Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Di foto tersebut jelas bahwa Feli berfoto dengan seseorang yang ku kenal. Orang yang mungkin sangat ku kenal. Orang yang selalu mendukung ku baik dalam keadaan susah maupun senang sampai akhirnya tidak ada orang lagi yang memperdulikan Rian. Tapi mengapa dunia ini begitu sempit??? Aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat lebih tepatnya aku tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa Feli mengenalnya. Walaupun dalam hati kecil ku sudah mengira ngira Feli mengenal diri ku yang sebenarnya tapi tetap saja hal ini mengganggu pikiran ku. Kemudian aku terduduk di sofa sambil memegang foto tersebut. Tak lama kemudian Feli pun keluar dari kamarnya dengan memakai gaun tidur yang tingginya selutut. Kamarnya Feli ini seperti connecting room di hotel hotel, jadi ada satu kamar Feli khusus dan ada ruang tamu khusus di kamar Feli beserta minibarnya.
"Kenapa Put?" tanya Feli sambil menyodorkan air mineral
Rian hanya diam melihat foto tersebut tanpa menghiraukan pertanyaan Feli dan air mineral yang di sodorkan Feli. Feli pun beringsut duduk di sebelah Rian sambil menikmati air mineral. Beberapa saat mereka diam. Suasana hening.
"Apa hubungan lo sama orang ini? Kenapa lo bisa foto sama orang ini?? Jelasin atau gua pergi dari rumah lo sekarang!!" Rian memecah kesunyian sambil menunjuk foto tersebut. Sepertinya Rian memang tiba tiba emosi karena dari raut wajahnya yang merah padam dan menahan amarah. Sambil tersenyum Feli pun menarik nafasnya kemudian berkata
"Lo tunggu disini Put!"
Kemudian Feli berjalan keluar ruangan sambil menelpon seseorang. Sementara itu Rian masih duduk dengan pandangan aneh. Hatinya terasa panas. Mungkin tidak lama lagi ia akan gelap mata. la berusaha menahan emosinya sekuat mungkin. Tak lama kemudian Feli memasuki kamar nya bersama dua orang yang lain. Mereka bertiga berjalan pelan sampai akhirnya sosok Rian jelas di depan mereka. Rian yang sedang duduk termenung kemudian mendongak melihat mereka dan diam seribu bahasa. Pandangan Rian segera tertuju pada Feli seolah olah minta penjelasan. Feli pun tersenyum dan mempersilahkan dua orang yang ikut bersamanya untuk duduk. Sambil menghela nafas ia berkata
"Ayah Ibu, ini Rian Dwi Putra, Pewaris Tunggal Tahta Putra Nusantara Group, anak dari Bapak Baskoro Edi Putra dan ibu Marina Puspita Jaya!!"
Seketika Rian terkejut, tapi dia diam saja tidak menampakkan keterkejutannya. Karena sebelumnya Rian memang sudah menduga Feli mengenal jati dirinya. Akhirnya ayah Feli Feli turun tangan untuk menjelaskan segalanya.
"Saya Eka Maulana Atmaja, ayahnya Feli dan sebelah saya Istri saya ibu Vinna Cokro Atmaja yang tidak lain Ibu dari Feli. Salam kenal sebelumnya nak Rian. Maaf jika ini membingungkanmu. Betul di foto itu adalah foto Ayahmu. Dulu waktu Feli lulus SMA ayahmu menyempatkan datang ke acara itu. Tapi Ibumu karena kesibukannya, maka ia hanya bisa menitipkan salam lewat ayahmu. Saya dan ayahmu berteman baik diluar persaingan bisnis kita yang kita yang selalu ketat. Saya mengenal ayahmu sewaktu SMA di palembang SMA sebelum akhirnya saya pindah ke karawang. Kami selalu menjaga silahturahmi sampai sekarang. Ayahmu adalah pemodal utama saya sewaktu merintis usaha dulu. Walaupun kami saingan berat, tapi kami tetap menjaga persahabatan kami sampai akhirnya dua bulan yang lalu ibumu secara khusus menghubungi saya untuk membahas masa depanmu." Jelas Pak Atmaja panjang lebar. Sementara itu Rian mendengarkan dengan seksama.
"Ibumu minta tolong kepada kami untuk membantumu berubah ke jalan yang benar. Kamu tau Rian, ibumu sangat menyayangimu. Tanpa sepengetahuan ayahmu beliau datang kesini dan memohon kepada kami untuk membimbingmu kelak jika kau di usir dari rumah. Sebagai bentuk balas budi kepada keluarga mu, saya tidak berpikir dua kali untuk membantu keluarga mu, nak Rian."
"Sudikah nak Rian kami bimbing agar dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Rian Dwi Putra adalah Layak dan Sepantasnya menjadi penerus tahta Putra Nusantara Group?"
