Kedatangan yang bagaikan badai
---
Namanya Rain Anastasya, seorang anak yang dulunya lahir dan tumbuh besar di jalanan. Bersama seorang ibu muda yang dengan susah payah menghidupinya, Rain tak sekalipun mengenal sosok sang ayah.
Di usianya yang masih sangat belia, Rain telah melihat dan melewati pengalaman hidup berat, yang mungkin tak seorang pun dari orang dewasa dapat bayangkan.
Saat air hujan mengguyur jalanan, Rain selalu menjadi orang yang tak pernah menghindarinya. Begitu pun panasnya matahari yang memanggang, Rain senantiasa menantang. Ia lakukan itu semua bukan karena dirinya mau, tapi karena nyatanya hidup yang keras ini memaksanya untuk begitu.
Hingga suatu hari, seorang pria paruh baya dengan setelan modis datang menghampirinya.
Kedatangan pria itu bagaikan badai dalam hidup Rain, ia menjungkirbalikkan kehidupannya hanya dengan sepatah kata yang terucap dingin dari bibirnya.
------
Sebuah bungkusan bulat yang di letakan di bawah lampu jalanan, begitu menarik perhatian seorang wanita muda yang berjalan sedikit terseok-seok dengan tangan yang menarik sebuah koper besar.
Suara tangis bayi di malam yang dingin dengan tumpukan salju di mana-mana, menjadi sebuah perpaduan yang dapat mengiris hati nurani ibu manapun yang melihatnya.
Dengan ragu dan perlahan, wanita muda itu mencoba membuka bungkusan itu dan nampaknya seorang bayi yang terlihat menggigil kedinginan.
Mendengar dan melihat bagaimana tangis bayi kecil itu seketika membuat hatinya terenyuh, wanita itu merasa jika pertemuan mereka adalah sebuah takdir, dimana dirinya hidup sendiri di jalanan dan bayi itu yang juga di tinggal sendiri di jalanan.
"Bayiku yang malang, meskipun aku penuh kekurangan aku akan mencoba merawat mu sebaik mungkin. Jangan khawatir, ibu akan mencintaimu." ucap wanita itu membelai pipi si bayi dengan lembut.
Bayi kecil yang tadi menangis keras kini mulai tenang dalam dekapan hangat wanita itu, di temani guyuran salju dan suhu dingin. Sebuah kehangatan kecil melingkupi sudut gang gelap di kota itu, dimana seorang ibu baru saja terlahir.
------
"Wah, lucunya.." pekik seorang wanita yang baru saja berjalan keluar dari stasiun subway.
"Hei, nak siapa namamu?" tanya pengunjung subway lainnya.
"Bu, putri anda cantik sekali." ucap yang lainnya, tak lupa dengan pekikan gemas juga.
Empat tahun berlalu, semenjak wanita itu menemukan sebuah bayi saat musim dingin. Sekarang bayi itu telah tumbuh sehat, dan begitu di sukai oleh yang berpapasan dengan mereka.
Maria nama wanita yang merawat bayi itu dengan penuh ketulusan selama ini, hanya tersenyum kecil. Jauh di lubuk hatinya wanita itu merasa bangga dengan putri kecilnya itu.
Maria yang awalnya seorang runaway dan hidup terlunta-lunta, kini memutuskan untuk mulai bangkit dan bekerja keras demi putrinya. Seperti hari ini, dini hari saat matahari baru saja menetas, Maria sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Menyusuri jalanan dan mengutip sampah plastik sudah menjadi hal biasa bagi Maria, bersama dengan bayinya ia bertahan hidup dengan keras. Hingga kini bayi itu telah tumbuh menjadi bocah kecil yang lucu, sekaligus menjadi obat dikala lelah menerpa tubuhnya selepas bekerja.
Walaupun ada kalanya Maria dipandang sebelah mata, karena mengutip plastik bekas dengan membawa bayi. Bahkan tak jarang Maria mendapatkan cemoohan dan hinaan menyakitkan.
Seperti minggu lalu, saat ia mengumpulkan botol plastik di sebuah komplek rusun. Seorang ibu-ibu mencibirnya dengan pedas, tanpa memikirkan sedikitpun bagaimana perasaan orang yang di cibirnya.
"Masih muda sudah jadi pemulung, mau jadi apa anaknya nanti. Makanya kalo belum sanggup buat menghidupi, jangan sembarang main." celoteh ibu tersebut dengan pandangan yang jijik menatap Maria.
Sejujurnya hati Maria begitu tertohok bagai dilempar batu, meski dirinya sadar hal yang terjadi padanya sekarang adalah buah dari tindakan nekatnya pergi dari rumah, tapi ia tak sedikitpun merasa menyesal. Dan lagi meskipun dirinya seorang runaway, tapi dia sangat menjaga dirinya sendiri untuk tidak terlihat hal yang kotor seperti apa yang dipikirkan oleh ibu itu.
"Tak apa saya hanya menjadi pemulung, toh itu lebih baik daripada saya hanya duduk dan meminta-minta." seru Maria menimpali ucapan ibu itu sambil tersenyum kecil.
"Halah, di kasih nasihat kok malah gigit." ujar ibu itu dengan emosi dan berlalu pergi dengan delikkan mata yang tajam pada Maria.
Maria kontan saja termenung melihat tingkah ajaib dari ibu itu, tapi kemudian dia tertawa kecil sambil mengusap kepala bayi yang ia gendong.
"Astaga, sepertinya perjalanan kita akan sangat berat, Rain." ucap Maria.
"Tapi tak apa, ibu akan selalu bersama mu. Rain Anastasya, putri kesayangan ibu."
-----
10 tahun berlalu.
Ting
Tong
"Kiriman rutin, susu segar dari sapi pilihan!" pekik suara cempreng dari seorang anak perempuan yang berdiri di depan pintu sebuah rumah.
Dialah si bayi mungil yang ditelantarkan dijalanan 14 tahun lalu.
"Ow, terima kasih gadis manis." pekik nyonya pemilik rumah tersebut dengan gemas.
"Sama-sama, nyonya." balas Rain tak lupa dengan senyuman cerahnya.
Rain kemudian mendatangi satu persatu rumah untuk mengantarkan pesanan susu di pagi hari, lalu setelah selesai ia akan membantu ibunya untuk berjualan sayur di pasar saat sang ibu harus sibuk di ladang.
Sekitar lima tahun yang lalu, Maria membawa Rain untuk pindah ke sebuah pedesaan kecil yang jauh dari hiruk pikuknya ibu kota. Dengan uang simpanan dari memulung dan simpati dari orang-orang, Maria membeli sebidang tanah yang kebetulan di jual murah oleh pemiliknya karena sedang terdesak uang.
Saat pertama kali datang, mereka berdua di sambut baik sebagai tetangga baru oleh para warga desa. Sebuah keramahan yang begitu asing baginya dulu, tapi kini sudah menjadi sebuah hal yang wajar.
Namun, saat Maria sudah berpikir jika kehidupannya perlahan membaik. Sebuah kabar mengejutkan datang.
Satu-satunya harta berharga baginya, telah di renggut paksa.