"Lalu..itu ada beberapa makam yang tak jauh dari makam kyai Ali Wafa, itu makam siapa Bu?" Tanya Damar.
"Menurut orang desa Sani, itu makam keluarga yang punya tanah.
Ada apa? Tumben kamu tanya hal aneh. Tanya tentang makam kyai Ali Wafa. Gak seperti biasanya jarang bicara." Jawab Ibu Farida.
"Gak apa - apa, tanya ajah. Karena, tadi sepulang sekolah. Damar melihat ada cahaya yang menyeruak keluar dari dalam makam kyai Ali Wafa. Makanya Damar tanya tentang makam kyai Ali Wafa sama Ibu." Ujar Damar.
"Saran ibuk, coba saja kamu besok malam jumat ziarah ke makam kyai Ali Wafa. Barangkali kamu mendapatkan berkah dari Mbah wali." ujar Ibu Farida.
"Baiklah buk, tapi Damar gak tau cara ziarah ke makam. Damar hanya bisa ngaji qur'an, tapi tidak lancar juga tidak fasih. Kan Damar belajar ngaji hanya waktu kecil di mushola sama kyai Hadi." Kata Damar.
"Makanya kalau disuruh ibu ngaji itu nurut. Kamu itu laki - laki, harus bisa ngaji walau itu hanya surat yasin. Kerjaan mu itu hanya main tidur saja.
Kelak kamu itu jadi suami, jadi seorang Bapak. Kamu harus bisa mendidik istri dan anak anakmu.
Jangan kayak Bapak mu." Kata sang Ibu.
"Iya, iya" sahut Damar.
"Assalamualaikum… "
"Waalaikumsalam." jawab ibu Farida. "Kamu Sul, itu Damar lagi makan di depan tv. Tunggu sebentar."
"Damar, dicari Samsul." Kata sang Ibu.
"Iya." jawab Damar kemudian berdiri lalu berjalan menuju depan.
"Udah makannya." tanya Samsul.
"Udah dari tadi. Mau kemana?" Tanya Damar.
"Biasa ngopi di Rungkut." Jawab Samsul.
"Aku gak punya uang." kata Damar.
"Aku ada uang, cukuplah kalau buat beli vodka sama rokok." Kata Samsul.
"Ok, ok. Bu, Damar main dulu ya." Kata Damar.
"Iya, ingat pesan ibu, jangan mabuk dan jangan mencuri." Kata sang Ibu.
"Iya, paling juga minum dikit." Sahut Damar.
***
Motor pun melaju perlahan lahan, Hingga akhirnya Damar dan samsul berhenti di sebuah warung pinggir jalan.
Begitu turun dari motor, banyak teman - teman Damar sudah di lokasi.
"Hemmm, acara apaan sih kok pada ngumpul disini?" tanya Damar pada teman temannya.
"Biasa nongkrong ajah." Jawab Aldi.
Malam terus merambat. Seperti tangan seorang suami diatas ranjang.
Setelah bercanda sambil menikmati beberapa botol bir dan vodka, Damar pun pamit untuk pulang.
Motor pun melaju pelan -pelan.
Masih jam 10 malam. Damar, kita cari makan dulu ya, dan teh hangat." Kata Samsul sahabatnya.
"Baiklah, kita makan Nasi Rawon saja di depan terminal bungurasih." Kata Damar.
"Baiklah." ujar Samsul kemudian melajukan motornya agak kencang.
****
Setelah makan, dan hendak naik motor, samsul berkata, "Damar, bukankah itu Bapak mu yang duduk dengan seorang perempuan."
Setelah melihat dengan seksama, Damar berkata lirih, "Iya itu Bapak ku. Dia sedang mabuk bersama teman temannya. Ah, biarin aja, emang dari dulu aku sudah tau kalau Bapak ku mempunyai banyak teman bromocora. Ayo kita pulang."
"Baiklah." ujar Samsul kemudian melajukan motornya pelan pelan.
Begitu masuk desa Sani dan melewati makam kyai Ali Wafa, Damar berkata, "Sul, kita berhenti sebentar ya?"
"Emang mau apa?" Kata Samsul.
"Aku ingin lihat - lihat makam, mumpung ramai banyak orang ngaji. Penasaran aku sama makam kyai Ali wafa ini." Ujar Damar.
"Tumben tumbennya kamu masuk makam seorang Wali, hahaha. Emang berani?" Kata Samsul.
"Beranilah, mumpung agak mabuk." sahut Damar.