanyi dan audisi. Perjalanannya tidak selalu mulus. Aku seringkali menghadapi penolakan dan kegagalan," kata Seraphina dengan suara penuh keberanian.

Pebisnis wanita itu mengangguk. "Kamu tidak menyerah, bukan? Aku yakin kamu menghadapi banyak tantangan selama perjalananmu."

Seraphina tersenyum, "Benar, ada banyak suka di balik senyum yang terlihat di atas panggung. Namun, setiap kegagalan dan penolakan hanya membuatku semakin kuat. Aku belajar untuk bangkit dan terus berjuang demi impianku."

Pebisnis wanita itu mengangkat gelasnya dan tersenyum, "Seraphina, aku sangat terinspirasi oleh ceritamu. Aku ingin kamu menjadi penyanyi di acara pernikahan saudaraku. Maukah kamu bersedia?" tanyanya.

"Secepat itu Anda berbicara dan mengambil keputusan? Baiklah, saya setuju. Saya akan tampil di acara saudara anda," jawab Seraphina.

"Aku harap kamu bisa memukau para tamu serta membuat meriah acara kami," kata pebisnis wanita itu sambil menyerahkan kartu namanya.

Saat Seraphina membaca kartu nama pebisnis wanita itu, ia melihat nama belakangnya 'Maxwell'. Nama itu membuatnya terkejut karena sama dengan marga John, tunangannya.

Seraphina mengingat-ingat sosok John yang pernah berkencan satu malam dengannya. Pria itu bertubuh atletis dengan tinggi 180 cm. Matanya berwarna biru, sorot matanya tajam, bibirnya tipis dan rahangnya tegas.

John merupakan pria yang sukses berbisnis di usia muda, Seraphina tersenyum kala mengingatnya. Keluarga John juga cukup terkenal di kota sebab kekayaannya. Apakah mungkin wanita pebisnis ini ada hubungannya dengan John?