Air mata hampir saja jatuh dari mata Rian, tapi dengan tegar ia menahannya dan berkata
"Kenalkan pak, saya Rian Dwi Putra, putra dari Pak Baskoro dan bu Marina." Jawabnya sambil menyalami tangan ayah dan ibu Feli. Ayah dan ibu Feli pun mengangguk mempersilahkan Rian untuk melanjutkan omongannya.
"Bagaimana caranya Pak anda membimbing saya, sedangkan perusahaan bapak dan keluarga saya adalah saingan berat. Ada kah cara yang tepat dan layak untuk membimbing seorang anak yang telah menghancurkan segalanya?" tanya Rian tenang.
"Semua itu telah kami pikirkan nak Rian. Bersama ibumu yang kedudukannya seorang menteri keuangan tidak sulit bagi kami untuk mengakuisisi perusahaan kecil yang sedang kolaps, dimana kami sebagai investor yang baru menguasai seratus persen saham perusahaan yang kolaps tersebut dan nak rian akan kami tempatkan sebagai investor yang baru. Disitu nak Rian akan diajar caranya untuk mengakusisi perusahaan yang kolaps berubah menjadi perusahaan yang bonafit nantinya. Jangan kecewakan orang tua nak Rian, kami percaya nak Rian bukan orang yang jahat, tapi hanya salah jalan." Jelas pak Atmaja panjang lebar.
"Gimana nak Rian, siap?" tanya pak Atmaja serius.
Sesungguhnya ini adalah tawaran yang sangat cocok untuk mengubah hidup Rian. Ia memang sangat ingin membungkam orang orang yang telah menghinanya, mengejeknya, termasuk Jenni yang telah meninggalkannya ataupun teman teman Judinya dulu yang taunya cuma morotin uang Rian. Rian sudah tidak sabar untuk menunjukkan bahwa dirinya sekarang sudah bangkit. Dan dia berencana akan melabrak semua teman temannya yang menghina dirinya sewaktu diusir dari rumah. Selain itu ia pun ingin membuat Katon lebih maju hidupnya. Rian pun tersenyum puas. Sambil melihat Feli dan kedua orang tuanya Rian berkata
"Terima Kasih bapak, ibu dan Feli atas tawarannya. Tapi maaf, saya tidak bisa menerima tawaran tersebut walaupun memang saya sangat menginginkannya. Biarlah saya menjadi seorang tukang bakso dan berjuang dengan potensi yang saya miliki seadanya. Biarkan semesta ini membantu ku dan biarkan takdir ku berada di tanganku sendiri." Jawab Rian tegas sambil tersenyum.
Ayah dan ibu Feli pun tersenyum kemudian ibu Feli berkata
"Nak Rian boleh nginap disini kalau mau, Feli bisa nyiapin kamar buat kamu."
"Yan!! Lo serius???" tanya Feli terburu buru
"Maaf pak, ibu, saya boleh balik sekarang?" Jika sudah tidak ada keperluan. Terima kasih banyak buat bapak, ibu dan Feli. Aku akan selalu mengingat budi kalian. Tapi untuk sekarang biarlah diri ku sendiri dengan caraku sendiri menaklukkan dunia ini!"
Mereka berdua tersenyum mengangguk kemudian pamit kepada Rian sambil meninggalkan kamar Feli. Sekarang yang tersisa hanya Feli dan Rian.
"Yan, lu serius dengan keputusan lo??" Tanya Feli pelan
"Makasih Fel atas semuanya, tapi gua mau sukses dengan usaha gua sendiri walau hanya jadi tukang bakso. Karena dengan begitulah ada artinya hidup ku ini." Jawab Rian tegas
Feli pun tersenyum, kemudian ia mengunci pintu kamar dan duduk di sebelah Rian. Sambil menyandarkan diri di bahu Rian Feli pun bertanya
"Gue cantik gak Yan??"
"Hmmm, cantik sih Fel, lu itu putih, bersih, langsing, gua suka semuanya dari lu. Emangnya kenapa Fel?" tanya Rian
"temenin gua bentar yah Yan sebelum lu balik?"
"hmm. Oke tp jangan lama ya fel, gua ga enak sama Katon."
Feli tersenyum kemudian pindah ke sofa di depan Rian. la pun berbaring di sofa tersebut sambil memejamkan matanya. Karena memakai gaun tidur yang selutut maka mau tidak mau Rian dapat melihat samar2 paha mulus putih Feli. Kemudian Feli mengangkat kaki kirinya di sandarkan ke kaki kanannya. Hal ini pun tentunya membuat celana dalam dan mulusnya paha Feli kelihatan semua.
"Cok, cd lu keliatan tuh, ga malu?" tanya Rian memancing
"Belum pernah liat ginian?" tanya Feli menantang
"udah, tapi emang posisi kaya lu lebih menantang Fel." Jawab Rian sambil dirinya bergeser duduk pas di sebelah Feli tapi matanya tak henti memandang mulusnya paha Feli. Peluang nih! pikir Rian
Bersambung…