Chereads / Pelindungku / Chapter 2 - Misterius

Chapter 2 - Misterius

Langit bagaikan lautan tinta, bulan di sembunyikan, tetesan air berjatuhan dan mengguyur ratusan bangunan.

Di tengah-tengah guyuran itu, jalanan sepi tanpa kendaraan yang lewat, seorang wanita muda dengan seragam sekolah berlari yang di belakangnya terdapat dua pria berpenampilan lusuh.

Dua pria ini berjalan sempoyongan dan di tangannya terdapat botol kaca yang berisi minuman keras.

"Wanita cantik, kemana kamu akan lari?"

"Mari temani kami minum-minum."

Kedua pria itu terus mabuk.

"Bajingan! Aku akan akan melapor kalian ke polisi! Pergi!" Wanita muda itu terus berlari, menangis. Seluruh pakaiannya basah kuyup. Sekuat apapun dia berlari, dia tidak bisa menghilang dari pandangan dua pria mabuk itu. Jalanan yang licin ini jika dia tidak berhati-hati dia akan terpeleset.

"Tidak usah semarah itu. Kami hanya mengajakmu minum-minum. Setelah itu kami akan melepaskanmu." Salah satu dari mereka berkata. Wajah kurusnya penuh senyum, pipinya merah-merah.

Wanita itu tidak membalas. Sambil terus berteriak meminta tolong, pandangannya menyapu ke arah depan, itu berkeliling, tangannya menjadi tameng wajahnya dari tusukan hujan yang terasa tajam, harapannya untuk menemukan seseorang atau kendaraan yang lewat seketika sirna ketika dia hanya melihat kegelapan tak berujung.

"Kemana mereka semua pergi? Ini masih jam sepuluh." Meskipun panik, dia masih sempat-sempatnya berfikir seperti ini. "Paman Rey." Tiba-tiba, dia teringat nama ini. Segera dia mengambil tasnya di punggungnya, mengacak-acak, mengeluarkan handphone.

"Dia akan menelpon polisi. Cepat, hentikan dia" Pria mabuk yang menyadari itu segera mempercepat langkahnya.

Wanita muda itu masih fokus dengan handphone nya. Namun ekspresinya seketika berubah tatkala dia menemukan tanda x di pojok kanan atas layarnya. "Tidak ada sinyal?"

Mungkin karna hujan, penyebab ini semua terjadi.

Tiba-tiba, sesuatu mencengkram tangannya dengan kuat, dia terkejut, menoleh ke belakang dan menemukan pria mabuk itu sudah ada di hadapannya.

"Wanita cantik, kamu tidak bisa pergi sekarang." Sambil minum seteguk menuman keras, dia tersenyum ke arahnya.

Wanita itu menjerit keras. Mencoba melepaskan dari cengkaraman tangannya. Dia mengamuk sejadi-jadinya sampai handphonenya tak sengaja terjatuh. "Bajingan! Lepaskan!"

"Hehe. Kenapa semua wanita cantik begitu pemarah?" Pemabuk itu tersenyum. Pandangannya menyapu wajah muda wanita ini yang seputih salju, sebelum itu turun, dan lidah yang keputihan keluar dan mengusap bibirnya yang agak kriput. "Tubuh yang bagus. Sepertinya, minum-minum saja tidak cukup untukmu."

Teman di sampingnya hanya mengangguk-angguk.

Mengetahui niat busuknya, wanita muda itu menjadi lebih panik, pembrontakannya semakin kuat, berusaha untuk terlepas, tapi cengkraman itu juga semakin keras. "Lepaskan!" Dia menjerit menangis. Meminta tolong sekeras-kerasnya.

"Berhenti memberontak. Tidak akan ada yang menolongmu meskipun kamu berteriak. Jadilah penurut." Pemabuk itu mulai mendekatkan wajahnya. Wanita itu semakin panik. Terlebih lagi aroma menyengat akibat minuman keras yang di keluarkan dari mulutnya tercium jelas olehnya, itu bau, membuatnya ingin muntah.

"Tidak usah takut. Paman akan melakukannya dengan lembut." Tatapan pria mabuk itu semakin cabul saat wanita itu masih bersikeras menolak.

Angin semakin kuat. Dedaunan yang entah dari mana datangnya berterbangan, melewatinya, lalu lenyap dalam kegelapan.

Dalam adegan seperskian detik ini, ekspresi cabul yang di tampilkan pria mabuk itu, saat bibir keriputnya dengan sengaja di manyunkan, tiba-tiba ekspresinya berubah, itu menjadi hijau.

