Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

High School: Freedom

🇮🇩Aguzta_setia
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.1k
Views
Synopsis
Sekolah Kebebasan, bentrokan, pertarungan, dan gangster. Sebuah sekolah laki-laki yang mencari jati diri, sebuah cerita fiksi tentang murid sekolah yang selalu berapi-api di sifat ego dan emosionalnya. Dia berusaha mencari jati dirinya, seperti anak remaja pada umumnya yang berpikiran bahwa dunia luas ini harus dijejaki. Demi cita-citanya, dia membulatkan tekad dan menguatkan mentalnya di mulai dari menjadi pemimpin para remaja yang nakal.

Table of contents

Latest Update1
Bab 16 months ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

Part: 1

Jati Diri

Di pinggiran kota Semarang telah tumbuh seorang anak yang sederhana, dia nampak seperti anak pada umumnya di usianya yang beranjak remaja. Tapi dia memasuki sekolah SMA di usia 17 tahun, karena ayahnya sering berpindah-pindah kerja mengikuti bosnya itu berdampak pada sekolahnya yang harus mengulang kelas saat masuk sekolah baru. Dan bukan hanya itu saja, dia sering mengalami kehidupan yang keras di keluarga, lingkungan sekitar, dan lingkungan sekolah. Dia di paksa mengalami semua hal itu di usia anak-anak hingga remaja, hingga mental dan tekadnya terbentuk menjadi kuat.

Meskipun begitu, pada dasarnya dia memiliki kepribadian yang baik yang membuatnya memiliki banyak teman. Saat kelas 3 SMP, dia menjadi pemimpin gangster kecilnya yang berjumlah 16 orang. Anggotanya merupakan teman sekelasnya sendiri, dia di sebut sebagai kepala siswa SMP di salah satu sekolah SMP swasta di Kota Bekasi. Saat dia mendeklarasikan diri sebagai pentolan di sekolahnya, banyak kelompok dari kelas lain yang ingin menjatuhkannya. Tapi itu sia-sia saja, dia sangat kuat dalam bertarung meski berat tubuhnya hanya 47 kilogram dan tingginya 155 sentimeter. Dia bukan hanya kuat, tetapi dia juga mengetahui kelemahan manusia. Karena dia pernah mempelajari ilmu bela diri dari sekolah dasar, meski melawan 4 orang pun dia masih sanggup berdiri.

Hingga akhirnya dia berhasil membesarkan kelompoknya menjadi 45 orang, meski ada beberapa faksi di kelas 3 lainnya dia menjadi faksi terbesar di kelas 3. Namanya menyebar luas sampai ke telinga sekolah musuh bebuyutan, hingga terjadi ketegangan di dua kubu sekolah itu. Setiap pulang sekolah selalu terjadi bentrokan kecil di beberapa jalur pulang, faksi kelas lain pun menjadi korban dari serangan musuh. Akhirnya, faksi yang berbeda itu sepakat untuk gencatan senjata dan bersatu bersiap untuk serangan balik.

Di hari kamis waktu pulang sekolah, 4 orang menghampiri sekolah musuh dan meninggalkan selembar surat tantangan ke salah satu siswa yang berhasil di tangkapnya. Faksi dia dan faksi lain bersiap untuk perayaan tatap muka, mereka semua sangat bersemangat karena ini adalah perayaan semester terakhir kelas 3. Tepat di hari sabtu tengah hari, kedua kubu bertatap muka dan bersiap untuk tawuran. Sesuai perjanjian antar laki-laki menggunakan tangan kosong, tanpa ada yang menggunakan senjata apapun karena setiap tawuran sekolah selalu di awasi oleh Sekolah SMA. Aturan mutlak yang tidak boleh di langgar, aturan ini juga berlaku untuk anak SMA juga karena tragedi buruk tidak ingin terulang kembali.

Dia mempin di barisan depan, di belakangnya berjumlah 75 orang dari 5 faksi di ikuti faksi netral berjumlah 15 dengan total yang bergabung 90 siswa. Di pasukan musuh berjumlah 105 orang, di kubu musuh hanya ada 1 pemimpin dan yang mengikutinya 7 orang yang setingkat pemimpin faksi. Medan pertempuran di lahan kosong sangat cocok untuk hal seperti ini, karena jauh dari pemukiman warga dan jauh dari jalan raya.

"Kalian yang memulai semua ini, tentu saja kami akan membalas!"