Argh!

Dia menjerit kesakitan saat kakinya dengan kuat di injak oleh wanita muda itu. Dia meraih kakinya, melompat-lompat seperti anak kecil. "Wanita jalang! Beraninya kamu menginjak kakiku!"

Wanita itu akhir terbebas dari cengkramannya, dia terjatuh, buru-buru dia bangkit dan mengabaikan rasa sakit di tangan dan di kakinya, menjauh dari mereka.

"Karna kamu terus menolak, maka jangan salahkan aku menyiksamu hari ini!"

Pria mabuk di sebelahnya hanya menggaruk-garuk kepalanya ketika menyaksikan tindakan rekannya yang seperti anj*ng mengonggong.

"Apa yang kamu tunggu bodoh! Cepat tangkap wanita itu! Jika dia lolos, dia akan melapor ke polisi! Kita semua akan di tangkap!" Pria mabuk itu semakin marah ketika melihat sikap rekan satunya yang seperti orang linglung. Mungkin dia terlalu banyak minum.

Setelah beberapa saat dia akhirnya mengangguk. Segera dia mengejar wanita itu, di lanjut dengannya yang memaksakan untuk mengejar.

Di bawah lampu yang agak lemah dan kekuningan yang menggantung di sisi jalan, itu menyoroti dua pihak ini berlarian. Kejar-kejaran!

Wanita muda itu terus menyapu pandangannya ke depan, mencari tempat persembunyian, keramaian, tidak peduli dengan mereka yang terus mengoceh di belakang.

"Apakah benar-benar akan berakhir?" Ekspresi wanita itu pucat. Luka baret di kakinya akibat terjatuh sebelumnya terus di tembaki oleh langit, berdenyut-denyut, itu perih. Dia mencoba untuk meraih lukanya dan menutupinya, namun dia kesulitan untuk berlari, dia membukanya kembali, dan membiarkan rasa sakit itu mempersulit langkahnya.

Dua pemabuk itu mulai mengejar di belakang. Yang satu berlari sempoyongan ke sana ke sini, yang satu pincang dan kadang sesekali mengusap kakinya yang masih terasa nyeri, itu terlihat lucu.

Sebenarnya, kecepatan wanita itu berlari tidak begitu cepat. Namun karna pemabuk itu juga mengalami kondisi lemahnya masing-masing, kecepatannya jadi terlihat setara, mereka juga menjadi sulit untuk mengejarnya.

Layaknya anjing yang memaksakan untuk memburu kucing. Pemabuk yang pincang lebih dulu pulih dari yang lainnya, tapi sebenarnya itu tidak sepenuhnya, dia hanya memaksakan. Mengingat sebarapa kuatnya wanita itu menginjak kakinya saat itu, kehausannya untuk menangkapnya seperti perut yang berbunyi ketika melihat makanan di atas meja. Dan kesempatan itu semakin besar ketika dia melihat wanita itu terpeleset dan jatuh.

"Haha. Aku menang. Sekarang kamu tidak akan bisa lolos lagi." Senyum kebahagian terungkap di wajahnya ketika dia melihat kejadian ini.

"Sial! Kenapa harus terjatuh di saat seperti ini?" Wanita itu meringis kesakitan. Namun itu segera berhenti ketika dia menoleh ke balakang dan melihat pria mabuk itu yang berlari ke arahnya. Jaraknya semakin mendekat.

"Tidak ada waktu? Tidak! Aku tidak akan membiarkan mereka menangkapku." Tekadnya tiba-tiba bangkit. Dia buru-buru menggerakan kakinya yang mati rasa, itu bergetar, tenaganya seperti di isi kembali, namun itu masih saja kesulitan.

"Kamu milikku sekarang!"

Pemabuk itu semakin dekat, tangannya sudah di persiapkan untuk menangkapnya. Sebelum itu tiba, wanita itu akhirnya dapat berdiri setelah lama bersusah payah, dia segera mengangkat kakinya dan pergi sebelum itu menangkapnya. Namun, baru saja satu langkah dia menginjak tanah, kakinya yang terluka tiba-tiba mengalami gejala aneh, itu seperti keram, membuatnya tersandung ke kaki satunya, dia jatuh. Keengganan terpasang di wajahnya di saat-saat terakhir.

Buk!

Kepalanya menabrak. Namun tidak ada suara keras yang di hasilkan. Teksturnya juga bukan sepeti jalan