Teriakan itu menandakan di mulainya pertempuran dua kubu sekolah itu, semua orang berlari saling bertabrakan, baku hantam yang tak terelakan, pukulan demi pukulan di daratkan di wajah musuh. Semua orang saling saling merapat untuk menghajar musuh, hal itu sangat menarik bagi penonton siswa SMA yang bertugas sebagai pengawas. Pemandangan yang seperti budaya yang melekat di dalam pelajar saat ini, perbedaannya saat ini di larang memakai senjata tajam dan sejenisnya berbeda dari jaman dulu.

"mampusss!!! "

"aaaahhhh sakit!!!! "

"hahahaha"

"rasakan ini!! "

Berbagai macam teriakan muncul dari bentrokan itu, meski separuh dari kedua kubu itu mundur dan terjatuh tapi masih ada yang berdiri. Meski wajah sudah babak belur, beberapa dari mereka tetap bertarung. Dan dia mulai bertarung dengan pemimpin musuh, beradu tinju, tendangan, hal itu sangat menarik perhatian banyak orang. Dia terjatuh, bangkit lagi, jatuh lagi, hal yang wajar karena dari fisik musuh tidak berimbang dengan dia. Tetapi berkat pernafasan dan pengetahuan bela dirinya, dia berhasil membalikkan keadaan. Dia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, selalu memberikan pukulan telak kepada musuh. Saat pukulan terakhirnya berhasil menumbangkan musuhnya bentrokan itu pun berhenti, dia berhasil membungkam musuh sekolahnya.

Bagi orang lain dan penonton pertarungan ini sangat hebat, karena pertarungan tangan kosong tanpa senjata itu sangat memicu adrenalin setiap laki-laki. Seorang pengawas datang untuk menghentikan bentrokan ini, bagi mereka kemenangan ini hanya untuk sekedar membungkam bukan untuk menjadi juara. Karena mereka semua tahu, hal ini sangat tidak baik bagi dirinya maupun semua orang yang terlibat.

~~~~

Hari kelulusan pun tiba, dia berpamitan kepada teman-temannya karena akan kembali ke kota asalnya. Meski berat baginya, tapi hal ini tidak bisa di hindari lagi. Tapi dia juga senang karena akan kembali ke kota kelahirannya Semarang, dan teman-teman masa kecilnya sudah menunggu dia desa asalnya.

Kelvin Krismawan adalah nama aslinya, dia saat ini bersiap berangkat ke kota Semarang. Karena masalah umurnya yang 17 tahun, dia memasuki sekolah swasta di daerah Semarang barat. Sekolah yang biasa saja, tetapi sebagian dari mereka adalah murid pindahan yang bermasalah. SMA Tunas Sebangsa, sebuah sekolah yang memiliki cerita menarik yang di huni oleh siswa dari berbagai sudut kota Semarang.

Kelvin sudah mendengar cerita itu, bahkan 3 teman masa kecilnya juga di sekolah yang sama.

"hey!! bagaimana kalau aku yang menguasai sekolah itu? "

Sontak semua teman-temannya tertawa mendengar hal itu, bagi mereka itu tidak mungkin karena banyak siswa yang kuat. Bahkan sekolah itu sudah trending di kota Semarang, tidak ada yang bisa membuat sekolah itu kocar-kacir.

Heri sedikit meremehkan..

"hahaha tidak mungkin, di sana belum ada yang menjadi pemimpin bahkan saat ini belum ada juga"

Martin sedikit mengoreksi...

"benar katamu, tpi di sana ada beberpa faksi di setiap kelas"

Yulianto menyambung...

"ya kau benar, tapi saat ini aku, kau, dan kalian semua masih kelas 1. Tidak mungkin memimpin sekolah itu, kita harus membuat faksi besar untuk menghadapi rintangan. Menurut aturan siswa kelas 3 yang berhak menjadi pemimpin, yahh meski saat ini belum ada."

Yulianto sangat mengetahui situasi sekolah Tunas Sebangsa itu, karena saudarnya yang kelas 3 ada di sana. Saudaranya berada di faksi netral, tentu saja dia dapat dengan mudah menerima informasi penting.

"sangat menarik, yahh aku saat ini hanya ingin bersantai sebentar"

Kelvin masih kepikiran hal lain, tetapi dia sangat mengingat kejadian yang kelam itu. Baginya, masih dapat menikmati hidup ini adalah hal yang menyenangkan. Dia mencari jati dirinya, dia masih memiliki ego tinggi karena pengaruh trend yang berkembang di kalangan anak muda.

Dalam hatinya berkata...

"(aku ingin mengulang kisah masa SMP lagi di sekolah ini) "

Kelvin tidak mengetahui bahwa jalan yang dipilihnya sangat terjal, tentu saja di dalam sekolah itu di huni orang-orang kuat..

Tekad yang sudah di bulatkan, dia menapaki jalan yang dipilihnya..

Welcome To High School T-Beng'z